Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN KEHAMILAN Ni Nyoman Mestri Agustini; Ni Luh Kadek Alit Arsani
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2013: PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA UNDIKSHA 2013
Publisher : Prosiding Seminar Nasional MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) terdapat sekitar 20 juta kasus baru IMS dilaporkan per-tahun. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan reaksi imunologis dan perubahan flora serviko-vaginal. Perubahan fisiologis pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore, chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan kandidiasis. IMS dan kehamilan dihubungkan dengan kehamilan ektopik, abortus spontan, kematian janin dalam kandungan, infeksi perinatal, intrauterine growth restriction, kelainan kongenital, ketuban pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi puerperalis, bayi berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal. Kehamilan dapat mengubah penampampakan klinik IMS dan akan mempersulit diagnosis dan terapi. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan reaksi imunologis, perubahan flora serviko-vaginal, yang semuanya akan berpengaruh pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS itu sendiri. Pada kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi dari ibu ke janin dengan cara kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar secara ascenden, dan agen penyebab yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier plasenta. Mengingat berbahayanya IMS pada kehamilan, maka diperlukan adanya usaha pencegahan. Penanganan penyakit menular seksual pada kehamilan adalah dengan penanganan umum, konservatif, termasuk konseling dan pengobatan pada mitra seksual.
TESTOSTERON REPLACEMENT THERAPY PADA DISFUNGSI EREKSI OLEH KARENA DIABETES MELITUS Ni Luh Kadek Alit Arsani
JURNAL PENJAKORA Vol. 1 No. 1 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/penjakora.v1i1.11206

Abstract

Disfungsi seksual banyak terjadi di masyarakat, baik pada pria maupun wanita, walaupun belum ada data yang pasti tentang insidennya. Salah satu disfungsi seksual pada pria yang sering dijumpai adalah disfungsi ereksi. Diduga tidak kurang dari 10% pria menikah di Indonesia mengalami disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada penderita diabetes melitus dibandingkan dengan populasi umum. Sekitar 30%-90%  pria dengan diabetes melitus akan menderita disfungsi ereksi. Sejak ditemukannya PDE-5 (Phosphodiesterase type 5) inhibitors untuk terapi disfungsi ereksi testosteron telah dikesampingkan sebagai terapi pilihan pada disfungsi ereksi. Tetapi sebesar 50% pria yang diterapi dengan PDE-5 inhibitors menunjukkan kegagalan. Hal ini menimbulkan ketertarikan pada terapi disfungsi ereksi dengan hormon testosterone. Hormon testosteron mempunyai peranan yang besar pada jaringan penis termasuk dalam mekanisme ereksi, memelihara dan mempertahankan integritas struktur jaringan erektil. Kekurangan testosteron akan menyebabkan gangguan pada anatomi dan fisiologi jaringan erektil, gangguan pada serabut saraf kavernosal. Secara histologis, gangguan yang nampak pada jaringan erektil penis adalah kehilangan serat-serat elastin pada tunika albuginea dan otot polos korpus kavernosum, digantikan oleh jaringan kolagen pada kedua struktur tersebut, terjadinya kebocoran pada vena (venous leakage) sehingga menyebabkan terjadinya venous reflux dan terjadilah gangguan ereksi. Penurunan 50% testosteron pada sirkulasi akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah intrakavernosal. Pada penderita diabetes melitus dengan disfungsi ereksi, pemberian testosteron akan dapat meningkatkan ketebalan otot polos korpus kavernosum sehingga dapat memperbaiki fungsi ereksi.
BAKTERIAL VAGINOSIS: ETIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN TATALAKSANA Putu Sudarsana; Ketut Suardana; I Gusti Agung Mirah Puspitayani; Ni Luh Kadek Alit Arsani
Ganesha Medicina Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/gm.v2i2.51947

Abstract

Bakterial Vaginosis merupakan salah satu infeksi vagina yang paling sering terjadi pada wanita usia reproduksi. Bakterial vaginosis sering menunjukkan prevalensi yang tinggi, kejadian yang berulang disertai dengan komplikasi, sehingga membuat BV menjadi permasalahan global. Etiologinya yaitu adanya perubahan ekologi vagina yang ditandai dengan pergeseran keseimbangan flora normal vagina dimana dominasi Lactobacillus digantikan oleh bakteri anaerob. Pergantian Lactobacillus spp. ini menyebabkan penurunan konsentrasi hidrogen peroksidase (H2O2) yang umumnya ditandai dengan produksi sekret vagina yang banyak, berwarna abu-abu hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis dan terdapat peningkatan pH. Penegakan diagnosis balterial vaginosis dilakukan berdasarkan kriteria amsel. Metodologi penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk tinjauan Pustaka yang diambil dari berbagai sumber selama 10 tahun terakhir.
Growth hormone administration and exercise combination increase serum IGF-1 levels in perimenopausal wistar rats Ni Luh Kadek Alit Arsani; Luh Putu Ratna Sundari
JKKI : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia JKKI, Vol 14, No 1, (2023)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/JKKI.Vol14.Iss1.art9

Abstract

Background: Growth hormone (GH), Insulin-like growth factor 1 (IGF-1), and exercise play a crucial role in female reproductive function. At the perimenopausal age, there is a decrease in GH, estrogen, and testosterone levels. In previous studies, the impact of physical activity on serum IGF-1 levels in geriatric was inconsistent and needed further investigation. Objective: The purpose of this study was to look into the effect of GH and exercise on serum IGF-1 levels in perimenopausal Wistar rats. Methods: It is an experimental study with a randomized posttest-only control group design using 24 perimenopausal Wistar rats aged 14 months as the sample. The control rats (C) were given 0.1 ml of distilled water subcutaneously every day for 30 days. Treatment group 1 (T1) rats swam for 30 minutes at a time five times per week. Meanwhile, rats of T2 were given 0.016 IU/0.1ml GH daily injection subcutaneously only for 30 days and T3 were given combination both of GH injection in same dose and swam for 30 minutes at a time 5 times a week for 30 days Data analysis used One-Way ANOVA.Results: The finding revealed that the mean serum IGF-1 levels in the T3 (588.50 84.04 ng/mL) were significantly higher than the control (242.03 ± 46.08 ng/mL), T1 (334.23 ± 75.90 ng/mL) and T2 (428.69 ± 95.10 ng/mL). Conclusion: Our study shows that GH administration and exercise combination increases levels of IGF-1 serum higher than only administrated GH or exercise.
Cognitive Function of the Elderly in Banjar Busana, Desa Sibanggede, Badung Regency: A Descriptive Study Bawana, Harry; Ni Nyoman Mestri Agustini; I Gede Surya Dinata; Ni Luh Kadek Alit Arsani
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 9 No 1 (2024): May 2024
Publisher : Warmadewa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wmj.9.1.8657.5-10

Abstract

Countries around the world are currently entering an aging population era, where the number of elderly individuals is increasing. In the elderly, there is a decline in intrinsic capacities such as physical, mental, and cognitive capacities, which hampers their functional abilities. Cognitive function impairment is an early stage of cognitive decline and is a risk factor for dementia, which significantly disrupts daily activities. Banjar Busana, Desa Sibanggede, is one of the banjars with a relatively large elderly population, totalling 117 individuals. However, data on the cognitive function profile in Banjar Busana, Desa Sibanggede, is not yet definitively available. This study aims to determine the cognitive function profile of the elderly in Banjar Busana, Desa Sibanggede, Badung Regency. The population of this study comprises all elderly individuals in Banjar Busana in 2023, totalling 117 people. The sample size was calculated using the formula by Dean et al., 2013, with a 95% confidence level, resulting in a sample size of 90 individuals. The sample was then selected using simple random sampling. Cognitive function was measured using the MoCA-INA questionnaire. The data were analyzed descriptively and quantitatively. The results showed that the majority of respondents were aged 60-69 years (59%), with more male respondents (51%) than female respondents (49%). Respondents experiencing cognitive function impairment amounted to 47%, while those without cognitive function impairment were 53%. It is recommended to provide more education to the community regarding the dangers of cognitive function impairment and preventive efforts.
Optimalisasi Kader dalam Pencegahan Anemia Remaja Putri untuk Mencegah Stunting di Desa Selat Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini; Putu Irma Pratiwi; Ni Luh Kadek Alit Arsani; Made Anggita Abdi Jayanti; Kadek Bunga Harry Pratiwi
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 3 No. 2 (2024): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anemia, characterized by low hemoglobin (Hb) levels, is a significant health concern, particularly among adolescent girls experiencing menstruation. Reports indicate that the prevalence of anemia in adolescent girls reaches 37.2%,, primarily caused by nutritional deficiencies and blood loss during menstruation. The government has introduced several programs to address anemia, such as iron supplementation (tablet tambah darah or TTD) and balanced nutrition education. However, many adolescent girls do not adhere to TTD consumption recommendations due to factors such as taste and side effects. This study aims to enhance the knowledge of posyandu cadres on anemia prevention and management through systematic training. The community service activities included training 20 cadres from each village cluster in Desa Selat, focusing on the causes, symptoms, and prevention of anemia. The results demonstrated a significant increase in the cadres’ knowledge after the training. Prior to the training, most cadres exhibited limited knowledge, but post-training assessments revealed a substantial improvement, with a majority achieving good knowledge levels. Continued mentoring ensured that cadres could effectively disseminate accurate information to adolescent girls in posyandu settings. This initiative not only enhanced cadres’ knowledge but also boosted their confidence in communicating with adolescents about anemia prevention. Thus, the role of posyandu cadres as educators and motivators is pivotal in combating anemia and preventing stunting among adolescent girls. The optimization of posyandu cadres through education and mentoring is an effective strategy for improving adolescent health and reducing stunting prevalence in the future.   Abstrak Anemia, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) yang rendah, menjadi masalah kesehatan serius, terutama pada remaja putri yang mengalami menstruasi. Berdasarkan laporan, prevalensi anemia di kalangan remaja putri mencapai 37,2%, dengan penyebab utama termasuk defisiensi gizi dan kehilangan darah saat menstruasi.Pemerintah telah meluncurkan beberapa program untuk menangani anemia, seperti suplementasi tablet tambah darah (TTD) dan edukasi gizi seimbang. Namun, masih banyak remaja putri yang tidak mematuhi anjuran konsumsi TTD karena berbagai alasan, termasuk rasa dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu mengenai pencegahan dan penanggulangan anemia melalui pelatihan yang sistematis. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini mencakup pelatihan kader posyandu yang melibatkan 20 orang perwakilan dari setiap dusun di Desa Selat. Pelatihan ini mencakup materi tentang anemia, penyebabnya, serta cara pencegahannya. Hasil dari kegiatan pelatihan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan kader tentang anemia setelah mengikuti sesi edukasi. Sebelum pelatihan, sebagian besar kader memiliki pengetahuan yang kurang baik; setelah pelatihan, jumlah kader dengan pengetahuan baik meningkat drastis.Pendampingan lanjutan dilakukan untuk memastikan kader mampu menyampaikan informasi dengan tepat kepada remaja putri di posyandu. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan kader tetapi juga memberikan kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan remaja mengenai pentingnya pencegahan anemia. Dengan demikian, peran kader posyandu sebagai educator dan motivator sangat penting dalam upaya penanggulangan anemia dan pencegahan stunting di kalangan remaja putri.Kesimpulannya, optimalisasi peran kader posyandu melalui pendidikan dan pendampingan terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menangani masalah anemia. Ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesehatan remaja putri dan mencegah stunting di masa depan.  
PENGARUH PELATIHAN MELOMPATI GELANG TERHADAP PEINGKATAN KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER ATLETIK SMP AYODHYA PURA SELAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ., Luh Eka Eliani; ., dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked.; ., I Nyoman Sudarmada, S.Or.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.2652

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan melompati gelang terhadap kekuatan dan daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian the randomized pre-test post-test control group design. Subyek penelitian ini adalah siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik SMP Ayodhya Pura Selat sebanyak 30 orang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Kekuatan diukur dengan tes leg dynamometer sedangkan daya ledak otot tungkai diukur dengan tes vertical jump, selanjutnya data dianalisis dengan uji-t independent pada taraf signifikansi 0,05 dengan bantuan program SPSS 16,0. Berdasarkan data penelitian, dengan menggunakan uji-t independent untuk data kekuatan otot tungkai diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,011. Sedangkan untuk data kekuatan otot tungkai diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,038. Dengan demikian hipotesis penelitian pelatihan melompati gelang berpengaruh terhadap kekuatan dan daya ledak otot tungkai dapat diterimaKata Kunci : pelatihan melompati gelang, kekuatan, daya ledak otot tungkai This study was aimed at investigating the influence of jump bracelet training on power and strength of leg muscles son student of extracurricular athletic SMP Ayodhya Pura Selat academic year 2013/2014. The study based on an experimental design using a randomized pre-test post-test control group design. Subject were 30 people and power were measured by vertical jump test and strength were measured by leg dynamometer. Data were analyzed by independent t-test at significance level 0,05 using SPSS 16,0. Based on the analysis of data , using independent t-test , independent t-test results for leg muscle explosive power of 2,743 , and independent t-test results for leg muscle strength at 2,172. The result using independent t-test for power of leg muscles showeded significance value count was smaller than a (sig < 0,05) value of 0,011., And than for strength showeded significance value count was smaller than a (sig < 0,05) value of 0,038. The result hipotesis jump bracelet training affects on power and strength of leg mucles accepted. From the results of this study concluded that jump bracelet training effect on improvement bracelet explosive power and leg muscle strength in son student of extracurricular athletics Ayodhya Pura Selat academic year 2013/2014. keyword : jump bracelet training, explosive power, leg muscle strength
PENGARUH PELATIHAN LARI SPRINT TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 Maks) DAN KECEPATAN PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 1 ABIANSEMAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ., I Gusti Made Dwipa Darma Putra; ., dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked.; ., I Nyoman Sudarmada, S.Or.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.2653

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lari sprint terhadap peningkatan VO2 maks dan kecepatan pada siswa putra kelas VIII SMPN 1 Abiansemal. Jenis penelitian adalah eksperimental sungguhan dengan rancangan modified randomized the pretest posttest control group design. Sampel penelitian sebanyak 28 orang yang ditentukan dengan teknik proporsional random sampling. VO2 maks diukur dengan tes Multistage Fitnest Test (MFT) dan kecepatan diukur dengan tes lari sprint 50 Meter, selanjutnya data dianalisis dengan uji-t independent dengan bantuan program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hasil deskripsi data menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata pada variabel VO2 maks, pada kelompok perlakuan pelatihan lari sprint terjadi peningkatan sebesar 2,18 dan variabel kecepatan pada pelatihan lari sprint terjadi peningkatan sebesar 0,17. Hasil Uji-t independent untuk pelatihan lari sprint terhadap VO2 maks didapat thitung sebesar 10,593 dengan signifikansi 0,000, dan untuk pelatihan lari sprint terhadap kecepatan didapat thitung sebesar 8,169 dengan signifikansi 0,000. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) pelatihan lari sprint berpengaruh terhadap peningkatan VO2 maks pada siswa putra SMPN 1 Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. (2) pelatihan lari sprint berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan pada siswa putra SMPN 1 Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. Disarankan bagi pelaku olahraga (pembina, pelatih, guru olahraga dan atlet) untuk menggunakan pelatihan lari sprint sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan VO2 maks dan kecepatan. Kata Kunci : pelatihan lari sprint, VO2 Maks dan kecepatan. This study was aimed to determine the effect of sprint training toward the increase of VO2 max and the speed of male students in class VIII of SMPN 1 Abiansemal. This study was an experimental study which was designed in the modified randomized pretest-posttest control group design. About 28 samples were determined by proportional random sampling technique. VO2 max was measured by the Multistage Fitnest Test (MFT) and the speed was measured by 50 meter sprint test, then the data were analyzed by independent t-test with SPSS 16.0 at a significance level (α) of 0.05. The result of data description showed an increase in the average value of the variable of VO2 max, the treatment group of sprint training showed an increase about 2.18 ml/kg/min and variable of speed on sprint training showed an increase of 0.17 s/min. The results of independent t-test for sprint training toward VO2 max obtained tcount of 10.593 ml/kg/min with a significance of 0.000, and for sprint training toward speed obtained tcount 8.169 s/min with a significance of 0.000. From the data analysis and discussion, it can be concluded that: (1) sprint training affect the increasing of VO2 max of male students in class VIII of SMPN 1 Abiansemal on academic year of 2013/2014, (2) sprint training affect the increasing of speed of male students in class VIII of SMPN 1 Abiansemal on academic year of 2013/2014. It is recommended for sports people (coaches, trainers, athletes and sports teacher) to use sprint training as an alternative in increasing VO2 max and speed. keyword : sprint training, VO2 Max and speed.
PENGARUH PELATIHAN SIRKUIT DAN KONTINYU INTENSITAS RENDAH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 2 NUSA PENIDA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ., Kadek Sutyantara; ., dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked.; ., I Nyoman Sudarmada, S.Or.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.2658

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan sirkuit dan kontinyu intensitas rendah terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler. Jenis penelitian ini adalah eksperimen sungguhan dengan rancangan the randomized pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMPN 2 Nusa Penida tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 108 orang dan sampel penelitian berjumlah 27 orang yang ditentukan dengan teknik simple random sampling. Daya tahan kardiovaskuler diukur dengan Multistage Fitness Test (MFT). Hasil analisis data menunjukan adanya perubahan nilai rata-rata pada variabel daya tahan kardiovaskuler. Pada kelompok pelatihan sirkuit terjadi peningkatan sebesar 3,26 ml/kg/min, pada kelompok pelatihan kontinyu intensitas rendah terjadi peningkatan sebesar 5,79ml/kg/min dan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan sebesar 0,47ml/kg/min. Hasil uji-t independent terhadap daya tahan kardiovaskuler diperoleh nilai t hitung sebesar 2,282 dan 4,232 dengan Signifikansi 0,037 dan 0,001 yang berarti pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler. Hasil uji One Way Anova variabel daya tahan kardiovaskuler antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapat F hitung sebesar 8,347 dengan Signifikansi 0,002 yang berarti ada perbedaan pengaruh antara pelatihan sirkuit dan kontinyu intensitas rendah terhadap daya tahan kardiovaskuler. Berdasarkan hasil uji LSD, maka kelompok pelatihan kontinyu intensitas rendah lebih baik pengaruhnya dibandingkan pelatihan sirkuit terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler sebesar 2,40000. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa; (1) pelatihan sirkuit dan kontinyu intensitas rendah berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler (2) ada perbedaan pengaruh pelatihan sirkuit dan kontinyu intensitas rendah terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler dimana pelatihan kontinyu intensitas rendah lebih baik. Saran yang dapat disampaikan adalah agar penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelatihan ataupun penelitian selanjutnya.Kata Kunci : pelatihan sirkuit, kontinyu intesitas rendah, daya tahan kardiovaskuler This study aimed at finding out the effect of circuit training and continuous low intensity toward the increased of cardiovascular endurance. This research was a kind of experiment research which is designed in the randomized pretest-posttest control group design. The population in this research was male students in eight grade of SMPN 2 Nusa Penida in academic year of 2013/2014 which amounts to 108 students and this research used 27 samples which was determined by simple random sampling technique. Cardiovascular endurance was measured with Multistage Fitness Test (MFT). The results ofdata analysis showed that there was a change in the average value of the variable cardiovascular endurance. In the circuit training group increased by 3.26ml/kg/min, in the continuous low-intensity training group increased by 5.79ml/kg/min and in the control group there was an increase of 0.47ml/kg/min. The results of the independent t-test cardiovascular endurance obtained t value 2.282 and 4.232 with significance 0.037 and 0.001 which meaning ful training effect on improvement of cardiovascular endurance. The results of One Way Anova test of cardiovascular endurance variables between the treatment and control groups obtained F value of 8.347 with asignificance of 0.002, which means there was a difference between the effect of circuit training and continuous low intensity on cardiovascular endurance. Based on the results of LSD test, then the group of low-intensity continuous training was better influence than circuit training to increased cardiovascular endurance by 2.40000. From the results of the data analysis and discussion, it can be concluded that: (1) the circuit training and continuous low intensity effect on the increase in cardiovascular endurance (2) there were differences in the effect of circuit training and continuous low intensity to increased cardiovascular endurance in which continuous low intensity training was better. Suggestion that can be submitted is the result of this study can be used as a reference for the further study or training.keyword : circuit training, continuous low intensity, cardiovascular endurance
PENGARUH PELATIHAN LONCAT KELINCI TERHADAP KELINCAHAN DAN KECEPATAN ., I Kadek Suantara; ., I Gst Lanang Agung Parwata,S.Pd, M.Kes; ., dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.3670

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan loncat kelinci terhadap kelincahan dan kecepatan. Jenis penelitian adalah eksperimen sungguhan dengan rancangan the modified randomized pre-test post-test control group design. Sampel penelitian sebanyak 36 orang yang ditentukan dengan teknik proportional random sampling. Kelincahan diukur dengan menggunakan tes lari bolak balik (shuttle run) dan kecepatan dengan tes lari 50 m, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji-t independent dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan hasil uji-t independent data kelincahan diperoleh nilai signifikansi 0,000 pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05), sehingga hipotesis pengaruh pelatihan loncat kelinci terhadap kelincahan diterima. Sedangkan hasil uji-t independent data kecepatan diperoleh nilai signifikansi 0,000 pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05), sehingga hipotesis pengaruh pelatihan loncat kelinci terhadap kecepatan diterima. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa; (1) Pelatihan loncat kelinci berpengaruh terhadap kelincahan pada siswa putra kelas VIII SMP N 3 Bebandem. (2). Pelatihan loncat kelinci berpengaruh terhadap kecepatan pada siswa putra kelas VIII SMP N 3 Bebandem. Berdasarkan hasil penelitian ini, hal-hal yang dapat disarankan yaitu : (1) Bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainya disarankan dapat menggunakan pelatihan loncat kelinci sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kelincahan dan kecepatan. (2) Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk penggunakan variabel dan sampel penelitian yang berbeda.Kata Kunci : pelatihan loncat kelinci, kelincahan, kecepatan This research was aims to determine the effect of the rabbit jump training agility and speed. This type of research was a true experiment which used the modified randomized pre-test post-test control group design. 36 samples are determined by proportional random sampling technique. Agility was measured by shuttle run and the speed Was measured by sprint test 50 meters, then the data were analyzed using independent t-test with SPSS 16.0. Based on the results of the independent t-test agility of data obtained significance value of 0.000 at a significance level of 5% (α = 0.05), so the hypothesis of the influence of a rabbit jumping agility training received. While the results of the independent t-test speed data obtained significance value of 0.000 at a significance level of 5% (α = 0.05), so the hypothesis of the influence of rabbits on speed jump training received. Based on independent t-test results obtained tcount = 16.35 with a significance value of 0.000 at significance level α = 0.05, so the hypothesis of the influence of the rabbit jump training diterima. From the results of the data analysis and explanation above, it could be concluded that; (1) The rabbit jump training has an effect on men's agility in class VIII students of SMP N 3 Bebandem. (2). The rabbit jump training has an effect on men’s speed in class VIII students of SMP N 3 Bebandem. Based on these results, the things that can be suggested, namely: (1) For sports coaches, sports coaches, teachers and athletes and other sports people are advised to use a rabbit jump training as an alternative to improve agility and speed. (2) For other researchers who want to conduct similar research is recommended for the use of variables and different sample.keyword : The rabbit jump training, agility, speed