Claim Missing Document
Check
Articles

KAJIAN KONTRASTIF MORFOLOGIS AFIKSASI SUFIKS PADA NOMINA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Revalina Aulia Ramadhani; Azyarni Anjani; Sandy Aulia; Imam Baehaqie
Jurnal Basataka (JBT) Vol. 6 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/basataka.v6i2.291

Abstract

Penelitian ini membahas karakteristik morfologis khususnya sistem afiksasi dalam kosakata Bahasa Indonesia dan membandingkannya dengan Bahasa Inggris. Melalui analisis kontrastif, kedua bahasa ini ditekankan mengenai pembentukan kelas kata nomina (kata benda) untuk dibandingkan perbedaan dari masing-masing bahasa tersebut.  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dan metode catat. Data yang digunakan berupa kata yang merupakan nomina dalam BI dan BIng. Data diambil dari sumber data berupa kelas kata nomina dengan menggu nakan sumber Kamus Bahasa Indonesia digital dan Kamus bahasa Inggris Digital Oxford. Hasil penelitian ini adalah kelas kata paling dominan pada kosa kata serapan bahasa Inggris ialah nomina, hal tersebut didasarkan pada fokus utama ini adalah nomina (kata benda). Dilanjutkan dengan pola tata bahasa pada data memenuhi seluruh bentuk aspek tata bahasa peristilahan, karena terdapat bentuk yang paling menonjol yaitu bentuk sufiks nomina sebagai ciri penyerapan kosakata BI dalam KBBI V. Bentuk berafiks merupakan bentuk penting, terutama sufiks karena merupakan sebuah pola dalam penyerapan kosakata B.Ing.
Analisis Komponen Makna Kata Bermakna ‘Berbicara’ dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Desfiona, Elfara; Hardiasari, Shiva Arinda Putri; Qorizki, Deliza; Awaliyah, Sindi; Baehaqie, Imam
Jurnal Korpus Vol 9 No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v9i2.38692

Abstract

Language is a reflection of a society's culture and way of thinking. Each word has a unique meaning that includes not only the literal definition but also social and cultural values. “speaking” in Indonesian and its Javanese equivalent have different shades of meaning, even though both belong to the Austronesian language family. In Indonesian, “speaking” refers to conveying intentions or ideas orally, while in Javanese the meaning can vary depending on the level of language used. The researcher's aim is to explore the meaning of the word “speak” in Indonesian and Javanese and identify the differences and similarities between them. The researcher utilized a qualitative descriptive methodological approach and a theoretical approach. The data collection technique uses listening and note-taking techniques as well as the commensurate method with PUP basic technique and HBB advanced technique to analyze the data that has been obtained. The researcher differentiated the two languages with components of meaning differentiation based on objects in the form of one person and more than one person; volume in the form of whispering clearly and shouting; context in the form of anger, advising, and expressing; time in the form of a glimpse, a little long, and long; and distance in the form of near and far. The researcher differentiated the two languages with the components of meaning differentiation based on the object in the form of one person and more than one person; volume in the form of whispering clearly and shouting; context in the form of angry, advising, and expressing; time in the form of fleeting, rather long, and long; and distance in the form of near and far. The researcher obtained 34 speech data points that have the same meaning as "speaking" in two languages. There are 16 speeches in Indonesian, namely speaking; bertutur; berceramah; berbincang; bercakap; chatting; ngoceh; speech; greeting; interviewing; delivering; argue; answer; praise; complain; and scold; and there are 18 speeches in Javanese, namely ngomong; ndongeng; wicara; ngendika; ngerumpi; nyerita; matur; tembang; sambat; guneman; ngomyang; ngrembug; ngrasani; ngresula; nyacat; ngandani; wadul; dan nyeneni. This research is useful to better understand the linguistic and cultural richness contained in Indonesian and Javanese.
ANALISIS KONTRASTIF POLA REDUPLIKASI DALAM BAHASA JAWA DAN BAHASA INDONESIA Saputri, Ana; Azizah , Yulfiha Nur; Baehaqie, Imam
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v9i2.670

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan pola reduplikasi (kata ulang) antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian analisis kontrastif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari kajian pustaka yang memuat bentuk-bentuk reduplikasi dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Adapun metode yang digunakan adalah metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Metode dan teknik analisis data dilakukan dengan cara memadukan metode padan dan agih dengan teknik lanjutannya masing-masing. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pola reduplikasi (kata ulang) dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia secara keseluruhan hampir serupa. Hanya saja ada beberapa bentuk pola reduplikasi yang berbeda diantara keduanya, yaitu pada pola reduplikasi sebagian dengan ditemukannya pola reduplikasi di tengah-tengah suku kata awal kata dasar dalam bahasa Jawa yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Selain itu, reduplikasi berimbuhan afiks yang terdapat dalam bahasa Jawa tergolong terbatas dibandingkan bahasa Indonesia.
BENTUK-BENTUK ABREVIASI BAHASA GAUL DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER:SUATU KAJIAN MORFOLOGI Muttaqin, Nufi Azam; Baehaqie, Imam; Rustono, Rustono
Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 13, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/lgrm.v13i2.11815

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk abreviasi bahasa gaul dalam media sosial Twitter. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah bahasa gaul dalam media sosial Twitter. Sumber data dalam penelitian ini berupa unggahan media sosial Twitter dengan menggunakan bahasa gaul yang di dalamnya terdapat adanya abreviasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles & Huberman yang terdiri atas tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan bentuk-bentuk abreviasi bahasa gaul dalam unggahan Twitter. Bentuk-bentuk abreviasi yang ditemukan antara lain yaitu singkatan, akronim, kontraksi, dan penggalan. Beberapa temuan menunjukkan bahwa terdapat abreviasi bahasa gaul dalam unggahan Twitter yang bersumber dari bahasa asing.Kata kunci: abreviasi, bahasa gaul, twitter
HATI PIKIRAN PROAKTIF DAN ANALOGI SEBAGAI FILSAFAT BAHASA DALAM LKTD PADA MAHASIWA PAPUA BINAAN YAYASAN BINTERBUSIH Meku, Andir; Baehaqie, Imam
Jurnal Pendidikan Indonesia : Teori, Penelitian, dan Inovasi Vol 5, No 6 (2025): Jurnal Pendidikan Indonesia : Teori, Penelitian, dan Inovasi
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpi.v5i6.2237

Abstract

This study aims to analyze the integration of the concepts of proactive mind and heart and analogy as the philosophy of language within the Basic Leadership Training (LKTD) program for Papuan students under the guidance of the Binterbusih Foundation. Employing a qualitative approach, data were collected through in-depth interviews and participatory observation of both trainees and instructors. Thematic analysis was used to identify the symbolic and reflective meanings embedded in the application of these concepts during the training process. The findings reveal that the proactive mind and heart serve as a foundation for developing self-awareness, responsibility, and autonomous action among students. Meanwhile, the use of analogy as a linguistic-philosophical tool effectively bridges abstract leadership concepts with the participants’ concrete experiences. The synergy between these two approaches fosters reflective leadership characterized by spiritual awareness, social empathy, and intrinsic motivation. Moreover, the study highlights that Papuan culture, rich in symbolism and metaphor, provides a fertile ground for character and leadership education rooted in local wisdom. Thus, integrating proactive thinking and analogical reasoning not only enhances the cognitive and affective dimensions of leadership learning but also enriches the ethnolinguistic and spiritual aspects of higher education in Papua. This model is recommended as a foundation for developing culturally responsive leadership curricula within Indonesia’s multicultural context.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis integrasi konsep hati pikiran proaktif dan analogi sebagai filsafat bahasa dalam materi Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD) bagi mahasiswa Papua binaan Yayasan Binterbusih. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif terhadap peserta dan instruktur pelatihan. Analisis data dilakukan dengan metode tematik untuk mengidentifikasi makna simbolik dan reflektif dari penerapan kedua konsep tersebut dalam proses pembelajaran kepemimpinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hati pikiran proaktif menjadi landasan kesadaran diri mahasiswa untuk bertindak secara reflektif, bertanggung jawab, dan mandiri. Sementara itu, penggunaan analogi sebagai filsafat bahasa terbukti efektif dalam menjembatani pemahaman konsep abstrak dengan pengalaman konkret peserta. Kedua pendekatan ini berinteraksi secara sinergis dalam membentuk pola kepemimpinan reflektif yang menumbuhkan kesadaran spiritual, empati sosial, dan motivasi internal. Penelitian ini juga menegaskan bahwa nilai-nilai budaya Papua yang sarat simbol dan perumpamaan memiliki potensi besar dalam mendukung pendidikan karakter dan kepemimpinan berbasis kearifan lokal. Dengan demikian, integrasi hati pikiran proaktif dan analogi tidak hanya memperkuat dimensi kognitif dan afektif peserta, tetapi juga memperkaya ranah etnolinguistik dan spiritual pendidikan tinggi di Papua. Model ini direkomendasikan sebagai dasar pengembangan kurikulum kepemimpinan kontekstual di lingkungan multikultural Indonesia.
Analisis Tagmemik Bahasa Slang dalam Komentar Akun Gosip TikTok Sari, Desi Novita; Rustono, Rustono; Baehaqie, Imam
Pena : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 15 No. 2 (2025): Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/pena.v15i2.49087

Abstract

The phenomenon of slang language is increasingly widespread on social media, particularly on the TikTok platform. One account that has attracted significant attention is Lambe Turah Official, which frequently presents gossip content and sparks numerous comments from netizens. The gossip account Lambe Turah Official has millions of followers and consistently produces viral content. The comment section of this account is filled with various forms of netizens’ expressions, often characterized by the use of distinctive slang. This study aims to analyze the syntactic structure of slang sentences found in the comments on this account. The data were obtained from screenshots of netizens’ comments on posts by Lambe Turah Official on TikTok. The analysis was carried out using a syntactic approach, focusing on the tagmemic syntactic structure and the socio-linguistic functions of slang in TikTok comments. The phenomenon of slang use in the Lambe Turah Official comment section not only represents a form of linguistic creativity but also emphasizes the social functions of language as a marker of group identity, a medium of solidarity, and a vehicle for criticism or satire expressed in a casual linguistic style. From a syntactic perspective, slang sentences show that even though they do not always conform to standard language rules, their structure remains comprehensible to the user community due to shared social context and understanding.