Claim Missing Document
Check
Articles

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Dagusibu Obat Skabisida Topikal Saftia Aryzki; Iwan Yuwindry
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v5i2.7284

Abstract

: Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (kutu kecil) yaitu Sarcoptes scabieis varietas hominis. Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di wilayah beriklim tropis dan subtropis. Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dagisibu obat skabisida topical dan cara pemakaian melalui ceramah langsung serta pemberian brosur. Pengabdian dilaksanakan di Balai Kecamatan Pemurus Luar pada hari Sabtu 18 Juni 2022 dengan jumlah peserta 54 orang. Peserta dengan kelompok usia lebih dari 50 tahun merupakan target usia pertama pada pengabdian ini. Tahap awal pelaksanaan yaitu pemberian edukasi, setelah itu dilakukan diskusi tanya jawab dan terakhir tahap evalusi hasil dari kegiataan. Evaluasi keberhasilan kegiatan dilakukan dengan memberikan pretest dan posttest. Hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat setelah diberikan edukasi dengan rata-rata nilai untuk pretest sebesar 100.000 dan posttest sebesar 100.000. Kesimpulan dari kegiatan ini hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat setelah diberikan edukasi terkait DAGUSIBU bahwa sebelum adanya pemaparan (pre-test) memiliki presentase pengetahuan sebanyak 30%, sedangkan sesudah pemaparan (post-test) mengalami peningkatan dengan presentase sebanyak 39%. Scabies is a skin disease caused by mites (small lice), namely Sarcoptes scabies varieties hominins. The disease is a public health problem, especially in tropical and subtropical climates. This community service aims to increase public knowledge about the Dagitibu Topical Scabetic Drugs and how to use them through direct lectures and giving brochures. The dedication was held at the Pemuru Luar District Hall on Saturday, 18 June 2022, with 54 participants. Participants with an age group of more than 50 years are the first age target in this service. The initial stage of implementation is the provision of education; after that, a question and answer discussion is carried out and finally, the evaluation stage of the results of activities. The activity's success is evaluated by providing a pretest and posttest. The evaluation results showed increased public knowledge after education, with an average value for a pretest of 100,000 and a posttest of 100,000. The conclusion from this activity, the evaluation results show an increase in public knowledge after being given education related to Dagusibu that before the presentation (pretest), had a percentage of knowledge of 30%, whereas after the posttest) increased with a percentage of 39%. 
AKTIVITAS EKSTRAK BONGGOL NANAS (ANANAS COMOSUS L. MERR) SEBAGAI AGEN ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS Nabila Khairina; Dede Mahdiyah; Iwan Yuwindry; Danan Danan
An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol 10, No 1 (2023): AN-NADAA JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (JUNI)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/ann.v10i1.8768

Abstract

Bakteri Streptococcus mutans penyebab utama karies gigi memiliki persentase resistensi terhadap antibiotik cefotaxime, tetrasiklin, levofloksasin sebesar 50%, sedangkan terhadap antibiotik kloramfenikol resistensi sudah mencapai 100%. Resistensi bakteri yang terjadi menimbulkan kekhawatiran munculnya multi drug resistant yang akhirnya akan semakin mempersulit proses terapi penderita penyakit infeksi, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya upaya untuk mengeksplorasi bahan alam untuk terapi alternatif. Salah satunya adalah bonggol buah nanas, dimana terdapat banyak metabolit sekunder didalamnya, salah satunya bromelin. Mengidentifikasi aktivitas ekstrak bonggol nanas (Ananas comosus L. Merr) sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Jenis penelitian eksperimen yaitu True Eksperimental Desain penelitian yang digunakan Posttest-Only Control Group Design dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen ekstrak bonggol nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100% dibandingkan dengan kontrol positif antibiotik kloramfenikol dan kontrol negatif menggunakan DMSO. Aktivitas daya hambat dengan metode sumuran yang terkecil terdapat pada konsentrasi 50% yaitu dengan rata-rata 19,53 mm. Hasil KHM pada konsentrasi 75% dan KBM pada konsentrasi 100% yang mempunyai rata-rata <100 koloni. Hasil nilai signifikansi uji Krusskal Wallis sebesar 0,007(p < 0,05), hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara ekstrak bonggol nanas (Ananas comosus l. Merr) 50%, 75%, dan 100% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang terkandung pada bonggol nanas (Ananas comosus L. Merr) tersebut diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
Persepsi Apoteker Tentang Penerapan Telefarmasi Di Apotek: Persepsi Apoteker Tentang Penerapan Telefarmasi Di Apotek Muhammad Naufal; Iwan Yuwindry; Muhammad Rizali
Jurnal Pelayanan Kefarmasian dan Sains Vol 3 No 2 (2023): Journal of Pharmaceutical Care and Sciences (JPCS)
Publisher : LPPM Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/jpcs.v3i2.249

Abstract

Background: The pharmacist's perception is important to find out whether a pharmacy can implement telepharmacy, which is a new innovation in the pharmaceutical field that requires adaptation in implementation, especially in pharmacies to provide high quality pharmaceutical services to the community. Objective: This study was to determine the pharmacist's perception of the implementation of telepharmaceuticals in pharmacies. Methods: In this study using quantitative methods with analytical observational design, namely cross sectional research design and sampling technique in this study using Consecutive Sampling technique. Results: based on the results of research with 134 pharmacist respondents, it shows that pharmacists' perceptions of telepharmacy implementation in pharmacies show positive perceptions of drug insurance as much as 120 (89.5%), on drug prices 107 (79.8%) positive perceptions, on consumer rights have a positive perception of 130 (97%), on the convenience obtained using telepharmaceuticals have a positive perception of 133 (99.3%), on the regulations governing telepharmacy have a positive perception of 133 (99.3%), and on the risk of selling drugs through telepharmaceutical applications had a positive perception of 84 (62.7%). But only as many as 32 (23.9%) pharmacists who apply telepharmacy in pharmacies seen from the pharmacist's interest in implementing telepharmacy in pharmacies as many as 101 (75.4%) pharmacists are interested in implementing telepharmacy. Conclusion: Pharmacists' perceptions of telepharmacy implementation in pharmacies on drug assurance, drug prices, consumer rights, convenience, regulation, and telepharmacy risks are positive. Keywords: Pharmacy , pharmacist ,perception, telepharmacy
Pengaruh Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Terhadap Efek Samping Vaksinasi Covid-19 di Universitas Sari Mulia: Pengaruh Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Terhadap Efek Samping Vaksinasi Covid-19 di Universitas Sari Mulia Darini Kurniawati; Iwan Yuwindry
Jurnal Pelayanan Kefarmasian dan Sains Vol 3 No 2 (2023): Journal of Pharmaceutical Care and Sciences (JPCS)
Publisher : LPPM Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/jpcs.v3i2.281

Abstract

Background: In general, the side effects that arise after the vaccine vary. In general, mild and temporary and not always there and depending on the condition of the body. Effects such as fever and muscle aches or redness at the injection site are normal but still need to be monitored. The benefits of vaccines far outweigh the risks of getting sick from being infected if not vaccinated. If a Post-Immunization Follow-up Event (KIPI) occurs, it can be reported to the Health Facility where the vaccination is given, then it will be followed up by the focal point in each Health Service and reviewed by the KIPI Study and Management Committee in each region and nationally. To find out how the level of student understanding influences the side effects of the COVID-19 vaccination at Sari Mulia University, Banjarmasin. Objective: Knowing how to influence the level of student understanding of the side effects of COVID-19 vaccination at Sari Mulia University, Banjarmasin. Methods: This study used a descriptive observational cross-sectional design with purposive sampling with inclusion and exclusion criteria set by researchers at Sari Mulia University, Banjarmasin. Data analysis using Naranjo. Results: The results of the research on the incidence rate of drug side effects in the covid-19 vaccine in Sari Mulia University students obtained Probable results as many as 60 respondents, Possible as many as 23 respondents and Doubtful as many as 7 respondents. The results of the statistical analysis of the chi-square test using SPSS. Conclusion: Knowledge questionnaires that have an effect are place of residence, faculty and type of vaccine while age and gender do not affect knowledge. And for the Naranjo questionnaire, the factors that have an effect are the faculty and place of residence, while gender, age and type of vaccine have no effect. The alternative hypothesis (Ha) was accepted because it found that there was an effect on the level of student knowledge on the side effects of the Covid-19 vaccination at Sari Mulia University, Banjarmasin. Meanwhile, the null hypothesis (Ho) was rejected because there was no effect on the level of student knowledge on the side effects of the Covid-19 vaccination at Sari Mulia University, Banjarmasin. Keywords: Vaccines, Knowledge, Naranjo
Pelatihan Pembuatan Filtrasi Sederhana Karang Taruna Miftahul Jannah Dalam Membangun Kesehatan Lingkungan Sungai Tuti Alawiyah; Iwan Yuwindry; Nurhayati Nurhayati
Indonesia Berdaya Vol 4, No 4 (2023)
Publisher : UKInstitute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.2023614

Abstract

Sasirangan liquid waste as a form of the textile industry has a high polluting power so it does not meet the requirements to be discharged into the environment before being processed. Sasirangan wastewater pollution parameters exceed the textile industry wastewater quality standards. Until now, in the Sungai Jingah Village there is no institutional team structure to overcome these weaknesses in waste management. Therefore, we carry out a program that can solve these problems, namely by optimizing the function of the Miftahul Jannah Youth Organization, which is domiciled in the local environment, namely the Partner Assistance Program with the theme "Training in Making Simple Filtration of Miftahul Jannah Youth Organization in Building River Environmental Health". This partner mentoring program aims to improve partner skills so that they can independently manage the waste management process for IKM sasirangan fabrics in the Sungai Jingah sub-district. The method of activity in overcoming this problem is by providing counseling regarding the chemical content and effects of sasirangan cloth waste, training on making activated carbon from banana peels, and training on making simple activated carbon filtration. Training and mentoring activities for making this Simple Filtration Economically can help increase partners' knowledge for handling sasirangan waste at Sasirangan cloth SMI Sungai Jingah Village.
Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Akar Purun Danau (Lepironia articulata) Sebagai Antibakteri Hairunnisa Hairunnisa; Setia Budi; Iwan Yuwindry
Sains Medisina Vol 1 No 6 (2023): Sains Medisina
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gel handsanitizer yang beredar di masyarakat sebagian besar mengandung alkohol. Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat memicu iritasi dan rasa terbakar pada kulit. Pada akar purun danau (Lepironia articulata) mengandung flavonoid, tanin dan saponin yang berperan sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan Mengetahui bahwa ekstrak akar purun danau (Lepironia articulata) dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan gel handsanitizer dan memenuhi evaluasi sediaan yang baik. Sediaan gel handsanitizer ekstrak akar purun danau dibuat dalam 3 formulasi dengan variasi konsentrasi ekstrak akar purun danau 3%, 4% dan 5%. Hasil pengamatan yang dilakukan pada sediaan gel handsaniitzer ekstrak akar purun danau pada pengamatan organoleptis didapatkan hasil formula 1 yang baik terhadap tekstur sedangkan warna dan bau 3 formulasi memiliki hasil yang sama. Pada pengamatan homogenitas didapatkan hasil ketiga formulasi homogen. Pada uji pH didapatkan hasil formula 1 memenuhi kriteria. Pada uji bobot jenis didapatkan ketiga formulasi tidak memenuhi kriteria. Pada uji viskositas dan sifat alir didapatkan memiliki sifat pseudoplastis dan tidak memenuhi nilai rentang spesifikasi. Pada uji daya antiseptik memenuhi kriteria. Penelitian ini perlu pengembangan formulasi untuk mendapatkan evaluasi fisik yang optimal.
KAJIAN DAMPAK EFEK SAMPING PENGGUNAAN OBAT OFF LABEL PADA PASIEN SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS (SLE) TERHADAP BIAYA KESEHATAN Iwan Yuwindry; Yusri Yusri; Hansel Hens Tangkas
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 8 No 2 (2023): JIIS
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jiis.v8i2.1313

Abstract

The main problem in conducting lupus treatment is that most drugs for the therapy provided have not been authorized so that they are still included in the class of off-label drugs for the treatment of lupus. The purpose of this study was only to see the impact of side effects of off-label drugs on health costs. This study was conducted using a cross-sectional method by means of a survey using the Naranjo Algorithm instrument (PESO Book) to determine the level of incidence of side effects that exist in LSE therapy using off-label drugs and calculate the health costs of lupus patients. The results showed that the most respondents were in adulthood (19 respondents  47.5%), then the most respondents were female (37 respondents or 92.5%). Data on the incidence of side effects obtained the most respondents in the Probable category (most likely to occur ROM) of 14 respondents or 35%. In addition, data on health costs incurred by more respondents experienced an increase, namely 23 respondents or 57.5%. The research data shows the calculated r value is 0.3044 and the Sig (2-tailed) value is 0.000 with a confidence level (CI) of 0.05. The results of the analysis clearly show that there is a significant relationship between the side effects of using off-label drugs on the health costs of lupus patients, where if the value of side effects experienced by respondents is high, the value of respondents' health costs is also high.
Biaya Kesehatan Pasien Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) dengan Penggunaan Obat Off Label pada Terapi: Health Costs of Systemic Lupus Eritematosus (SLE) Patients Using Off Label Drugs in Theraphy Iwan Yuwindry; Yusri Yusri
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v10i1.7151

Abstract

Masalah utama dalam melakukan pengobatan lupus adalah kebanyakan obat untuk terapi yang diberikan belum mendapat pengesahan sehingga masih termasuk dalam golongan obat off label untuk pengobatan lupus. Penggunaan obat off label dapat membawa potensi kejadian efek samping pada pasien Lupus yang berdampak peningkatan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya kesehatan pada pasien lupus yang menggunakan obat off label pada terapinya, sebagai evaluasi terpadu dalam mengupayakan peningkatan kualitas hidup dan menjamin perawatan yang tepat pada pasien Lupus. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif dengan menggunakan cara survey untuk melihat kejadian efek samping penggunaan obat-obatan off label pada pasien lupus. Penelitian ini merupakan penelitian prospektif yang dilakukan dengan mengobservasi pasien lupus untuk mengetahui biaya kesehatan yang dikeluarkan dalam terapi yang menggunakan obat off label. Hasil penelitian didapatkan responden terbanyak berada pada usia dewasa (19 responden atau 47,5%), kemudian responden terbanyak adalah perempuan (37 responden atau 92,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan dengan jelas bahwa gambaran biaya Kesehatan dalam penggunaan obat off label pengobatan penyakit Lupus yang paling tinggi yaitu 2 kombinasi obat off label Metylprednisolon dan Imuran sebesar Rp.313.285. Kemudian biaya terendah yaitu penggunaan monoterapi metylprednisolon sebesar Rp.5.833.
Penerapan Metode WWHAM pada Praktik Swamedikasi diApotek Wilayah Banjarmasin Timur: Application of the WWHAM Method in Practice of Self-Medication in Pharmacy in the East Banjarmasin Region Gitria Putri Ballo; Iwan Yuwindry; Andriana Palimbo
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v10i1.7203

Abstract

Metode WWHAM (Who, What symptoms, How long, Action, Medication) adalah salah satu metode penggalian informasi yang digunakan oleh apoteker untuk menganalisis masalah kesehatan pada praktik swamedikasi sebelum apoteker melakukan pelayanan konseling dan pemberian informasi obat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penerapan metode WWHAM yang dilakukan oleh apoteker pada praktik swamedikasi di apotek berdasarkan lima kriteria tingkat penerapan pada penggalian informasi, pemilihan obat dan informasi obat. Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan teknik purposive sampling, maka diperoleh 30 sampel yaitu apoteker yang bekerja di apotek wilayah Banjarmasin Timur dan peneliti melakukan wawancara menggunakan kuisioner sebagai panduan yang telah valid dan reliabel. Hasil menunjukkan bahwa apoteker yang bekerja di apotek wilayah Banjarmasin Timur telah menerapkan praktik swamedikasi dengan persentase sebesar 85,5% pada penggalian informasi, 92,5% pemilihan obat dan 83,6% pada informasi obat. Apoteker telah menerapkan metode WWHAM pada praktik swamedikasi, tetapi belum maksimal 100% .
Etnomedisin Tumbuhan Obat di Desan Matabu Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur: Ethnomedicin of Medical Plants in Matabu Village, East Dusun District East Barito Regency Argo Widianto; Kunti Nastiti; Iwan Yuwindry
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v10i2.7719

Abstract

Etnomedisin merupakan suatu tahapan penting dalam menskrining, memilih dan mengembangkan obat baru yang berasal dari tumbuhan. Penggunaan obat tradisional dari berbagai kelompok etnis, menjaga dan merahasiakan pengetahuan pengobatannya karena mereka meyakini bahwa membagi pengetahuannya kepada orang lain akan mengakibatkan kehilangan kemampuan penyembuhannya. Mengeksplorasi pengetahuan lokal etnomedisin dan tumbuhan obat di Desa Matabu, Kabupaten Barito Timur serta melestarikan penggunaan obat tradisional secara turun temurun dari nenek moyang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif bersifat deskriftif dan Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Tujuan digunakannya purposive sampling adalah untuk menentukan sampel sebuah penelitian yang memang memerlukan kriteria-kriteria tertentu agar sampel yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian mengetahui macam-macam penyakit yang dapat mereka obati dengan menggunakan tumbuhan penyakit yang paling sering masyarakat dan batrra pakai yaitu untuk penyakit demam,masuk angin dan diare, Dari 120 responden ditemukan ramuan tanaman obat untuk mengobati penyakit sebanyak 53 cara pemakaian tumbuhan obat ada yang diminum,ditempelkan,direbus dan dipijat. Cara pemakaian tumbuhan obat yang paling populer atau sering digunakan dalam pengobatan yaitu dengan cara direbus/diminum dengan hasil presentasi sitasi terbesar yaitu 80,7%. Penelitian mendapatkan 53 spesies tumbuhan obat dari 38 famili. Empat penyakit terbesar yang paling sering diobati menggunakan tumbuhan obat di masyarakat Desa Matabu adalah yaitu demam, Maag, batuk dan hipertensi. Pemakaian tumbuhan obat yang paling disukai adalah dengan diminum. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu bagian daun. Tumbuhan obat berdasarkan famili yang paling banyak digunakan yaitu Zingiberaceae dan Myrtaceae.