Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

KINERJA REPRODUKSI TIKUS BUNTING AKIBAT PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PURWOCEN Satyaningtijas, Aryani Sismin; Maheshwari, Hera; Achmadi, Pudji; Pribadi, Wisnugroho Agung; Hapsari, Sandra; Jondriatno, Divo; Bustaman, Isdoni; Kiranadi, Bambang
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 1 (2014): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i1.1253

Abstract

Pada penelitian ini, purwoceng diberikan pada tikus betina bunting umur 1-13 hari dengan tujuan mengetahui bobot badan, ovarium, dan uterus serta mempertahankan titik implantasi yang terbentuk sebelum masa implantasi. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok tikus bunting kontrol dan tikus bunting yang mendapatkan purwoceng dengan dosis 25 mg/300 g bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi purwoceng cenderung memiliki bobot ovarium dan uterus lebih berat dibandingkan kelompok kontrol. Purwoceng juga menyebabkan jumlah titik implantasi tikus hampir mendekati jumlah korpus luteum yang sudah terbentuk, dan ini menunjukkan bahwa keberhasilan implantasi lebih baik pada kelompok tikus yang diberi purwoceng.
Phase-dependent effects of purwoceng (Pimpinella alpina KDS) on estrous cycle modulation in virgin female rats Santoso, Hera; Achmadi, Pudji; Ekastuti, Damiana Rita; Tarigan, Ronald; Bustamam, Isdoni; Santoso, Koekoeh; Maheshwari, Hera; Satyaningtijas, Aryani
ARSHI Veterinary Letters Vol. 9 No. 4 (2025): ARSHI Veterinary Letters - November 2025
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.9.4.117-118

Abstract

Purwoceng (Pimpinella alpina KDS) merupakan tanaman obat tradisional yang telah banyak diteliti khasiat androgeniknya dalam penelitian reproduksi jantan. Namun, pengaruhnya terhadap kinerja reproduksi betina masih kurang dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh purwoceng terhadap durasi setiap fase estrus dan keseluruhan siklus estrus pada tikus betina. Empat puluh delapan tikus Sprague-Dawley betina perawan dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan fase estrus mereka pada awal perlakuan: proestrus, oestrus, metestrus, dan diestrus. Setiap kelompok terdiri dari enam ekor kontrol dan enam ekor tikus yang diberi Purwoceng. Ekstrak diberikan secara intragastrik selama sepuluh hari berturut-turut, sementara evaluasi apusan vagina dilanjutkan hingga hari ke-15 untuk memantau siklus estrus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian purwoceng selama dua siklus estrus umumnya memperpanjang fase proestrus dan estrus, dengan perpanjangan fase estrus yang signifikan secara statistik diamati ketika perlakuan diberikan selama estrus (P < 0,05). Sebaliknya, durasi fase metestrus dan diestrus berkurang, kecuali ketika Purwoceng diberikan selama metestrus, yang mengakibatkan peningkatan durasi metestrus. Kesimpulannya, purwoceng menunjukkan efek modulasi terbesar ketika diberikan selama fase estrus, menunjukkan responsivitas siklus reproduksi betina yang bergantung pada fase terhadap ekstrak herbal ini.