Purwoceng (Pimpinella alpina KDS) merupakan tanaman obat tradisional yang telah banyak diteliti khasiat androgeniknya dalam penelitian reproduksi jantan. Namun, pengaruhnya terhadap kinerja reproduksi betina masih kurang dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh purwoceng terhadap durasi setiap fase estrus dan keseluruhan siklus estrus pada tikus betina. Empat puluh delapan tikus Sprague-Dawley betina perawan dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan fase estrus mereka pada awal perlakuan: proestrus, oestrus, metestrus, dan diestrus. Setiap kelompok terdiri dari enam ekor kontrol dan enam ekor tikus yang diberi Purwoceng. Ekstrak diberikan secara intragastrik selama sepuluh hari berturut-turut, sementara evaluasi apusan vagina dilanjutkan hingga hari ke-15 untuk memantau siklus estrus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian purwoceng selama dua siklus estrus umumnya memperpanjang fase proestrus dan estrus, dengan perpanjangan fase estrus yang signifikan secara statistik diamati ketika perlakuan diberikan selama estrus (P < 0,05). Sebaliknya, durasi fase metestrus dan diestrus berkurang, kecuali ketika Purwoceng diberikan selama metestrus, yang mengakibatkan peningkatan durasi metestrus. Kesimpulannya, purwoceng menunjukkan efek modulasi terbesar ketika diberikan selama fase estrus, menunjukkan responsivitas siklus reproduksi betina yang bergantung pada fase terhadap ekstrak herbal ini.