p-Index From 2020 - 2025
7.572
P-Index
This Author published in this journals
All Journal COPING (Community of Publishing in Nursing) Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Jurnal NERS Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education JIMKesmas (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) Biomedical Journal of Indonesia Promotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah Belitung Nursing Journal Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo JURNAL PENDIDIKAN TAMBUSAI Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health Journals of Ners Community Jambura Journal of Health Sciences and Research Faletehan Health Journal Jurnal Pendidikan dan Konseling Syntax Idea PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Jurnal Medika Hutama InPrime: Indonesian Journal Of Pure And Applied Mathematics Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Jurnal Cahaya Mandalika Caring : Indonesian Journal of Nursing Science Jurnal Kesehatan Tambusai International Journal of Social Service and Research Jurnal Bisnis Mahasiswa Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Berita Kedokteran Masyarakat Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurnal Indonesia Sosial Teknologi Innovative: Journal Of Social Science Research Prosiding Seminar Nasional Unimus Jurnal ARSI : Administrasi Rumah Sakit Indonesia Journal of Indonesian Health Policy and Administration Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia JHE (Journal of Health Education) Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal)
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh)

Analisis Faktor Kepatuhan Tenaga Medis Puskesmas dalam Penulisan Resep Obat Berbasis Formularium Nasional di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar Rita Mutia; Ede Surya Darmawan; Asnawi Abdullah
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v4i2.641

Abstract

Latar Belakang: Formularium obat merupakan pedoman penggunaan obat secara rasional yang diresepkan kepada pasien. Namun faktanya masih ada obat yang tidak sesuai dengan stadar formularium nasional (fornas) dalam resep obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien. Di Kabupaten Aceh Besar penggunaan obat di luar fornas sebanyak 80% artinya masih tingginya pemakaian obat di luar fornas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kepatuhan dokter puskesmas dalam penulisan resep obat berbasis formularium nasional. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga medis puskesmas (dokter umum dan dokter gigi) sebanyak 87 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling dan sampel resep sebanyak 870 resep. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner melalui wawancara. Hasil: Ada hubungan antara Pengetahuan (P = 0,028), Informasi (P = 0,0001), dan Beban Kerja (P = 0,005) dengan Kepatuhan Dokter dalam penulisan resep obat berbasis fornas. Berdasarkan analisis multivariat diperoleh hasil bahwa Informasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap Kepatuhan Dokter dalam penulisan resep obat berbasis fornas (P = 0,0001 dan OR: 9,20). Kesimpulan: Kepada kepala puskesmas agar berupaya meningkatkan kepatuhan tenaga medis dalam penulisan resep obat sesuai formularium dan mengadakan evaluasi terhadap penulisan resep sesuai dengan formularium atau tidak.
Impementasi Pelayanan Kesehatan Berbasis Islami terhadap Kepuasan Pasien di RSUD Meuraxa Nova Perdana; Hermansyah Hermansyah; Ede Surya Darmawan
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v3i1.621

Abstract

Latar Belakang:  Rumah sakit sebagai industri jasa pelayanan kesehatan saat ini mengalami persaingan yang ketat dengan semakin mudahnya perizinan pendirian rumah sakit swasta. Lokasinya pun saat ini sudah tidak lagi mempertimbangkan jarak. Sehingga persaingan sangat mengandalkan kualitas pelayanan, biaya perawatan dan tenaga medis yang ditawarkan. Dampak dari persaingan ketat ini rumah sakit dituntut untuk membuat inovasi dan strategi untuk mendapatkan pasien. Mutu pelayanan rumah sakit menjadi sangat lah penting. Salah satunya dengan mengembangkan metode pelayanan yang berbasis Islami. Sejak tahun 2015 RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh menerapkan pelayanan kesehatan secara Islami  guna  untuk  meningkatkan  mutu pelayanan  kepada  masyarakat,  hal  ini  sejalan dengan penerapan Syariat Islam di Aceh. Metode: Penelitian analitik dengan desain cross-sectional ini dilakukan wawancara menggunakan kuesioner, dari tanggal 25 November-5 Desember 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di 10 ruang rawat inap RSUD Meuraxa. Dengan jumlah sampel 90 orang dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik untuk mengetahui nilai OR. Hasil: Diperoleh bahwa implementasi konsep pelayanan berbasis Islami (55,6%) sedangkan tingkat kepuasan pasien (56,7%). Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara implementasi konsep pelayanan berbasis Islami dengan kepuasan pasien di RSUD Meuraxa (p-value = 0,013). Nilai Odd Ratio = 2,9 dengan CI= 1,2-6,8. Kesimpulan: Implementasi konsep pelayanan kesehatan berbasis Islami berhubungan terhadap kepuasan pasien di RSUD Meuraxa.
Rasionalitas Peresepan Antibiotik pada Kasus Diare di Rsud Tgk. Chik Ditiro Sigli Elvira Elvira; Ede Surya Darmawan; Hafnidar A. Rani
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v3i1.628

Abstract

Latar Belakang: Peresepan obat tidak rasional yang sering terjadi sebagai akibat dari tidak terpenuhinya resep yang diberikan oleh petugas kesehatan, penggunaan yang berlebihan dan penggunaan antibiotika yang salah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengetahui rasionalitas peresepan antibiotik pada kasus diare. Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional study. Populasi adalah data rekam medik dan farmasi serta dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk. Chik Ditiro di Sigli pada tahun 2016 berjumlah 23 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini telah dilakukan sejak tanggal 22 September s/d 15 Oktober 2016 dengan menggunakan kuesioner dan observasi dokumen. Analisa data dilakukan dengan program komputer dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabulasi silang dan narasi. Hasil: Peresepan antibiotik untuk kasus diare mayoritas rasional sebanyak 160 responden (76,9%). Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan umur (OR = 0,5; p-value 0,488), jenis kelamin dokter (OR = 0,875; p-value 0,879), spesialisasi dokter (OR = 0,2; p-value 0,243), hubungan masa kerja (OR = 0,3; p-value 0,148), ketersediaan obat (OR = 1,45; p-value 0,673) dengan rasionalitas peresepan antibiotik. Ada hubungan kepercayaan dokter dengan rasionalitas peresepan antibiotik OR = 19,3; p-value 0,015). Saran: Bagi responden agar dapat meningkatkan kepercayaan pada formularium rumah sakit sebagai indikator peresepan obat sehingga dapat mencegah pemberian obat irasional dengan memberikan resep yang sesuai dengan diagnosis, jumlah yang sesuai dan patuh pada formularium rumah sakit sehingga dapat menjaga kualitas pelayanan kesehatan.
KAPASITAS ORGANISASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR KOTA BEKASI, INDONESIA Ede Surya Darmawan
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v5i2.740

Abstract

Latar belakang: Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas adalah penyelenggara program kesehatan masyarakat termasuk deteksi dini dan pengendalian penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara kapasitas organisasi Puskesmas dan kinerja program PTM (pencapaian SPM). Metode: penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penampang silang. Uji korelasi Spearman dan multivarian dengan Partial least Square. Data penelitian adalah data primer dan mata pelajaran yang dipelajari adalah 31 Puskesmas di kota Bekasi. Hasil: hasil uji korelasi untuk variabel sumber daya Puskesmas menunjukkan bahwa dana dan sumber daya manusia tidak terkait dengan kinerja program PTM (p 0,05 dan koefisien korelasi atau r = 0,00 – 0,25). Sementara fasilitas infrastruktur terkait dengan kinerja program PTM (p 0,05 dan r = 0,26-0,50). Dalam manajemen Puskesmas variabel P1 (Perencanaan) tidak menunjukkan berkorelasi dengan kinerja program PTM (p 0,05 dan r = 0,00-0,25). Sementara P2 (aktivitas implementasi) dan P3 (pengawasan, pengendalian dan penilaian) secara signifikan berkorelasi dengan kinerja program PTM (p 0,05 dan r = 0,26-0,50). Hasil analisis PLS, diketahui bahwa sumber daya dan pengelolaan Puskesmas terkait dengan kinerja program PTM, hubungan ini hanya menjelaskan sekitar 5,89% (R = 0,0589). Kesimpulan: Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan pencegahan dan pengendalian PTM dengan membuat SPM sebagai indikator kinerja program PTM. Sinergisme dana Puskesmas dalam pembiayaan kesehatan menjadikan UKM sebagai upaya mendukung pengembangan kesehatan. Saran dari penelitian ini adalah untuk membuat program PTM sebagai program prioritas untuk meningkatkan kinerja dan membuat SPM sebagai instrumen untuk pelaksanaan kinerja berbasis penganggaran.
Pelayanan Kesehatan: Berkualitas dan atau Ditinggalkan? Ede Surya Darmawan
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v4i2.676

Abstract

Penyediaan pelayanan kesehatan haruslah pelayanan yang bermutu bahkan bermutu paling tinggi. Hal ini karena pelayanan kesehatan tujuan utamanya adalah melayanani manusia dan pelayanan keseahtan merupakan pertama yang diterima manusia ketika seorang manusia dilahirkan dan juga dapat menjadi akhir dari pelayanan yang diterima saat manusia (rohnya) meninggalkan dunia fana. Oleh karena itu, membicarakan pelayanan kesehatan tidak lengkap tanpa membahas mutu atau kualitas pelayanan yang diselenggarakan. Hal ini seiring dengan peran kualitas pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu pra-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang secara minimal dinilai dari tingkat keamanan terhadap pasien (patient safety).Akhir-akhir ini kualitas pelayanan kesehatan selalu menjadi sorotan utamanya setelah dilaksanakannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai salah satu penerapan dari kebijakan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Pada sisi lain, hadirnya era keterbukaan yang dipicu dan dipacu dengan berkembangnya media sosial yang didukung teknologi informasi berbasis telepon genggam pintar (smart phone) semakin menegaskan sorotan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan dengan berbagai aspek dan dinamika yang menyertainya. Padahal, sudah sejatinya sorotan dan perhatian masyarakat terhadap kualitas pelayanan adalah sebuah keharusan untuk terus menjaga  dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dari sudut pandang proses pelayanan, kualitas pelayanan kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan kualitas pelayanan dan produk atau komoditi lainnya, yaitu ditentukan oleh kemampuannya dalam memenuhi harapan pelanggan dan pemenuhan standar teknis (standar yang ditentukan oleh kalangan profesional penyedia layanan atau pembuat produk/komoditi itu). Belakangan, konsep mutu semakin mengkristal dan berfokus pada pemenuhan harapan pelanggan sebagai tujuan utama dan akhir dari pelayanan atau penggunaan produk. Jadi, kualitas pelayanan kesehatan semakin dituntut untuk memenuhi harapan pasien, dan hal ini berarti pelayanan yang berfokus kepada pasien adalah sebuah keniscayaan yang harus diselenggarakan oleh penyedia layanan kesehatan. Bila tidak, dengan kemudahan arus informasi yang timbal balik maka persoalan kualitas pelayanan kesehatan buruk bisa dengan mudah disebarkan oleh masyarakat sebagai pengguna baik antar anggota maupun secara meluas melalui media sosial yang seolah tanpa dinding pembatas. Kalau dulu ada istilah berita baik/buruk disebarkan dari “mulut ke mulut” maka sekarang beredar lebih luas dari “satu gadget ke gadget dan ke group-group di berbagai media sosial” Konsep dan Definisi Mutu/Kualitas Pelayanan dan Implikasi terhadap Penyediaan Pelayanan Mutu/atau kualitas pada dasarnya merupakan pemenuhan terhadap harapan pengguna atau pelanggan (customer, client or consumen). Definisi ini merujuk pada kenyataan bahwa layanan dari sebuah jasa (services) ataupun barang (commodity) diproduksi tentu diperuntukkan bagi pengguna/pelanggan yang dituju. Atas dasar inilah maka mutu haruslah merupakan barang/pelayanan yang dibutuhkan dan diharapkan oleh pelanggan dalam segenap aspek yang terkait di dalamnya. Siapakah pelanggan? Pelanggan terdiri atas pelanggan yang menjadi tujuan utama (the ultimate consument) yaitu para pengguna yang akan mengkonsumsi atau menikmati pelayanan/barang yang disajikan/diproduksi. Untuk mengkonsumsinya tentu saja para konsumen itu harus rela mengeluarkan uang, waktu, tenaga dan bahkan harus mencapai lokasi tertentu yang bisa saja jauh dari tempat tinggal atau tempat kerjanya. Atas dasar inilah maka mutu pelayanan harus memperhatikan tidak hanya kebutuhan namun keinginan/harapan pelanggan. Atas dasar pemikiran inilah salah satu dimensi definisi mutu adalah pemenuhan keinginan/harapan pelanggan. Pelanggan kedua adalah mereka yang berperan melakukan proses pelayanan atau proses produksi untuk menyajikan pelayanan atau produk dimaksud. Pelanggan ini disebut sebagai pelanggan internal yang merupakan bagian dari organisasi pelayanan/produser yang bekerja dengan metode, teknologi, bahan baku, dan sistem bekerja yang telah ditetapkan oleh organisasi pelayanan/produser dimaksud. Pelanggan internal juga merupakan orang-orang yang ahli di bidangnya dan untuk mendapatkan keahlian itu mereka rela menempuh pendidikan dan pelatihan hingga mendapatkan pengesahan/sertifikasi atas keahliannya. Agar pekerjaan mereka menghasilkan pelayanan dan produk yang berkualitas, mereka pun menetapkan persyaratan dan standar proses, serta standar hasil/output dari setiap pelayanan/produk yang diproduksi. Atas dasar ini maka mutu pelayanan/produk memiliki dimensi definisi sebagai pemenuhan standar teknis yang ditentukan oleh para profesional di bidang yang dimaksud. Implikasi dari kedua dimensi definisi mutu di atas melahirkan pengertian bahwa mutu adalah pemenuhan (fulfillment) dari harapan pelanggan dan standar teknis yang ditentukan oleh profesional. Dalam praktiknya maka ukuran mutu pada barang/komoditas ditentukan oleh kesesuaian antara spesifikasi barang/komoditas yang  tertulis/dijanjikan dengan kondisi dan kegunaan barang saat dipergunakan. Adapun untuk pelayanan maka ukuran mutu jauh lebih rumit karena tidak hanya melibatkan kualitas barang/komoditas namun hubungan antar manusia (interaksi antara pelanggan dan petugas pemberi pelayanan), dan kondisi tempat penyediaan pelayanan yang diharapkan aman serta memberikan kenyamanan kepada para pelanggan. Mutu Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang selalu berhubungan dengan kehidupan manusia sejak dilahirkan hingga diwafatkan. Dimensi nilai kehidupan dan rentang waktu kehidupan ini haruslah dipahami dan direspon dengan baik oleh penyedia pelayanan kesehatan. Kesalahan dalam menyelengarakan pelayanan baik dalam aspek pemenuhan harapan pelanggan, pemenuhan aspek teknis profesional kesehatan, dan juga kenyamanan akan menjadi bahan keluhan dan menurunkan kepuasan pelanggan. Atas dasar ini pelayanan kesehatan haruslah memenuhi kriteria/standar tertentu yang oleh Institute of Medicine (IOM) sebagai sebuah lembaga ilmu pengetahuan tingkat dunia yang berbasis di Amerika Serikat menerbitkan buku yang berjudul Crossing the Quality Chasm: A New Health System for the 21st Century. Crossing the Quality Chasm merupakan upaya sistematis bagaimana memperbaiki dan melakukan inovasi terhadap sistem pelayanan kesehatan yang melibatkan seluruh pihak terkait yaitu pembuat kebijakan, pemerintah, profesional kesehatan, penyedia pelayanan kesehatan, dan konsumen serta pihak lain yang berkepentingan seperti perguruan tinggi dan masyarakat madani. Agar sistem pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi beban penyakit, dan meningkatkan produktifitas masyarakat, maka seluruh pihak terkati harus menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas yang bercirikan:Safe (pelayanan yang aman): menghindari kecelakaan bagi pasien dari berbagai pelayanan yang ditujunkan bagi mereka;Effective (pelayanan yang sesuai dengan tujuan): menyediakan pelayanan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai serta menghindarkan pelayanan yang tidak memberikan manfaat bagi pasien;Patient-centered (pelayanan yang berfokus pada pasien): menyediakan pelayanan yang menghargai/menghormati dan tanggap terhadap nilai, kebutuhan, dan selera pasien termasuk meyakinkan bahwa pasien memahami seluruh keputusan menyangkut pelayanan klinis yang akan diterimanya;Timely (tepat waktu): mengurangi waktu tunggu dan kadang-kadang hal-hal yang membahayakan bagi kedua pihak yaitu penerima dan pemberi pelayanan;Efficient (pelayanan yang hemat biaya): menghilangkan hal-hal yang tidak berguna/sampah baik dari penggunaan alat-alat kesehatan, obat-obatan, bahan habis pakai, pemikiran dan tenaga; danEquitable (pelayanan yang adil/sama): menyediakan pelayanan yang sama kualitasnya (untuk penyakit dan kebutuhan yang sama) dan tidak berbeda karena perbedaan karakteristik personal seperti status sosial ekonomi, jenis kelamin, keyakinan, etnis dan asal daerah.Berkaca pada rekomendasi dari IOM di atas, maka pelayanan kesehatan yang disediakan haruslah pelayanan yang benar-benar berkualitas. Oleh karena itu cara-cara penyediaan pelayan kesehatan yang seadanya sudah waktunyaditinggalkan dan tidak lagi disediakan. Jika tidak, maka pelayanan kesehatan itulah yang akan ditinggallkan oleh para pelanggan, baik itu para pelanggan internal dan tentu saja para pelanggan eksternal.  
Co-Authors Achir Yani S. Hamid Adang Bachtiar Agung Waluyo Amelia Kusumawardhani Amelia Kusumawardhani Setiawan Amelia Rahayu Amelia Rizki Alfriantin Anhari Achadi Arani Nadhira Arif, Umi Fikria Ariyanti , Fajar Asnawi Abdullah Azni, Nurkarti B, Ilmah Yanuarti Baequni, Baequni Bashabih, Masyitoh Bernadeth Novita Budisusilowati Bunga Listia Paramita Chintia, Amelia Cicilya Candi David R. I. Hutajulu DEWI IRAWATI Dhynianti, Levi Diah Ekawati Diah Ekawati Diah Ekawati Elvira Elvira Eska Perdini Suhendi Etty Rekawati Fahnida Zeydra Thohari Farid Fauzan Mahubessy Feni Dwi Lestari Fika Maulani Fadrianti Fitriana, Mila Fransisca, Martha Hafnidar A. Rani Hartono, Widy Hendra Ayusra Hermansyah Hermansyah Ilyas, Jaslis Immanuel Natanael Tarigan Indriana, Yuki Melati Irene Jesihka Pandiangan Irmayanto, Randi Isroil Samihardjo Ita Wulandari Jaya, Danil Anugrah Julian Simanjuntak Kusumawardhani Setiawan , Amelia Mardiati Najib Mardiati Najib Marianus Ruba Marianus Ruba Martha Fransisca Martini Heniastaty Patuwondatu Mulyadi, Budhi Mumpuni, Dian Pitaloka Sri Mustafa, Ghulam Mutia Nasir , Narila Nadia Irina Darmawan Nadia Irina Darmawan Ngabila Salama Nidya Eka Putri Nova Perdana Novie Irawaty L. Manurung Nurkarti Azni Nyoman Dwi Maha Udiyana Ovi Norfiana Paramita, Stephanie Permanasari, Vetty Yulianty Prasetyo, Chandra Istanti Pratama, Muhammad Fachmi Adi Pratiwi Pujiyanto Pujiyanto Puput Oktamianti Purbosari Purbosari Purnawan Junadi Purnawan Junadi Putri Ardhani Putu Darmika Randi Irmayanto Ratna Sitorus Rendy Setya Wardana Rheine Indira Putrie Sesunan Rifda Amalia Choirunnisa Rinie Indah Chandra Wirasati Rita Mutia Royani Royani Sabarinah Prasetyo Sabarinah Sabarinah Saza Fitria Septama, Andis Sidhi Laksono Sila Wiweka, Ida Bagus Sjaaf, Amal Chalik Stephanie Paramita Stephanie Paramita Suci Nurul Andini Susanti, Lili Syarif Rahman Hasibuan Syifa Silviana Tintin Sukartini Sukartini, Tintin Sukartini Tulus Kurnia Indah Ulfah, Annisa Ulianto Ulianto Wirasati, Rinie Indah Chandra Yaslis Ilyas Yasrizal, Meutia Arini Yulianty Permanasari , Vetty Yunianti, Siti Zamzanah, Sofi Zuhdi, Nadya Adina