Pengembangan kawasan wisata Borobudur, yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, kawasan ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk infrastruktur yang kurang memadai, kebijakan yang terfragmentasi, dan rendahnya kesadaran pengunjung terhadap pelestarian situs. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan yang komprehensif dengan mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi, sekaligus meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, pengelola wisata, dan masyarakat lokal. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk memahami secara mendalam fenomena yang terjadi di kawasan Borobudur. Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara semi-terstruktur, dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan publikasi terkait. Analisis dilakukan menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE), analisis SWOT, dan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) untuk mengidentifikasi strategi yang paling sesuai bagi usaha kecil dan menengah (UKM) di sekitar Candi Borobudur. Analisis SWOT mengungkapkan beberapa kekuatan Candi Borobudur, seperti kualitas produk yang tinggi, keberagaman pedagang makanan, serta antusiasme pelaku UKM dalam mengikuti program pelatihan. Namun, terdapat kelemahan signifikan, termasuk rendahnya kesadaran pengunjung terhadap pelestarian candi, kebersihan yang buruk, dan infrastruktur yang tidak memadai. Peluang yang ada meliputi meningkatnya minat pengunjung terhadap wisata budaya, dukungan dari pemerintah dan UNESCO, serta potensi pengembangan UKM di kawasan tersebut. Sebaliknya, ancaman yang dihadapi mencakup aksi vandalisme oleh wisatawan, dampak negatif terhadap nilai sosial dan budaya masyarakat lokal, serta persaingan dari destinasi wisata lain. Melalui QSPM, strategi Strength-Opportunity (S-O) diidentifikasi sebagai prioritas utama dengan Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 4,10114. Strategi ini menekankan pemanfaatan kekuatan internal untuk meraih peluang eksternal, seperti menjalin kolaborasi antara UKM dan agen perjalanan, serta mengoptimalkan pendanaan dari sumber nasional maupun internasional. Meskipun penelitian ini memberikan wawasan yang berharga, terdapat keterbatasan berupa potensi bias data dan fokus yang sempit pada kawasan Candi Borobudur. Penelitian di masa depan disarankan untuk mengintegrasikan data kuantitatif dan kualitatif, melakukan studi longitudinal, serta memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan pengalaman pengunjung dan mempromosikan produk lokal. Dengan pendekatan yang lebih holistik dan berfokus pada pelestarian ekosistem, Borobudur dapat berkembang menjadi destinasi unggulan yang mendukung konservasi warisan budaya dan memberdayakan ekonomi lokal.