Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Penggunaan Multimedia Interaktif Sebagai Bahan Penunjang Media Presentasi Venessa Agusta Gogali; Christopher Yudha Erlangga; Jaqualine Pramanta Putra; Ichsan Widi Utomo; Gema Irhamdhika
Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 3 (2018): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.193 KB) | DOI: 10.31294/jabdimas.v1i3.4143

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas tentang penggunaan multimedia interaktif sebagai bahan penunjang media presentasi. Adapun multimedia merupakan salah satu pelengkap dalam sebuah presentasi. Penelitian ini berfokus pada sumber daya manusia mabes polri Jakarta selatan untuk menambah kreatifitas anggota mabes polri dalam mempersiapkan materi presentasi. Multimedia interaktif menjadi bagian penunjang di berbagai aspek, salah satunya dalam sebuah presentasi. Multimedia interaktif tersebut bisa berupa video dan gambar yang mendukung pada presentasi. Adanya multimedia interaktif bertujuan menghadirkan media menarik disebuah presentasi supaya lebih memudahkan audiens dalam memahami tujuan dari presentasi yang dihadiri. Dengan adanya penunjang media interaktif ini diharapkan para anggota polri mengetahui banyak hal dalam membuat konten menarik untuk presentasi. Multimedia penunjang dalam sebuah presentasi bisa dibuat dengan menggunakan berbagai cara diantaranya dengan menggunakan adobe photoshop untuk mengubah gambar atau adobe premier untuk menyatukan potongan video menjadi sebuah video yang utuh. Multimedia interaktf diharapkan bisa menjadi penunjang yang baik dalam sebuah presentasi.Kata kunci:  multimedia penunjang, pengetahuan, hasil
MITIGASI HOAX DI ERA DISRUPSI MELALUI LITERASI DIGITAL Gema Irhamdhika
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol 9, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.255 KB) | DOI: 10.31294/kom.v9i1.12610

Abstract

AbstractThis study discusses efforts to ward off hoaxes in the era of disruption through digital literacy. In this sophisticated era of disruption, hoax information or fake news is circulating in people's lives. Hoax information can divide society because it is misleading, so this needs to be addressed. In this case, digital literacy can be a solution to mitigate hoaxes with the aim of creating critical power. The research method discussed is a qualitative method with a literature study approach. The conclusion is that the aspect of developing digital literacy can be done strategically through digital literacy learning for schools, families, and communities. The greater the digital literacy ability they have, the greater the critical power they have.Keywords: hoax, disruption, digital literacy, internet, information
Komunikasi Krisis Public Relations alam Manajemen Isu Aduan Siswa Stres Saat Pandemi Covid-19 Di Jakarta Fachruddin Fachruddin; Edison Edison; Gema Irhamdhika; Indah Junidar
Jurnal Syntax Admiration Vol. 1 No. 8 (2020): Jurnal Syntax Admiration
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jsa.v1i8.121

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi krisis yang dilakukan oleh departemen humas kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam mengelola keluhan siswa tentang stres pada saat pandemi covid-19 di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data untuk media analisis teks, dengan tujuan untuk mendeskripsikan upaya kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam masalah ini. Upaya ini terbagi dalam beberapa tahapan yaitu tahap analisis, eksplorasi informasi, pengambilan keputusan, implementasi dan penyelesaian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurut Chase dan Jones, kelima tahapan tersebut sesuai dengan tahapan pengelolaan masalah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kementerian pendidikan dan kebudayaan telah menerapkan strategi yang baik dalam mengelola permasalahan melalui jalur informasi yang disuarakan oleh humas kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Karakteristik Komunikasi Media Massa Pada Era Reformasi Rety Palupi; Gema Irhamdhika; Uji Sukma Medianti
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol 10, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/kom.v10i1.13762

Abstract

Penelitian ini membahas komunikasi yang dimiliki media pers pada masa reformasi, tahun 1998 hingga kini. Keberadaan media pers dalam demokrasi adalah hal penting karena menjadi corong kebebasan berpendapat untuk kepentingan publik. Dalam tulisan ini, penulis ingin membedah karakteristik media pers era reformasi dari segi komunikasi, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penulis menggunakan metode kualitatif yang mengacu pada studi literatur. Kesimpulannya, komunikasi media pers era reformasi bercirikan pers yang bebas, tetapi tidak bisa dikatakan bebas secara utuh. Sebab, pers era reformasi, mau tidak mau, banyak terpengaruh oleh konglomerasi media dan sudah masuk dalam kapitalisasi pers. Kehadiran konglomerasi media ini memberikan suatu pengaruh terhadap media pers saat ini. Sebab, mereka menjadi bagian dari konglomerasi media. Hal ini berdampak kepada media pers secara tidak langsung. Di sisi lain, komunikasi media pers pada era reformasi juga lebih menekankan pada kuantitas dibanding kualitas. Hal yang paling mudah adalah para jurnalis bisa diarahkan untuk mewartakan kepentingan politik para konglomerat sehingga menjadikan pers tidak berimbang. Kata kunci: media pers, komunikasi, reformasi, konglomerasi, digital media
Komunikasi Interpersonal dalam Perkuliahan Daring Fakultas Komunikasi dan Bahasa Universitas BSI Rety Palupi; Gema Irhamdhika
Jurnal Media Penyiaran Vol. 2 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : LPPM UBSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1134.267 KB) | DOI: 10.31294/jmp.v2i1.1181

Abstract

With the outbreak of the Covid-19 case in 2020 in Indonesia, the Minister for Administrative Reform and Bureaucratic Reform (PAN & RB) made adjustments to the Work System of the State Civil Apparatus (ASN) in Efforts to Prevent the Spread of the Covid-19 Virus in Government Area. In this policy, it will affect all lines of society in carrying out daily activities. It is undeniable that this policy has an impact on the education sector in Indonesia. The policy implemented is the holding of learning activities through the network (online) ranging from students to teachers due to social restrictions. The Minister of Education and Culture of the Republic of Indonesia issued Circular No. 4 of 2020 on the second point regarding the Implementation of Educational Policies during the Covid-19 Pandemic. But in practice there are some parties who may try to adapt to this new habit. Especially in the online teaching and learning process. Hereby the author raises about the effectiveness of Interpesona communication in the implementation of online lectures at the Faculty of Communication and Language, Bina Sarana Informatika University. The theories used in this research are interpersonal communication, digital communication, and new media. The research method used in this research is descriptive and explanatory method with a quantitative approach. After getting data from the results of the grouping of scores, it can be concluded that the respondents assessed that interpersonal communication occurred and was carried out effectively during online lectures during the Covid-19 pandemic.
Isu LGBT Dalam Bingkai Media Online (Analisis Framing Robert Entman Pada Pemberitaan RKUHP LGBT Pada Tempo.co Dan BBBCIndonesia.com) Rety Palupi; Muhammad Habibur Rahmansyah; Ghifary Muhammad Arasta; Gema Irhamdhika
Jurnal Media Penyiaran Vol. 2 No. 2 (2022): Desember 2022
Publisher : LPPM UBSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.038 KB) | DOI: 10.31294/jmp.v2i2.1483

Abstract

The government has planned and submitted the RKUHP to the DPR, but the RKUHP has sparked a polemic. According to an article published by the online media Kumparan. The meeting between Commission III of the DPR RI and the Government represented by the Ministry of Law and Human Rights on Wednesday, May 25, 2022, discussed the Draft Criminal Code (RKUHP) whose ratification has been delayed since September 2019. What has become a polemic again is that there is an article that discusses the criminalization of Lesbians. , Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT). Based on the background of the problem, the researcher conducted an analysis in the online media Tempo.co and BBCIndonesia.com.The purpose of this study was to find out how the online media Tempo.co and BBCIndonesia in framing a news report on the issue of the LGBT RKUHP. The research approach uses qualitative research methods with framing analysis methods. The researcher uses an analytical method with the Robert N. Entman model, with four stages in framing a news, namely: Define Problems (defining the problem), Diagnoses Causes (estimating the problem), Make Moral Judgment (making moral decisions), and Treatment Recommendation (emphasizing the solution).The results of the research show that Tempo.co is more neutral in responding to this news issue by presenting sources who explain in detail the articles in question, while BBCIndonesia.com shows a contra stance against the RKHUP on the criminal offense of obscenity by presenting sources who oppose and feel criminalized by the existence of the article.
ETIKA DALAM ERA DEEPFAKE: BAGAIMANA MENJAGA INTEGRITAS KOMUNIKASI Leliana, Intan; Irhamdhika, Gema; Haikal, Achmad; Septian, Rio; Kusnadi, Eddy
Jurnal Visi Komunikasi Vol 22, No 02 (2023): November 2023
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/visikom.v22i02.24229

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemecahan masalah etika pada era dimana deepfake merebak, dan memberikan pemahaman mengenai risiko yang bisa ditimbulkan dari pembuatan video deepfake untuk menjaga integritas komunikasi. Deepfake adalah sebuah bentuk Artificial Intelligence (AI) yang menjadi fenomena di era digital saat ini, Dalam beberapa kasus, deepfake digunakan untuk tujuan jahat, seperti pemalsuan video atau audio dengan maksud merusak reputasi seseorang atau menyebarkan informasi palsu. Para pengguna deepfake dapat membuat video palsu dari seseorang yang akhirnya dapat melanggar privasi mereka seperti mengganti identitas seseorang dalam situasi dimana saat identifikasi hal-hal yang krusial seperti akun perbankan atau keamanan nasional. Kemajuan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang canggih mengacu kepada manipulasi gambar atau video untuk menyatukan kemiripan seseorang ke wajah orang lain, jadi seolah olah-olah mereka sedang melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Metode dalam penelitian ini adalah dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang didapat dari sumber data kemudian dianalisis secara mendalam. Penelitian kualitatif dengan menggunkana metode literatur diambil untuk penelitian ini. Deepfake adalah tantangan serius bagi etika komunikasi dan integritas informasi. Untuk menjaga integritas komunikasi dalam era deepfake, diperlukan upaya kolaboratif dari masyarakat, pemerintah, lembaga, dan individu. Etika dalam berkomunikasi dan literasi media harus ditingkatkan, sementara regulasi dan teknologi pendukung juga perlu berkembang. Hanya dengan pendekatan holistik seperti ini, kita dapat menjaga integritas komunikasi dalam era deepfake yang semakin kompleks.
Representasi Kecurangan Pemilu 2024 Dalam Film Dokumenter “Dirty Vote” : (Studi Semiotika Charles Sanders Pierce) Ariska, Yogi; Irhamdhika, Gema
Jurnal Media Penyiaran Vol. 4 No. 1 (2024): Juni (2024)
Publisher : LPPM UBSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jmp.v4i1.3391

Abstract

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu analis semiotik Charles Sanders Pierce. Metode semiotik, yaitu metode analitis untuk menilai signifikasi. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Data diperoleh melalui pemilihan adegan di film "Dirty Vote" dimana ada unsur-unsur yang berkaitan dengan kecurangan pra pemilu dan bukti intervensi kekuasaan terhadap pemilu 2024 terkhusus pemilu presiden. Peneliti menyimpulkan bahwa film ini secara gamblang menekankan bahwa intervensi pemerintah pada pemilu kali ini sangat diperlihatkan secara vulgar ke masyarakat, dimulai dari kejanggalan putusan mahkamah konstitusi, pejabat daerah yang tidak netral, aparatur negara yang ikut-ikutan bersikap tidak netral, serta pada level menteri sekalipun diduga menggunakan fasilitas negara untuk ikut kampanye mendukung salah satu pasangan calon, dan pada level badan penyelenggaraan pemilu pun juga tidak luput dari berbagai pelanggaran yang terjadi pada proses pra pemilu.
Makna Modernisasi Perempuan Jawa Dalam Film Pendek “Wedok” El Hidayah, Nur Iman; Ariska, Yogi; Ningtyas, Dito Anjasmoro; Irhamdhika, Gema
Jurnal Komunikasi Vol 15, No 2 (2024): September
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jkom.v15i2.23130

Abstract

Film pendek berjudul "Wedok" mengangkat isu kesetaraan gender dengan mengisahkan seorang wanita yang terjebak dalam kehidupan sehari-harinya di dapur, tetapi mendambakan kebebasan untuk mendapatkan pendidikan. Ia hidup patuh dan tidak memiliki hak, sehingga hanya berperan sebagai wanita dapur biasa. Namun, berkat tekad yang kuat, ia tetap bisa belajar secara otodidak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis makna modernisasi perempuan Jawa yang terkandung dalam film tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika dari Roland Barthes yang mengkaji mengenai makna denotasi, makna konotasi dan mitos. Makna denotasi yang ditemukan dalam film pendek Wedok yaitu mengenai potret perubahan perempuan jawa dari masa ke masa, yaitu dari zaman tradisional hingga zaman modern. Perubahan tersebut merupakan perubahan ke arah yang lebih maju. Sedangkan makna konotasi nya yaitu Adanya modernisasi membawa perubahan yang lebih baik bagi perempuan jawa. Mitos yang peneliti temukan pada film pendek Wedok yaitu Modernisasi bagi perempuan jawa membawa perempuan jawa terlepas dari belenggu kungkungan dan tuntutan budaya jawa yang mengharuskan perempuan jawa terus termarginalkan. Modernisasi dalam film Wedok terlihat bagaimana perubahan perempuan dalam hal mendapatkan pendidikan dan perubahan pola pikir orang tua dalam mendidik dan memperlakukan anak perempuannya. Anak laki-laki dan anak perempuan di dalam keluarga tidak lagi di beda-bedakan, artinya mereka sudah memiliki kedudukan yang sama.
Analisis Wacana Pemanfaatan Artificial Intelligence Dalam Postingan Video Instagram pada Akun @gibran_rakabuming Arasta, Ghifary Muhammad; Irhamdhika, Gema; Palupi, Rety
Jurnal Komunikasi Vol 16, No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jkom.v16i1.26196

Abstract

Perhatian terhadap perkembangan Artificial Intelligence (AI) meningkat pada awal pemerintahan Prabowo-Gibran, yang ditandai dengan pernyataan Presiden Prabowo mengenai pentingnya penguasaan AI oleh generasi muda Indonesia. Sejalan dengan itu, Wakil Presiden Gibran turut mempopulerkan wacana pemanfaatan AI melalui media sosial pribadinya. Penelitian ini menganalisis wacana pemanfaatan AI pada unggahan video akun @gibran_rakabuming tanggal 12 Maret 2025, terkait kunjungan ke SMAN 66 Jakarta dalam Program Nasional Digital AI (Pandai), dengan pendekatan analisis wacana kritis Sara Mills. Menggunakan paradigma kritis dan metode kualitatif deskriptif, studi ini menemukan bahwa pemerintah tampil sebagai subjek dominan yang membentuk arah kebijakan pendidikan, sementara guru, siswa, dan sekolah diposisikan sebagai objek pasif. Wacana AI dalam unggahan tersebut menunjukkan adanya kecenderungan pelanggengan ideologi kekuasaan yang kurang mempertimbangkan realitas sosial dan budaya lokal