Halus Mandala
Universitas Muhammadiyah Mataram

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Telaah

Realitas Bahasa Bali di Lombok Terkini Halus Mandala
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 5, No 1: Januari 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.409 KB) | DOI: 10.31764/telaah.v5i1.1681

Abstract

Abstrak: Makalah ini menelaah pemakaian Bahasa Bali (BB) pada masyarakat Bali di Pulau Lombok terkini. Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena menurunnya pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang tergerus  akibat intensifnya pemakaian bahasa kedua. Penentuan subjek penelitian digunakan teknik purposive sampling dan informan ditetapkan dengan cara  sowball sampling dengan jumlah berdasarkan batas titik jenuh. Dalam pengumpulan data digunakan teknik angket dan wawancara, kemudian diolah dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa rerata pemakaian BB di Lombok baik dalam keluarga maupun di luar rumah (masyarakat) untuk kalangan  orang tua dan generasi muda di desa masih bertahan dengan angka 74,9%, di kota homogin 54,5%, dan kota hiterogin 16%. Artinya, Pemakaian BB di Lombok mengalami proses ketidakbertahanan dibandingkan pemakaiannya di desa dengan di kota lebih-lebih di daerah hiterogin. Meski demikian, realitas pemakaian BB di Lombok terkini pada kegiatan upacara agama, upacara adat, seni budaya, dan di kalangan ormas Hindu rata-rata mencapai 63,3%. Abstract: This paper examines the use of Balinese (BB) in the most recent Balinese community on the island of Lombok. This research was conducted based on the phenomenon of the decline in the use of regional languages as the first language eroded due to the intensive use of second languages. Determination of the research subject used purposive sampling technique and the informant was determined by sowball sampling with the amount based on the saturation point limit. In the data collection used questionnaire and interview techniques, then processed with quantitative and qualitative analysis. The results show that the average BB usage in Lombok, both in the family and outside the home (community) for the elderly and young people in the village, still stands at 74.9%, in homogeneous cities 54.5%, and hiterogin cities 16%. That is, the use of BB in Lombok experiences a process of insecurity compared to its use in villages with cities more or less in the hiterogin area. However, the reality of the current use of BB in Lombok in the activities of religious ceremonies, traditional ceremonies, arts and culture, and among Hindu mass organizations on average reaches 63.3%.
Alih Fungsi Masjid Kuno Gunung Pujut pada Masyarakat Desa Sengkol Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Linda Ayu Darmurtika; I Made Suyasa; Arpan Islami Bilal; Halus Mandala
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 2: Juli 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i2.5474

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih fungsi Masjid Kuno Gunung Pujut pada Masyarakat Desa Sengkol Kecamatan Pujut. Target penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah tulisan ini dapat terbit dalam jurnal nasional terakreditasi Sinta. Penelitian ini merupak penelitian kualitatif, adapun metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut, meliputi 1) metode penentuan subjek penelitian, 2) metode pengumpulan data, dan 3) metode analisis data. Metode penentuan subjek penelitian menggunakan purposive sample yaitu memilih informan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, informan yang dipilih adalah tokoh adat setempat yang betul-betul mengetahui tentang bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih fungsi Masjid Kuno Gunung Pujut. Metode pengumpulan data yang digunakan, yakni metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Sementara itu, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang mendukung data primer. Analisis data dilakukan dengan menjelaskan, menguraikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data, yakni tentang bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih fungsi Masjid Kuno Gunung Pujut pada masyarakat Desa Sengkol. The purpose of this study was to describe the form and factors causing the conversion of the function of the Gunung Pujut Ancient Mosque in the Sengkol Village Community, Pujut District. The research target to be achieved in this research is that this paper can be published in an accredited national journal Sinta. This research is a qualitative research, while the methods used in achieving these goals include 1) the method of determining the research subject, 2) the method of data collection, and 3) the method of data analysis. The method of determining the research subject uses a purposive sample, namely selecting informants according to the research objectives. In this case, the selected informants are local traditional leaders who really know about the form and factors that cause the conversion of the Gunung Pujut Ancient Mosque. Data collection methods used, namely the method of observation, interview method, and method of documentation. Meanwhile, the documentation method is used to obtain data that supports primary data. Data analysis was carried out by explaining, describing, analyzing, and interpreting the data, namely about the form and factors causing the conversion of the Gunung Pujut Ancient Mosque in the Sengkol Village community.
MORFOLOGITEKS DEBAT CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 2014–2019 Irma Setiawan; Halus Mandala
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 1: Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i1.3869

Abstract

Abstrak: Afiks me(N)-, dan -kan berfungsi untuk membentuk kata kerja atau verba.  Proses pembentukan  verba dapat direkonstruksikan dari kata berkelas nomina (N), adjektif (Adj.), dan adverbia (Adv.). Lebih lanjut, terdapat juga verba yang tidak mengalami perubahan kelas, meskipun telah melalui proses afiksasi. Kedua fenomena ini dipahami sebagai derivasional dan infleksional. Sistem penurunan dan perubahan status verba ini diaplikasikan pada Teks Debat Capres RI periode 2014 – 2019. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan sistem derivasi dan infleksi pada teks debat capres. Konsep derivasi dan infleksi terbentuk berdasarkan beberapa kriteria, seperti kelas atau status dan keberterimaan dalam klausa. Data penelitian hanya berfokus pada teks debat capres. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat dokumen teks untuk pemolaan dan pemilahan data. Hasil penelitian pada teks debat capres menunjukkan terjadinya proses derivasi pada kelas N→V, A→V, dan  Adv→V.  Kemudian infleksi tidak mengubah kelas suatu verba, seperti: V→V. Namun, dalam pandangan yang berbeda, perubahan V→V bisa dianggap sebagai derivasi, dengan alasan dapat mengubah fitur semantik dalam klausa.Abstract: The affix me(N) – kan  are used to derive verbs. The derived verbs can be constructed  from nouns, adjectives, and adverbs. Moreover, there are also derived verbs which do not change the class, although it has undergone the process of affixation. These phenomena are known as derivation and inflection. Derivation system and status change of these verbs applied to the debate text of RI presidential candidates in the period of 2014 – 2019. This study aims to describe the derivation and inflection system in the candidates’ debate texts. The concept of derivation and inflection is formed based on several criteria, such as class or status and acceptance in the clause. The data analysis only focuses on the candidates debate texts. The data were collected by writing the text documents for patterning and sorting. The result of the research on the candidates’ debate texts is that a derivation process occurs in class N → V, A → V, and Adv → V. Moreover, inflection does not change the class of verb, V → V. However, in a different view, the change of V → V can be considered as derivation, with the basis that it can change the semantics and clause.
Penguatan Pendidikan Karakter Siswa dalam Kesantunan Berbahasa Rudi Arrahman; habiburrahman Habiburrahman; Arsyad Abd Gani; Siti Lamusiah; Halus Mandala
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 1: Januari 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i1.7453

Abstract

Abstrak: Pada hakikatnya, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi),dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Realisasi prinsip kesantunan digunakan untuk membangun budaya santun yang berbasis kelas, budaya sekolah, dan budaya masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, penguatan pendidikan karakter dapat dicapai dengan  cara mengatur pola tutur, memberikan, mengambil giliran tutur, mengatasi penyimpangan, dan mengatasi kesalahpahaman.  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunanaan kesantuanan tindak tutur dalam penguatan pendidikan karakter siswa. Penelitian kesantunan ini merupakan salah satu penelitian dalam kajian pragmatik. Sesuai dengan pandangan tersebut, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Hasil peneltian menunjukkan bahwa penguatan pendidikan karakter pada siswa dapat dilakukan dengan menanamkan enam maksim kesantunan. Keenam maksim tersebut yaitu, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan atau kecocokan, dan maksim kesimpatian. Keenam maksim tersebut dapat direalisasikan di dalam kelas, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, kreatif, mandiri dan percaya diri siswa sesungguhnya dapat tertanam dengan kuat dari keenam maksim tersebut. Abstract: In essence, Strengthening Character Education (PPK) is an educational movement in schools to strengthen the character of students through harmonization of heart (ethics), taste (aesthetics), thought (literacy),and sports (kinesthetic) with the support of public involvement and collaboration between schools, families, and communities. The realization of politeness principles is used to build a polite culture based on class, school culture, and community culture. To achieve this goal, strengthening character education can be achieved by regulating speech patterns, giving, taking speech turns, overcoming deviations, and overcoming misunderstandings. The purpose of this study is to describe the use of politeness of speech acts in strengthening student character education. This politeness research is one of the studies in pragmatic studies. In accordance with this view, this research is classified as a qualitative descriptive study. The data collection in this study relates to the following matters: (1) preparation of data collection, (2) observation techniques, and (3) interview techniques. The results of the research show that strengthening character education in students can be done by instilling the six maxims of politeness. The six maxims are the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of appreciation, the maxim of simplicity, the maxim of agreement or compatibility, and the maxim of sympathy. The six maxims can be realized in the classroom, school environment, and community environment. Discipline, honesty, responsibility, creativity, independence and self-confidence of students can actually be strongly embedded in the six maxims.
Variasi Verba Memukul Bahasa Sasak di Kecamatan Kediri: Kajian Metabahasa Semantik Alami Umi Puji Rahayu; Halus Mandala; Irma Setiawan
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 5, No 2: Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v5i2.2622

Abstract

Abstrak: Verba merupakan merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan. Verba memukul BSs di Kecamatan Kediri memiliki beberapa variasi leksikon. Tindakan memukul  dalam Bahasa Sasak (BSs) memiliki sebutan yang berbeda-beda sesuai dengan alat, cara dan sasaran dari pukulan tersebut. Tujuan dari tindakan memukul ini akan mengacu pada alat serta bagaimana tindakan itu dilakukan. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis setiap leksikon pada tindakan memukul BSs adalah Metabahasa Semantik Alami (MSA). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat yang ada di Kecamatan kediri. Pengumpulan data dengan metode cakap dan metode simak serta pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, sehingga pada penelitian ini peneliti mendapatkan 26 variasi leksikon verba memukul BSs yang ada di Kecamatan Kediri yaitu : [pərEntOK], [jagur],[pəlAŋgI?], [siku?], [Gebug], [təmpElEK], [kəpAK], [lanjAK], [təpEK], [gədig], [pəcut], [pAntOK], [pEpIK], [rəbəs], [gətoK], [təpEs], [bəgəndaŋ], [kəpuŋ], [gədor], [tuja?] [rampEk], [palu?], [tOtOk], [pOpOK],[pAntOk Aji], [OmpEh]. 26 leksikon verba memukul ini diklasifikasikan berdasarkan: (1) variasi verba memukul berdasarkan tujuan pukulan, (2) variasi verba memukul berdasarkan cara pukulan, dan (3) variasi verba memukul berdasarkan alat. Setiap leksikon memukul BSs ini dieksplikasikan sesuai dengan yang diusulkan oleh Weirzbicka. Tindakan pukulan yang dilakukan oleh pengalam juga memiliki makna tersendiri sesuai dengan konteks mengapa tindakan itu terjadi.Abstract: Verb are a word that describes process, deed, or occurrence. A verb hitting the Sasak language (BSs) in Kediri sub district have several variations of lexicon. The strokes in the Sasak language (BSs) have differing names according to the tool, the way, and the object of the blow. The purpose of this spanking refers to the instrument as well as to how is is done. The approach used to analyze each lexicon for the hitting action is natural semantic metalingual. This kind of research is qualitative description. The subject of this study is society in Kediri district. Data collection using proficient methods and listening methods as well as sampling using purposive sampling techniques so that the researcher  gained 26 variations of lexicon verbs the Sasak language there, namely[pərEntOK], [jagur],[pəlAŋgI?], [siku?], [Gebug], [təmpElEK], [kəpAK], [lanjAK], [təpEK], [gədig], [pəcut], [pAntOK], [pEpIK], [rəbəs], [gətoK], [təpEs], [bəgəndaŋ], [kəpuŋ], [gədor], [tuja?] [rampEk], [palu?], [tOtOk], [pOpOK],[pAntOk Aji], [OmpEh]. 26 lexicon version hits here is classified according to: (1) variety of verbal hits based on purpose, (2) variety of verbal hits based on the way, and (3) variety of verbal hits based on tools. Every hit’s lexicon was exited according to what Weirbicka proposed. The act of strokes performed by the force also has its own meanings in harmony with the context of why the action occurs
Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Menggunakan Media Kartu Karakter (Kater) Syafruddin Muhdar; I Made Suyasa; Halus Mandala; Akhmad H Mus
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 1: Januari 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i1.7539

Abstract

Abstrak: Secara umum pembelajaran di Indonesia lebih menekankan kepada aspek kognitif. Pada aspek ini siswa diajarkan bagaimana menjawab serangkaian soal dengan benar sesuai bahan bacaan yang telah dipelajarinya. Sangat jarang siswa dilatih untuk menumbuhkan kemampuan untuk berkreatifitas sendiri. Hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi ketergantungan terhadap buku ajar dan sulit mengungkapkan pikiran atau pun gagasan di luar buku yang telah diajarkan oleh guru mereka. Hal inilah yang menyebabkan siswa SD sebenarnya lebih berpotensi untuk mengembangkan kreatifitasnya tetapi terkendala oleh sistem pembelajaran yang kaku tadi.Padahal pembelajaran menulis cerita berkenaan dengan pengalaman  pribadi bisa menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan apabila guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Based Action Research ) dengan peningkatan pada unsur kemampuan belajar siswa untuk memungkinkan diperolehnya gambaran  keefektifan  tindakan yang dilakukan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Jerowaru. Prosedur penelitian ini dilaksanakan  menggunakan 4 tahapan yang terdiri dari : Rencana, Tindakan, Observasi dan Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menarik kesimpulan yaitu pembelajaran dengan menggunakan media kartu karakter mampu meningkatkan kemampuan menulis cerita siswa di SDN 1 Jerowaru. Peningkatan tersebut dapat dilihat dan dibuktikan dari adanya peningkatan persentase dari sebelum tindakan, setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan setelah dilakukan tindakan pada Siklus II. Siswa mengalami peningkatan kemampuan, ini dapat dilihat pada hasil pra tindakan sebesar 57,5%, pada Siklus I sebesar 87,5%, dan pada Siklus II sebesar 97,5%. Abstract: In general, learning in Indonesia places more emphasis on cognitive aspects. In this aspect, students are taught how to answer a series of questions correctly according to the reading material they have studied. It is very rare for students to be trained to cultivate the ability to be creative on their own. This is what causes students to become dependent on textbooks and find it difficult to express thoughts or ideas outside of the books that have been taught by their teachers. This is what causes elementary school students to actually have more potential to develop their creativity but are constrained by the rigid learning system. In fact, learning to write stories related to personal experiences can be very enjoyable learning if the teacher can create a pleasant atmosphere. This study uses a classroom action research design (Classroom Based Action Research) with an increase in the elements of student learning abilities to enable an overview of the effectiveness of the actions taken. The research subjects were fifth grade students at SDN 1 Jerowaru. This research procedure was carried out using 4 stages consisting of: Plan, Action, Observation and Reflection. Based on the results of the research and discussion, the researchers concluded that learning using character card media was able to improve students' story writing skills at SDN 1 Jerowaru. This increase can be seen and proven from the percentage increase from before the action, after the action in Cycle I and after the action in Cycle II. Students experience an increase in ability, this can be seen in the results of pre-action by 57.5%, in Cycle I by 87.5%, and in Cycle II by 97.5%.
Leksikon yang Digunakan dalam Ritual Pepaosan Takepan Masyarakat Suku Sasak: Sebuah Kajian Etnolinguistik Baiq Yuliatin Ihsani; Titin Untari; Halus Mandala; Syafruddin Muhdar
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 2: Juli 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i2.6190

Abstract

Abstrak:Tujuan penelitian ini adalah untuk melindungi bahasa dan budaya dari kepunahan akibat pengaruh zaman. Penelitian ini akan menjadi sarana pendokumentasian bahasa dan budaya, yaitu mendata istilah-istilah atau leksikon yang digunakan dalam ritual pepaosantakepan pada masyarakat Suku Sasak sehingga budaya ini dapat terjaga keberadaanya. Adapun metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut, meliputi 1) metode penentuan subjek penelitian, 2) metode pengumpulan data, dan 3) metode analisis data. Metode penentuan subjek penelitian menggunakan purposive sample yaitu memilih informan sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi partisipasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan membuat reduksi data dengancaraabstraksiyaitumengambil data yang sesuaidengankontekspenelitiandanmengabaikan data yang tidakdiperlukan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa istilah-istilah yang digunakan dalam ritual pepaosan takepan adalah ada yang berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata berimbuhan yaitu pemaos, pepaosan, takepan, dan penamat. Sementara itu, kata dasar didominasi oleh kata benda seperti pembayun, pitegas, penyarup, pemboa, sapuq, keris, berugak, lelingsir, kembang, mantra, dan wilayan atau wicala sedangkan kata dasar adalah takep. Kata ulang seperti andang-andang dan kata majemuk yaitu aiq kum-kum, godek nungke,  dan penginang kuning. Abstract: The purpose of this research is to protect language and culture from extinction due to the influence of the times. This research will be a means of documenting language and culture, namely recording the terms or lexicon used in the pepaosantakepan ritual in the Sasak people so that this culture can be maintained. The methods used in achieving these objectives include 1) methods of determining research subjects, 2) methods of data collection, and 3) methods of data analysis. The method of determining the research subject uses a purposive sample, namely selecting informants according to the research objectives. Data collection methods used are participatory observation methods, interview methods, and documentation methods. Data analysis is done by making data reduction by way of abstraction, namely taking data that is in accordance with the research context and ignoring data that is not needed. Based on the results of data analysis, it can be concluded that the terms used in the takepan pepaosan ritual are in the form of basic words, affixed words, repeated words, and compound words. The affixed words are pemos, pepaosan, takepan, and finishing. Meanwhile, the basic words are dominated by nouns such as pemyun, pipertis, penyerup, pemboa, pipiq, keris, berugak, lelingsir, flower, mantra, and wilayan or wicala while the basic word is takep. Re-words such as andang-andang and compound words, namely aiq kum-kum, godek nungke, and yellow penginang.
Pemertahanan Bahasa Sasak dalam Istilah Pertanian pada Komunitas Petani Adat Bayan, Lombok Utara M. Aris Akbar; Halus Mandala; Siti Lamusiah; Siti Nur Ifanti
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 2: Juli 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i2.10485

Abstract

Abstrak: Pergeseran bahasa berarti, suatu guyup (komunitas) meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain. Bila pergeseran sudah terjadi, para warga guyup itu secara kolektif memilih bahasa baru. Dalam pemertahan bahasa, guyup itu secara kolektif menentukan untuk melanjutkan pemakaian bahasa yang sudah bisa dipakai. Ketika guyup tutur mulai memilih bahasa baru di dalam ranah yang semula diperuntukkan bagi bahasa lama, hal itu merupakan tanda bahwa pergeseran bahasa sedang berlangsung. Wacana ritual melong pare bulu (WRMPB)komunitas petani adat Bayan, Lombok Utara merupakan wujud performansi lingual pada seperangkat kegiatan penanaman padi tradisional yang didasarkan pada tradisi. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu mamakai sampel penelitian; tokoh adat ritual melong pare bulu, kiayi, dan kepala lingkungan setempat. Pemertahanan bahasa Sasak dalam istilah pertanian, yaitu (1) ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ dalam penggunaanya telah mengalami pergeseran pada tataran makna; (2) istilah pertanian dalam ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ banyak istilah yang tidak digunakan sejalan dengan tidak dilaksanakannya ritual tersebut. Menggali hubungan pergeseran dan pemertahanan bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Sasak dalam istilah pertanian pada komunitas petani adat Bayan, Lombok Utara tidak dapat dipertahankan oleh penuturnya sebagaimana tidak dapat dipertahankannya budaya ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ pada kehidupan budaya pertanian masyarakat setempat.Abstract: Language shift means, a community leaves a language entirely to use another language. When the shift had occurred, the residents collectively chose a new language. In language preservation, it collectively determines to continue the use of language that can already be used. When speechmakers begin to choose a new language within the realm originally reserved for the old language, it is a sign that a language shift is underway. The discourse of the meleong pare bulu ritual of the Bayan indigenous farming community, North Lombok is a form of lingual performance on a set of traditional rice planting activities based on tradition. The determination of the research subject was carried out using the purposive sampling technique, which is a research sample; traditional figures of the ritual meleong pare bulu, kiayi, and the head of the local neighborhood. The preservation of the Sasak language in agricultural terms, namely: (1) the ritual of meleong pare bulu 'traditional rice planting' in its use has undergone a shift in the level of meaning; (2) the term agriculture in the meleong pare feather ritual 'traditional rice planting' many terms are not used in line with the non-implementation of the ritual. Exploring the relationship of language shifting and maintaining, it can be said that the Sasak language in agricultural terms in the indigenous farming community of Bayan, North Lombok cannot be maintained by its speakers as the untenable ritual culture of meleong pare bulu 'traditional rice planting' in the agricultural cultural life of the local people. 
Analisis Penggunaan Diksi Dalam Komunikasi Lisan di Lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram Kurnia Kurnia; Halus Mandala; Nurmiwati Nurmiwati
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 2: Juli 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i2.10744

Abstract

Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, makna, dan fungsi diksi yang digunakan dalam komunikasi lisan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode transkripsi, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan ialah berupa daftar pertanyaan dengan menggunakan alat penunjang lain seperti, gawai (handphone), buku dan balpoin. Data dalam penelitian ini dianalisis melalui identifikasi data, klasifikasi data, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan. Simpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang digunakan oleh mahasiswa dalam berkomunikasi dari segi bentuk diperoleh sebanyak 30,30% penggunaan kata asing, penggunaan kata ilmiah sebanyak 19,69%, penggunaan kata slang sebanyak 16,66%, penggunaan kata jargon sebanyak 9,09%, penggunaan kata kajian sebanyak 7,57%, penggunaan kata populer sebanyak 4,54%, penggunaan kata abstrak sebanyak 3,03%, penggunaan kata konkret sebanyak 3,03%, penggunaan kata umum sebanyak 3,03%, penggunaan kata khusus sebanyak 3,03%. Berdasarkan maknanya diperoleh sebanyak 62,12% makna denotatif, makna konotasi sebanyak 33,33%, makna afektif sebanyak 4,54%. Berdasarkan fungsinya diperoleh sebanyak 50% fungsi intelektual, fungsi sebagai bahasa gaul sebanyak 16,66%, fungsi sebagai identitas diri sebanyak 9,09%, fungsi deskriptif sebanyak 7,57%, fungsi ekspresif sebanyak 6,06%, fungsi informasional sebanyak 6,06%, dan diperoleh sebanyak 4,54% fungsi untuk mempercepat pemahaman. Abstract: This study aims to describe the form, meaning, and function of diction used in oral communication within the Muhammadiyah University of Mataram. This research uses qualitative descriptive method. Data collection was carried out using observation methods, interview methods, transcription methods, and documentation. The instrument used is in the form of a list of questions using other supporting tools such as, gadgets (cellphones), books and balpoints. The data in this study were analyzed through data identification, data classification, data interpretation, and drawing conclusions. The conclusion of the results of this study shows that the diction used by students in communicating in terms of form was obtained as much as 30.30% of the use of foreign words, the use of scientific words as much as 19.69%, the use of slang words as much as 16.66%, the use of jargon words as much as 9.09%, the use of study words as much as 7.57%, the use of popular words as much as 4.54%, the use of abstract words as much as 3.03%, the use of concrete words as much as 3.03%, the use of concrete words as much as 3.03%,  the use of common words is 3.03%, the use of special words is 3.03%. Based on the meaning obtained as much as 62.12% denotative meaning, connotative meaning as much as 33.33%, affective meaning as much as 4.54%. Based on its function, 50% of intellectual functions were obtained, functions as slang as much as 16.66%, functions as self-identity as much as 9.09%, descriptive functions as much as 7.57%, expressive functions as much as 6.06%, informational functions as much as 6.06%, and obtained as many as 4.54% functions to accelerate understanding.