Halus Mandala
Universitas Muhammadiyah Mataram

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Menggunakan Media Kartu Karakter (Kater) Syafruddin Muhdar; I Made Suyasa; Halus Mandala; Akhmad H Mus
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 1: Januari 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i1.7539

Abstract

Abstrak: Secara umum pembelajaran di Indonesia lebih menekankan kepada aspek kognitif. Pada aspek ini siswa diajarkan bagaimana menjawab serangkaian soal dengan benar sesuai bahan bacaan yang telah dipelajarinya. Sangat jarang siswa dilatih untuk menumbuhkan kemampuan untuk berkreatifitas sendiri. Hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi ketergantungan terhadap buku ajar dan sulit mengungkapkan pikiran atau pun gagasan di luar buku yang telah diajarkan oleh guru mereka. Hal inilah yang menyebabkan siswa SD sebenarnya lebih berpotensi untuk mengembangkan kreatifitasnya tetapi terkendala oleh sistem pembelajaran yang kaku tadi.Padahal pembelajaran menulis cerita berkenaan dengan pengalaman  pribadi bisa menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan apabila guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Based Action Research ) dengan peningkatan pada unsur kemampuan belajar siswa untuk memungkinkan diperolehnya gambaran  keefektifan  tindakan yang dilakukan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Jerowaru. Prosedur penelitian ini dilaksanakan  menggunakan 4 tahapan yang terdiri dari : Rencana, Tindakan, Observasi dan Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menarik kesimpulan yaitu pembelajaran dengan menggunakan media kartu karakter mampu meningkatkan kemampuan menulis cerita siswa di SDN 1 Jerowaru. Peningkatan tersebut dapat dilihat dan dibuktikan dari adanya peningkatan persentase dari sebelum tindakan, setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan setelah dilakukan tindakan pada Siklus II. Siswa mengalami peningkatan kemampuan, ini dapat dilihat pada hasil pra tindakan sebesar 57,5%, pada Siklus I sebesar 87,5%, dan pada Siklus II sebesar 97,5%. Abstract: In general, learning in Indonesia places more emphasis on cognitive aspects. In this aspect, students are taught how to answer a series of questions correctly according to the reading material they have studied. It is very rare for students to be trained to cultivate the ability to be creative on their own. This is what causes students to become dependent on textbooks and find it difficult to express thoughts or ideas outside of the books that have been taught by their teachers. This is what causes elementary school students to actually have more potential to develop their creativity but are constrained by the rigid learning system. In fact, learning to write stories related to personal experiences can be very enjoyable learning if the teacher can create a pleasant atmosphere. This study uses a classroom action research design (Classroom Based Action Research) with an increase in the elements of student learning abilities to enable an overview of the effectiveness of the actions taken. The research subjects were fifth grade students at SDN 1 Jerowaru. This research procedure was carried out using 4 stages consisting of: Plan, Action, Observation and Reflection. Based on the results of the research and discussion, the researchers concluded that learning using character card media was able to improve students' story writing skills at SDN 1 Jerowaru. This increase can be seen and proven from the percentage increase from before the action, after the action in Cycle I and after the action in Cycle II. Students experience an increase in ability, this can be seen in the results of pre-action by 57.5%, in Cycle I by 87.5%, and in Cycle II by 97.5%.
Leksikon yang Digunakan dalam Ritual Pepaosan Takepan Masyarakat Suku Sasak: Sebuah Kajian Etnolinguistik Baiq Yuliatin Ihsani; Titin Untari; Halus Mandala; Syafruddin Muhdar
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 2: Juli 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i2.6190

Abstract

Abstrak:Tujuan penelitian ini adalah untuk melindungi bahasa dan budaya dari kepunahan akibat pengaruh zaman. Penelitian ini akan menjadi sarana pendokumentasian bahasa dan budaya, yaitu mendata istilah-istilah atau leksikon yang digunakan dalam ritual pepaosantakepan pada masyarakat Suku Sasak sehingga budaya ini dapat terjaga keberadaanya. Adapun metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut, meliputi 1) metode penentuan subjek penelitian, 2) metode pengumpulan data, dan 3) metode analisis data. Metode penentuan subjek penelitian menggunakan purposive sample yaitu memilih informan sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi partisipasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan membuat reduksi data dengancaraabstraksiyaitumengambil data yang sesuaidengankontekspenelitiandanmengabaikan data yang tidakdiperlukan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa istilah-istilah yang digunakan dalam ritual pepaosan takepan adalah ada yang berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata berimbuhan yaitu pemaos, pepaosan, takepan, dan penamat. Sementara itu, kata dasar didominasi oleh kata benda seperti pembayun, pitegas, penyarup, pemboa, sapuq, keris, berugak, lelingsir, kembang, mantra, dan wilayan atau wicala sedangkan kata dasar adalah takep. Kata ulang seperti andang-andang dan kata majemuk yaitu aiq kum-kum, godek nungke,  dan penginang kuning. Abstract: The purpose of this research is to protect language and culture from extinction due to the influence of the times. This research will be a means of documenting language and culture, namely recording the terms or lexicon used in the pepaosantakepan ritual in the Sasak people so that this culture can be maintained. The methods used in achieving these objectives include 1) methods of determining research subjects, 2) methods of data collection, and 3) methods of data analysis. The method of determining the research subject uses a purposive sample, namely selecting informants according to the research objectives. Data collection methods used are participatory observation methods, interview methods, and documentation methods. Data analysis is done by making data reduction by way of abstraction, namely taking data that is in accordance with the research context and ignoring data that is not needed. Based on the results of data analysis, it can be concluded that the terms used in the takepan pepaosan ritual are in the form of basic words, affixed words, repeated words, and compound words. The affixed words are pemos, pepaosan, takepan, and finishing. Meanwhile, the basic words are dominated by nouns such as pemyun, pipertis, penyerup, pemboa, pipiq, keris, berugak, lelingsir, flower, mantra, and wilayan or wicala while the basic word is takep. Re-words such as andang-andang and compound words, namely aiq kum-kum, godek nungke, and yellow penginang.
PELATIHAN KONSEP SURAT-MENYURAT: SEBUAH UPAYA PENINGKATAN PEMBUATAN SURAT-MENYURAT PADA MAHASISWA Nurmiwati Nurmiwati; M. Aris Akbar; Halus Mandala; Erwin Erwin; Mulyani Thursina
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 5, No 3 (2022): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v5i3.9664

Abstract

Abstrak: Kegiatan penulisan surat menyurat yang dihasilkan oleh mahasiswa masih banyak ditemukan kesalahan, oleh karena itu kegiatan ini dilakukan untuk membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan menyusun atau membuat surat-menyurat dalam pelaksanaan kegiatan lembaga kemahasiswaan, khusunya di Himpunan Mahasiswa Program Studi di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uiniversitas Muhammadiyah Mataram sesuai kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Adapun metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode ceramah dan praktik dalam pelatihan. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukan bahwa pelatihan yang dilaksanakan dapat memberi dampak positif terutama dalam meningkatkan kecakapan untuk menghasilkan penulisan surat-menyurat yang sesuai dengan penyusunan struktur surat yang baik dan benar.Abstract: The activities of writing correspondence produced by students are still found to be many errors, therefore this activity is carried out to help students in improving their ability to compile or make correspondence in the implementation of student institution activities, especially in the Student Association of Study Programs within the Faculty of Teacher Training and Education Universitas Muhammadiyah Mataram by good and correct linguistic rules. The methods used in this training are lecture and practice methods in training. The results of the implementation of the activity show that the training carried out can have a positive impact, especially in improving skills to produce correspondence writing by the preparation of a good and correct letter structure.
Pemertahanan Bahasa Sasak dalam Istilah Pertanian pada Komunitas Petani Adat Bayan, Lombok Utara M. Aris Akbar; Halus Mandala; Siti Lamusiah; Siti Nur Ifanti
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 2: Juli 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i2.10485

Abstract

Abstrak: Pergeseran bahasa berarti, suatu guyup (komunitas) meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain. Bila pergeseran sudah terjadi, para warga guyup itu secara kolektif memilih bahasa baru. Dalam pemertahan bahasa, guyup itu secara kolektif menentukan untuk melanjutkan pemakaian bahasa yang sudah bisa dipakai. Ketika guyup tutur mulai memilih bahasa baru di dalam ranah yang semula diperuntukkan bagi bahasa lama, hal itu merupakan tanda bahwa pergeseran bahasa sedang berlangsung. Wacana ritual melong pare bulu (WRMPB)komunitas petani adat Bayan, Lombok Utara merupakan wujud performansi lingual pada seperangkat kegiatan penanaman padi tradisional yang didasarkan pada tradisi. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu mamakai sampel penelitian; tokoh adat ritual melong pare bulu, kiayi, dan kepala lingkungan setempat. Pemertahanan bahasa Sasak dalam istilah pertanian, yaitu (1) ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ dalam penggunaanya telah mengalami pergeseran pada tataran makna; (2) istilah pertanian dalam ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ banyak istilah yang tidak digunakan sejalan dengan tidak dilaksanakannya ritual tersebut. Menggali hubungan pergeseran dan pemertahanan bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Sasak dalam istilah pertanian pada komunitas petani adat Bayan, Lombok Utara tidak dapat dipertahankan oleh penuturnya sebagaimana tidak dapat dipertahankannya budaya ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ pada kehidupan budaya pertanian masyarakat setempat.Abstract: Language shift means, a community leaves a language entirely to use another language. When the shift had occurred, the residents collectively chose a new language. In language preservation, it collectively determines to continue the use of language that can already be used. When speechmakers begin to choose a new language within the realm originally reserved for the old language, it is a sign that a language shift is underway. The discourse of the meleong pare bulu ritual of the Bayan indigenous farming community, North Lombok is a form of lingual performance on a set of traditional rice planting activities based on tradition. The determination of the research subject was carried out using the purposive sampling technique, which is a research sample; traditional figures of the ritual meleong pare bulu, kiayi, and the head of the local neighborhood. The preservation of the Sasak language in agricultural terms, namely: (1) the ritual of meleong pare bulu 'traditional rice planting' in its use has undergone a shift in the level of meaning; (2) the term agriculture in the meleong pare feather ritual 'traditional rice planting' many terms are not used in line with the non-implementation of the ritual. Exploring the relationship of language shifting and maintaining, it can be said that the Sasak language in agricultural terms in the indigenous farming community of Bayan, North Lombok cannot be maintained by its speakers as the untenable ritual culture of meleong pare bulu 'traditional rice planting' in the agricultural cultural life of the local people. 
Analisis Penggunaan Diksi Dalam Komunikasi Lisan di Lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram Kurnia Kurnia; Halus Mandala; Nurmiwati Nurmiwati
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 2: Juli 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i2.10744

Abstract

Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, makna, dan fungsi diksi yang digunakan dalam komunikasi lisan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode transkripsi, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan ialah berupa daftar pertanyaan dengan menggunakan alat penunjang lain seperti, gawai (handphone), buku dan balpoin. Data dalam penelitian ini dianalisis melalui identifikasi data, klasifikasi data, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan. Simpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang digunakan oleh mahasiswa dalam berkomunikasi dari segi bentuk diperoleh sebanyak 30,30% penggunaan kata asing, penggunaan kata ilmiah sebanyak 19,69%, penggunaan kata slang sebanyak 16,66%, penggunaan kata jargon sebanyak 9,09%, penggunaan kata kajian sebanyak 7,57%, penggunaan kata populer sebanyak 4,54%, penggunaan kata abstrak sebanyak 3,03%, penggunaan kata konkret sebanyak 3,03%, penggunaan kata umum sebanyak 3,03%, penggunaan kata khusus sebanyak 3,03%. Berdasarkan maknanya diperoleh sebanyak 62,12% makna denotatif, makna konotasi sebanyak 33,33%, makna afektif sebanyak 4,54%. Berdasarkan fungsinya diperoleh sebanyak 50% fungsi intelektual, fungsi sebagai bahasa gaul sebanyak 16,66%, fungsi sebagai identitas diri sebanyak 9,09%, fungsi deskriptif sebanyak 7,57%, fungsi ekspresif sebanyak 6,06%, fungsi informasional sebanyak 6,06%, dan diperoleh sebanyak 4,54% fungsi untuk mempercepat pemahaman. Abstract: This study aims to describe the form, meaning, and function of diction used in oral communication within the Muhammadiyah University of Mataram. This research uses qualitative descriptive method. Data collection was carried out using observation methods, interview methods, transcription methods, and documentation. The instrument used is in the form of a list of questions using other supporting tools such as, gadgets (cellphones), books and balpoints. The data in this study were analyzed through data identification, data classification, data interpretation, and drawing conclusions. The conclusion of the results of this study shows that the diction used by students in communicating in terms of form was obtained as much as 30.30% of the use of foreign words, the use of scientific words as much as 19.69%, the use of slang words as much as 16.66%, the use of jargon words as much as 9.09%, the use of study words as much as 7.57%, the use of popular words as much as 4.54%, the use of abstract words as much as 3.03%, the use of concrete words as much as 3.03%, the use of concrete words as much as 3.03%,  the use of common words is 3.03%, the use of special words is 3.03%. Based on the meaning obtained as much as 62.12% denotative meaning, connotative meaning as much as 33.33%, affective meaning as much as 4.54%. Based on its function, 50% of intellectual functions were obtained, functions as slang as much as 16.66%, functions as self-identity as much as 9.09%, descriptive functions as much as 7.57%, expressive functions as much as 6.06%, informational functions as much as 6.06%, and obtained as many as 4.54% functions to accelerate understanding.