Claim Missing Document
Check
Articles

SEBARAN SPASIAL KEMUNCULAN DUGONG (DUGONG DUGON) DI PULAU BANGKA Okto Supratman; Okto Supratman; Arthur Muhammad Farhaby; Okto Supratman
JURNAL ENGGANO Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jenggano.6.2.309-322

Abstract

Dugong merupakan satu dari 35 jenis mamalia laut yang dijumpai tersebar di perairan Indonesia khususnya di habitat padang lamun. Dugong merupakan biota yang dilindungi secara nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Hewan yang telah diperbaharui oleh Permen LHK No.P 20 Tahun 2018 tentang Tumbuhan dan Satwa Liar. Dugong di Pulau Bangka sangat erat kaitannya dengan keberadaan nelayan yang juga memanfaatkan laut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penelitian Distribusi dugong dengan pendekatan survei untuk mengidentifikasi sebaran dan lokasi kemunculan Dugong sebagai dasar untuk penyusunan rencana konservasi belum pernah dilakukan. Sebaran kemunculan dugong di Pulau Bangka secara spasial yang terekam adalah di sekitar pulau pulau kecil di Selatan Bangka Hingga ke Pulau Maspari yang terletak berbatasan dengan Provinsi Sumsel, dan bagian tengah bangka terdapat di sekitar Pulau Panjang dan Pulau Ketawai, dengan ciri khas biasanya terdapat padang lamun sebagai ciri lokasi kemunculan dugong. Mayoritas lokasi kemunculan dugong bersinggungan dengan lokasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di Pulau bangka, sehingga diperlukan pengaturan lebh lanjut mengenai wilayah pengelolaan dan wilayah penangkapan ikan. Rendahnya persepsi kesadaran masyarakat terhadap keberadaan dugong dan termasuk untuk menjual serta mengkonsumsi dugong masih menjadi kendala atau halangan secara social di masyarakat maka perlu ada edukasi lebih lanjut dari segenap pemangku kepentingan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menjaga keberadaan dugong.
Kajian Karakteristik Biometrika Kepiting Bakau (Scylla sp) di Kabupaten Pemalang, Studi kasus di Desa Mojo Kecamatan Ulujami Arthur Muhammad Farhaby
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 11 No 1 (2017): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.539 KB)

Abstract

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu penghasil kepiting bakau di Jawa Tengah. Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan andalan Kabupaten Pemalang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan dapat dikembangkan secara komersial. Namun demikian, pengelolaan potensi kepiting bakau di Kabupaten Pemalang belum optimal. Dikarenakan belum adanya data yang menunjukkan bagaimana pola pertumbuhan dan persebaran kepiting bakau di kawasan pesisir Desa Mojo. Penelitian ini dilakukan di Desa Mojo,Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan kepiting bakau di kawasan Desa Mojo Kecamatan Ulujami, Kab Pemalang. Data yang didapat kemudian dianalisa dengan menggunakan metode regresi untuk mengkaji hubungan antara lebar karapas kepiting bakau dengan berat/bobot tubuhnya. Distribusi frekuensi lebar karapas dan berat kepiting dapat digunakan untuk mengetahui modus dari ukuran lebar karapas dan berat kepiting tertinggi dan terendah pada masing-masing lokasi penelitian yaitu kawasan Muara, Tambak, serta Laguna. Kepiting bakau yang tertangkap pada kawasan Muara,Tambak, serta Laguna juga memiliki interval lebar karapas maksimum dan minimum,serta berat maksimum dan minimum yang sama. Sebagian besar individu yang tertangkap pada kawasan Muara dan Tambak memiliki interval ukuran lebar karapas dan berat yang sama yaitu antara 87 – 98 mm untuk interval lebar karapas dengan interval berat antara 106 – 117 gram. Pola pertumbuhan kepiting bakau di ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan alometrik negatif yaitu pertambahan lebar karapas lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot atau berat tubuh. Pola pertumbuhan kepiting bakau baik jantan maupun betina dalam penelitian ini bersifat allometrik negatif (b< 3)
Kajian Mutu Air Laut Dan Lingkungan Kawasan Pesisir Kabupaten Bangka Selatan Okto Supratman; M. Rizza Muftiadi; Siti Aisyah; Arthur Farhaby; Andi Gustomi; Okto Supratman
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 13 No 1 (2019): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/akuatik.v13i1.1192

Abstract

The purpose of this study is to determine the water quality analysis in South Bangka Regency, especially the coastal area, by analyzing the physical-chemical conditions and suitability of salt pond locations. The location of study was conducted in the coastal area of Mempunai, Batu Perahu, Kubu, Tanjung Kemirai, and Puding. The location of study was conducted in the coastal area of Mempunai, Batu Perahu, Kubu, Tanjung Kemirai, and Puding. During the present investigation the minimun and maximum value of water temperature (29 – 32oC), brightness (0,32 – 0,87 m), current (0 – 0,35 m/s), tidal are commonly diurnal (one high and one low tide each day), pH (6,7 – 8,2), salinity (30 – 33,2 o/oo) These areas are dominated by sand and clay. The result of salt pond location suitability analysis is based on water quality in the coastal area. Mempunai, Kubu, Tanjung Kemirai and Puding Beach generally quite-appropriate for salt pond location, different with coastal area of Batu Perahu have inappropriate category for suitability of salt pond location
STUDI IDENTIFIKASI KUALITAS AIR DAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI SUMBER AIR PANAS DESA NYELANDING KABUPATEN BANGKA SELATAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POTENSI KAWASAN AIR PANAS UNTUK KEGIATAN PERIKANAN DAN WISATA M. Rizza Muftiadi; Wahyu adi; Andi Gustomi; Arthur M Farhaby
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 13 No 2 (2019): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/akuatik.v13i2.1510

Abstract

Hot springs in Nyelanding Village, South Bangka Regency, have the potential of geothermal resources that can be used as a potential energy source, moreover found several types of freshwater fish that utilize these hot springs as their natural habitat. The objectives of this study are to identify the water quality and diversity of freshwater fish species in the hot spring area of Nyelanding Village, South Bangka Regency; analyze the feasibility of water quality for fisheries and tourism activities; and analyzing fish growth patterns found at these locations. The results showed that there were two types of fish found in the hot springs of Nyelanding Village, which were Gabus Fish (Channa striata) and Sepat Fish (Trichogaster trichopterus). There are 6 hot water quality parameters Village Nyelanding included in standard class II PP 82 of 2001 include pH, COD, TSS, TDS, Nitrate and Total fospat, two parameters are not required (depth and ammonia), one parameter (temperature ) not in normal natural waters. The growth pattern of Gabus Fish in the hot water of Nyelanding Village is negative allometric with a growth coefficient of 2.076. In general, based on the analysis of water quality parameters, the Nyelanding Village hot water is suitable for biota life as well as aquaculture activities and tourist areas. For aquaculture, the recommended type of fish is eurythermal. However, their habit of draining the hot water pool Village Nyelanding made towards development of the area is less recommended for fishing activity, but preferably as a tourist area.
Laju Pertumbuhan Dan Kecepatan Molting Kepiting Bakau (Scylla serrata) Dengan Pemberian Ekstrak Daun Pakis Hutan (Diplazium caudatum) Achmad Romadhon; Eva Prasetiyono; Arthur Muhammad Farhaby
Journal of Tropical Marine Science Vol 5 No 1 (2022): Journal of Tropical Marine Science
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.36 KB) | DOI: 10.33019/jour.trop.mar.sci.v5i1.2312

Abstract

The cultivation of mud crabs is growing to get crabs in the soft shell condition. But most of the soft shell crab's farmers do not experience sustainable business. The main obstacle is the length of the maintenance period and moulting time does not unison thereby causing the feed and operating costs to be high. The research aimed to examine the effect of injection with forest fern leaf extract on growth rate and moulting speed of mangrove crabs (Scylla serrata) and determine the best dose in the process of injecting forest Fern Leaf extract for mangrove crab (Scylla serrata). Treatment of mangrove crab (Scylla serrata) weight ± 100 g with dose: P1 (NaCL 0.9%) P2 (50 mg.L-1) P3 (75 mg.L-1) P4 (100 mg.L-1) P5 (125 mg.L-1) 5 crabs each are cared for 30 days, The research was conducted using a single complete random draft (RAL), the results of various analyses showed the significant forest fern leaf extract against the growth of absolute weights, the rate of Specific growth, and relative growth, but no noticeable effect for molting speed and absolute length growth. The results of this research showed that a dose of 125 mg.L-1produces the highest value with result for moulting speed of 0.50 ± 0.57, length absolute growth of 0.37 ± 0.1 weighted absolute growth of 20 ± 5,74, specific growth rate of 0.54 ± 0.13, and relative growth of 0.64 ± 0.18.
PEMBERDAYAKAN PETANI DALAM PENCIPTAAN NILAI TAMBAH PADA KOMODITAS LADA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN Henri; Novyandra Ilham Bahtera; Arthur M. Farhaby
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 (2021): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.849 KB)

Abstract

Abstract Pepper farmers in Bangka Belitung are currently facing various challenges and obstacles when the economic conditions are getting more difficult. The local government has provided many programs so that this problem can be resolved including the provision of free seeds, warehouse receipt systems and pest and disease control. However, the program has not been able to be utilized optimally by pepper farmers. This community empowerment program is here to provide knowledge strengthening in utilizing programs from the government as an effort to improve the welfare of pepper farmers and the general public. Therefore, this program offers a solution in the form of community empowerment, especially for pepper farmers to strengthen the capacity of human resources at Gapoktan institutions in managerial terms such as strengthening the function of the organizational structure and detailing the duties and responsibilities of members in the organization. In addition, this program can empower farmers in creating added value for pepper commodities that can provide social and financial benefits to beneficiaries. This program is able to contribute to reducing the problems faced by pepper farmers. Abstrak Petani lada di Bangka Belitung saat ini menghadapi berbagai tantangan dan kendala disaat kondisi perekenomian semakin sulit. Pemerintah daerah telah memberikan banyak program agar masalah ini dapat teratasi diantaranya pemberian benih gratis, sistem resi gudang dan pengendalian hama dan penyakit. Meskipun demikian, progam tersebut masih belum mampu dimanfaatkan oleh petani lada secara optimal. Program pemberdayaan masyarakat ini hadir untuk memberikan penguatan pengetahuan dalam memanfaatkan program dari pemerintah sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani lada dan masyarakat umumnya. Oleh sebab itu, program ini menawarkan solusi berupa pemberdayaan masyarakat khususnya kepada petani lada untuk menguatkan kapasitas sumber daya manusia pada lembaga gapoktan dalam hal manajerial seperti penguatan fungsi struktur organisasi serta perincian tugas dan tanggung jawab anggota dalam organisasi. Selain itu, program ini dapat memberdayakan petani dalam penciptaan nilai tambah pada komoditas lada yang dapat memberikan keuntungan sosial dan finansial kepada penerima manfaat. Program ini mampu memberikan sumbangsih kepada pengurangan masalah yang dihadapi oleh petani lada.
Perlindungan Hukum dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Muhammad Syaiful Anwar; Arthur Muhammad Farhaby
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi Vol. 3 No. 04 (2022): Jurnal Indonesia Sosial Teknologi
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1276.896 KB) | DOI: 10.59141/jist.v3i04.403

Abstract

Keterlibatan masyarakat berperan penting dalam pengelolaan hutan rakyat (HKm), karena masyarakat adalah garda terdepan dalam menjaga kelestarian hutan. Penelitian ini bertujuan bentuk perlindungan hukum terhadap rakyat dalam pengelolaan Hutan Kemasyarakatan; lalu bagaimana pola partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hutan rakyat di Bangka Belitung. Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlindungan hukum bagi pengelolaan HKm berdasarkan pada perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Keterlibatan masyarakat dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan, tahap pemantauan/penilaian. Simpulan yang didapatkan ialah pengelolaan dan perlindungan terhadap kawasan Hutan Kemasyarakatan secara sistematis dan berbasis hukum harus dipergunakan sebaik-baiknya agar peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat terpampang nyata. Terdapat empat indikator tahapan partisipasi masyarakat tersebut harus berjalan secara komprehensif dan utuh agar tujuan negara kesejahteraan bisa tercapai dengan baik.
PEMETAAN KAWASAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN DRONE DI KAWASAN WISATA HUTAN MANGROVE SEBAGAI SALAH SATU UPAYA KONSERVASI KAWASAN HUTAN MANGROVE DI DESA TUKAK KABUPATEN BANGKA SELATAN Okto Supratman; arthur muhammad farhaby
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 16 No 1 (2022): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/akuatik.v16i1.2863

Abstract

Pengelolaan lingkungan selain berdimensi pengelolaan sumber daya alam, juga berdimensi pemanfaatan ruang. Suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk berbagi alternatif kegiatan, seperti pemukiman, industry, pertanian, dan sebagainya. Kegiatan ini selain dapat menyebabkan adanya konflik penggunaan, misalnya perebutan lokasi, tumpang tindih penggunaan, juga dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan lain yang berada di dekatnya. Keterpaduan pengelolaan lingkungan dengan tata ruang ditegaskan dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang menegaskan bahwa tata ruang sebagai instrument pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Salah satu cara yang di perlukan untuk memastikan penggunaan lahan di wilayah pesisir sudah sesuai dengan peruntukannya yaitu melakukan pemetaan menggunakan drone. Hal ini penting dilakukan dikarena data spasial sangat di butuhkan dibidang perikanan, pertanian, pertambangan dsb. Universitas Bangka Belitung memiliki sumberdaya manusia yang memumpuni untuk memberikan bantuan dalam bentuk melakukan pemetaan Kawasan hutan mangrove di kawasan Desa Tukak untuk mencegah adanya penyerobotan lahan untuk digunakan sebagaimana yang bukan peruntukannya maka perlu adanya peta kawsan yang terkini berdasar kondisi riil di lapangan dan cara tersebut adalah melakukan pemetaan menggunakan drone.
Analisis Kondisi Kesehatan Ekosistem Mangrove Di Pantai Takari Kabupaten Bangka Arthur Muhammad Farhaby; Muhammad Syaiful Anwar
Bioma : Berkala Ilmiah Biologi Vol. 24, No 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/bioma.24.2.147-154

Abstract

The coastal area is a transitional ecosystem that is influenced by land and sea, which includes several ecosystems, one of which is the mangrove forest ecosystem. The area of the Bangka Belitung Islands Province has a coastal area with a very wide mangrove cover, with an area of around 273,692.81 Ha. The degradation of mangrove forests in Indonesia is caused by various factors, namely: the number of unconventional tin mining activities that are widely carried out by the community. For this reason, a management effort is needed that includes an ecological monitoring effort on the condition of the mangrove community in an area. The purpose of this study was to determine the health condition of mangrove forests in Takari Beach, Bangka Regency as the basis for determining sustainable mangrove management policies. This research was conducted in August-September 2022 at Takari Beach. The results obtained from this study are that Takari Beach has a cover percentage of around 39.20% to 44.52%, where at that location there are 5 species, namely: Rhizophora apiculata, Sonneratia caseolaris, Rhizophora mucronata, Avicennia alba and Avicennia lanata. The health condition of mangroves on Takari Beach is categorized as rare/damaged. These conditions can be influenced by human activities in coastal areas such as marine mining activities or changing natural factors such as temperature, salinity, pH, DO and others. Keyword :  Healt Condition, Mangrove, Percentage Cover, Takari Beach Abstrak Wilayah  pesisir  merupakan  ekosistem  transisi  yang  dipengaruhi daratan  dan  lautan,  yang mencakup  beberapa  ekosistem,  salah  satunya  adalah  ekosistem  hutan  mangrove. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kawasan pesisir dengan tutupan mangrove yang begitu luas yaitu dengan luas sekitar 273.692,81 Ha. Degradasi hutan mangrove di Bangka Belitung disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: banyaknya dijumpai aktivitas – aktivitas antropologis terutama konversi lahan mangrove menjadi pemukiman, tambak, dan tambang  Untuk itu, diperlukan sebuah upaya pengelolaan yang mencakup di dalamnya usaha pemantauan ekologi terhadap kondisi komunitas mangrove di suatu kawasan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi kesehatan hutan mangrove di Pantai Takari Kabupaten Bangka sebagai dasar penentuan kebijakan  pengelolaan  mangrove  berkelanjutan.  Penelitian  ini  dilakukan  pada  bulan  Agustus- September 2022 di Pantai Takari. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu Pantai Takari memiliki persentase tutupan sekitar  39,20%  sampai 44,52%, Dimana pada lokasi tersebut terdapat 5 spesies yaitu : Rhizophora apiculata, Sonneratia caseolaris, Rhizophora mucronata, Avicennia alba dan Avicennia lanata  .  Kondisi kesehatan  mangrove  di  Pantai Takari  termasuk  kategori jarang/rusak. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh kegiatan manusia dikawasan pesisir misalnya aktivitas pertambangan laut atau faktor alam yang berubah-ubah seperti suhu, salinitas, pH, DO dan lain-lain. Kata Kunci: Mangrove, pantai takari, persentase tutupan, kondisi kesehatan.  
Pemetaan Kawasan Hutan Mangrove Menggunakan Drone Di Kawasan Wisata Hutan Mangrove Sebagai Salah Satu Upaya Konservasi Kawasan Hutan Mangrove Di Desa Tukak Kabupaten Bangka Selatan arthur muhammad farhaby arby; Muhammad Rizza Muftiadi; Okto Supratman; Wahyu Adi
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 16 No 1 (2022): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/akuatik.v16i1.3881

Abstract

Pengelolaan lingkungan selain berdimensi pengelolaan sumber daya alam, juga berdimensi pemanfaatan ruang. Suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk berbagi alternatif kegiatan, seperti pemukiman, industry, pertanian, dan sebagainya. Kegiatan ini selain dapat menyebabkan adanya konflik penggunaan, misalnya perebutan lokasi, tumpang tindih penggunaan, juga dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan lain yang berada di dekatnya. Keterpaduan pengelolaan lingkungan dengan tata ruang ditegaskan dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang menegaskan bahwa tata ruang sebagai instrument pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Salah satu cara yang di perlukan untuk memastikan penggunaan lahan di wilayah pesisir sudah sesuai dengan peruntukannya yaitu melakukan pemetaan menggunakan drone. Hal ini penting dilakukan dikarena data spasial sangat di butuhkan dibidang perikanan, pertanian, pertambangan dsb. Universitas Bangka Belitung memiliki sumberdaya manusia yang memumpuni untuk memberikan bantuan dalam bentuk melakukan pemetaan Kawasan hutan mangrove di kawasan Desa Tukak untuk mencegah adanya penyerobotan lahan untuk digunakan sebagaimana yang bukan peruntukannya maka perlu adanya peta kawsan yang terkini berdasar kondisi riil di lapangan dan cara tersebut adalah melakukan pemetaan menggunakan drone.