Articles
            
            
            
            
            
                            
                    
                        Komunikasi Pemasaran dalam Positioning N219 oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero) 
                    
                    Ersyad, Yasser; 
Maryani, Eni; 
Karlinah, Siti                    
                     Jurnal Kajian Komunikasi  Vol 6, No 1 (2018): Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 48a/E/KPT/2017 
                    
                    Publisher : Universitas Padjadjaran 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (375.752 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.24198/jkk.v6i1.8996                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi komunikasi pemasaran N219 yang berbasis positioning merek. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Narasumber penelitian ini berjumlah enam orang. Pengumpulan data dilakukan utamanya melalui wawancara mendalam, studi literatur dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa N219 dimaksudkan untuk mengambil pasar Twin Otter yang perlu digantikan baik dari segi teknologi maupun usia dalam melayani penerbangan perintis di Indonesia. N219 diposisikan sebagai pesawat terbang pengganti Twin Otter di Indonesia dengan menggunakan slogan âThe New Generation of Light Class Aircraftâ. Selain itu, N219 juga diposisikan sebagai karya anak bangsa, untuk membentuk manfaat emosional antara merek dengan konsumen potensial serta khalayak luas. Komunikasi pemasaran untuk menyampaikan nilai-nilai positioning dilakukan dengan berbagai sarana, yakni melalui pameran pemasaran, publisitas di media massa, dan pendekatan langsung. Saran penelitian selanjutnya dapat fokus pada bagaimana hubungan proses generatif, produktif, dan representatif yang terjadi dalam penciptaan nilai di sebuah perusahaan. Hubungan ketiganya dapat dijadikan fokus untuk membentuk model yang lebih tepat untuk penggambaran yang lebih universal. Sedangkan saran praktisnya adalah bahwa perlu adanya koordinasi yang lebih baik antara fungsi Humas dan Komunikasi Pemasaran. Di dalam perusahaan, keduanya merupakan alat utama untuk berkomunikasi dengan pihak eksternal perusahaan. Kemudian perlu dieksplorasi sarana-sarana komunikasi pemasaran baru sebagai alternatif kunjungan langsung ke perusahaan-perusahaan dalam pemasaran tatap muka, yang membutuhkan cukup banyak biaya dan waktu. Misalnya, dengan menempatkan lebih banyak perwakilan pemasaran (marketing representative) di daerah-daerah, dan sebagainya.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        KONVERGENSI DALAM PROGRAM NET CITIZEN  JOURNALISM 
                    
                    Vebrynda, Rhafidilla; 
Maryani, Eni; 
Abdullah, Aceng                    
                     Jurnal Kajian Komunikasi  Vol 5, No 1 (2017) 
                    
                    Publisher : Universitas Padjadjaran 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (949.665 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.24198/jkk.v5i1.7432                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Di dalam artikel ini, peneliti ingin melihat perkembangan teknologi di Indonesia sebagai sebuah peluang untuk menjalankan sebuah program berita berbasis video kiriman masyarakat. Perkembangan teknologi tersebut adalah teknologi penyiaran, teknologi sosial media dan teknologi dalam proses produksi sebuah video. Di Indonesia, jumlah televisi semakin banyak. Setiap stasiun televisi harus bersaing untuk dapat bertahan hidup. Net TV merupakan sebuah stasiun televisi baru di Indonesia yang harus memiliki berbagai program unggulan baru agar dapat bersaing dengan televisi lainnya yang sudah ada. Net TV menggunakan berbagai platform media untuk menjalankan program Net Citizen Journalism (Net CJ). Penggunaan berbagai platform media dikenal dengan istilah multiplatform dan secara teoritis dikenal dengan istilah konvergensi. Konvergensi yaitu saat meleburnya domain-domain dalam berbagai media komunikasi. Artikel ini menggunakan metode studi kasus untuk melihat bagaimana konvergensi terjadi dalam proses pengelolaan program Net CJ. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Wawancara mendalam dilakukan dari tiga sudut pandang yaitu dari pengelola program, pengguna/audience dan pengamat media. Penelitian ini menemukan bahwa dengan menggunakan berbagai platform media yang fungsinya berbeda, memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk menjalankan program Net CJ. Adapun berbagai platform dalam proses produksi program yaitu tayangan TV konvensional, streaming TV, website, aplikasi Net CJ, facebook, twitter, instagram dan path. Konvergensi media dijalankan dalam dua proses, yaitu proses produksi dan proses promosi program berita.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Model komunikasi Ideal antara Tuna Netra dan Visual Reader dalam Menonton Film 
                    
                    Cut Meutia Karolina; 
Eni Maryani; 
Dian Wardiana Sjuchro                    
                     Jurnal Komunikasi Vol. 14 No. 1 (2019): VOLUME 14 NO 1 OKTOBER 2019 
                    
                    Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.20885/komunikasi.vol14.iss1.art4                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Bioskop Harewos as a special cinema for the audiences with visual impairments have a uniqueness.  The uniqueness that replaces the role of Audio Description with individuals, known as Visual Reader. The Visual Reader is in charge of telling the visual scene of the movie being watched. The purpose of this research is to find out the obstacles experienced of the audiences with visual impairments when watching movies accompanied by the Visual Reader; knowing the barriers of Visual Reader in giving the visual description of the movie to the audiences with visual impairments; and learned about the Bioskop Harewos preparations for the Visual Reader and the audiences with visual impairments before the watching process took place.   Research methods using qualitative case studies. The results of the research found that spectators of the audiences with visual impairments experienced have several obstacles when communicating with the Visual Reader in the process of watching movies at the Bioskop Harewos. The obstacles were assessed from various aspects, therefore visual message from the film was not obtained to the maximum. Visual Reader also has difficulties in narrating visual messages to the audiences with visual impairments.  Keywords : film, Audiences, Visual Impairments, Visual Reader, Cinema
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Management and Psychological Aspect: Teenagers' Awareness of Privacy in Social Media 
                    
                    Eni Maryani; 
Detta Rahmawan; 
Irma Garnesia; 
Reksa Anggia Ratmita                    
                     Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 5, No 2 (2020): December 2020 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia 
                    
                    Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.25008/jkiski.v5i2.429                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Rising concern about the impact of internet usage among teenagers needs to be continuously addressed. Teenagers’ awareness of online privacy was the focus of this study on account of frequent sharing of private information in social media. This study is an exploratory research which tries to map and understand the psychological and cultural aspects of vulnerable online privacy practice by teenagers. The data were collected through a survey and interviews with high school students in Bandung, Indonesia. This study found that teenagers’ knowledge, awareness, and management of online privacy was relatively low. Psychologically, teenagers often need others to talk to. To maintain relationship, some cultural aspects, such as togetherness, friendliness, and openness to strangers were perceived as important. However, those aspects were the causes of poor online privacy practices. A call for increased media literacy and the development of cyber law that can anticipate internet-based crime especially against teenagers, were discussed.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Media Use and Gratification Sought by the Public during the Coronavirus Outbreak in Indonesia: A National Survey 
                    
                    Mira Rochyadi-Reetz; 
Eni Maryani; 
Anna Agustina                    
                     Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 5, No 1 (2020): June 2020 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia 
                    
                    Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (631.785 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.25008/jkiski.v5i1.381                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
The recent coronavirus outbreak is without a doubt a global crisis event that has affected almost all nations of the world. This study aims to contribute to crisis communication research from the audience perspective in Indonesia by presenting the public’s media use and gratification sought during the coronavirus outbreak based on a representative national mobile survey with 1,100 respondents. Results show that the majority of Indonesians intensively use (1) private television, (2-4) websites and social media accounts of actors providing information on the crisis and (5) public television to get information regarding the pandemic. The findings indicate that other types of media such as radio and local television are used to a much lower extent. Results also show that there are two media-use gratifications sought during the crisis: (1) information and direction gratification sought and (2) entertainment and comparison gratification sought. Sociodemographic factors such as gender, age and education level demonstrate some significant influence on public media use and the gratification sought during the coronavirus outbreak. Surprisingly, entertainment and comparison sought are demonstrated as having a higher effect on the increasing use of mass media, social media and messenger apps during the crisis event than the information and direction gratification sought.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Selebriti dalam Digital Activism Tentang KekerasanTerhadap Perempuan di YouTube 
                    
                    Eni Maryani; 
Sarah Astari                    
                     Manajemen Komunikasi Vol 3, No 1 (2018): Accredited by Republic Indonesia Ministry of Research, Technology, and Higher Ed 
                    
                    Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (566.55 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.24198/jmk.v3i1.20656                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Penelitian ini membahas keterlibatan para selebriti dalam film ’16 days of Activism’ terkait isu kekerasan terhadap perempuan yang diunggah dalam you tube. Isu kekerasan terhadap perempuan masih perlu disebarluaskan ke masyarakat akan tetapi kuatnya nilai-nilai patriarki menjadikan isu ini cenderung terpinggirkan. Merujuk pada fenomena tersebut maka penggunaan beragam media dan aktor menjadikan sangat penting bagi proses advokasi untuk melawan tindak kekerasan terhadap perempuan. Metode yang digunakan studi kasus dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Penelitian mengungkapkan bahwa sinergi sebagai survivor, selebriti dan juga aktivis menjadi kekuatan bagi Hannah Ar Rashid untuk mengangkat wacana tentang kekerasan terhadap perempuan dan melibatkan selebriti lain dalam produksi filmnya untuk advokasi, You tube adalah salah satu media digital yang mampu mempermudah advokasi melalui film. Film ‘16 Days of Activism’ di you tube merupakan salah satu bentuk digital activism yang dilakukan para selebriti. Film advokasi yang melibatkan para selebriti mampu menjadi daya tarik bagi khalayak untuk menerima dan memahami isu kekerasan terhadap perempuan
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Keberlangsungan MQ TV sebagai media lokal nonjaringan di Bandung, Indonesia 
                    
                    Eni Maryani; 
S. Kunto Adi Wibowo; 
Reksa Anggia Ratmita                    
                     Manajemen Komunikasi Vol 6, No 1 (2021): Accredited by Republic Indonesia Ministry of Research, Technology, and Higher Ed 
                    
                    Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.24198/jmk.v6i1.35652                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Penelitian ini melakukan kajian terhadap MQ TV sebagai satu-satunya televisi lokal nonjaringan yang masih tersisa di kota Bandung. Televisi lokal lainnya seperti STV, IMTV, GarudaTV, BandungTV, PegiaTV telah beralih menjadi televisi berjaringan atau Stasiun Siaran Jaringan (SSJ). MQ TV didirikan tahun 2006 dengan Abdullah Gymnastyar sebagai pemilik atau investor pendiriannya. Pertanyaannya yang muncul adalah bagaimana MQ TV dapat bertahan sebagai media lokal nonjaringan?. Apakah pilihan sebagai TV lokal berbasis agama menjadi kekuatan bagi MQ TV? Melalui focus group discussion dan wawancara mendalam penelitian ini berupaya menggali dan menganalisis keberadaan MQ TV serta tantangan dan peluang yang dimilikinya sebagai media lokal nonjaringan di era digital. Hasil Penelitian menemukan bahwa MQ TV mengalami tantangan yang berat dan sempat terpuruk dengan hanya memiliki lima orang praktisi media yang terus menjaga agar MQ TV terus beroperasi. Terdapat beberapa faktor penting yang mendukung keberlangsungan MQ TV yaitu adanya investor lokal yang berkomitmen terhadap keberadaan MQ TV dan penggunaan media digital yang dapat terus memfasilitasi proses pengumpulan, pengolahan dan distribusi konten di MQ TV. Sementara itu keberlangsungan tersebut juga tidak lepas dari tantangan yang dimiliki seperti masalah keuangan, sumberdaya, dan respon khalayak yang masih terbatas. Adapun salah satu peluang yang menarik adalah penggunaan media digital oleh MQ TV dapat memberikan data terkait kunjungan khalayak pada MQ TV secara digital. Melalui data ini maka MQ TV memiliki data akurat sebagai dasar untuk menawarkan porogramnya pada pengiklan di media digital.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        KOMUNIKASI VERBAL PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK INDIGO 
                    
                    Gregorius Fendi Arkandito; 
Eni Maryani; 
Detta Rahmawan; 
Teddy K. Wirakusumah                    
                     Manajemen Komunikasi Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Manajemen Komunikasi Vol. 1 No.1 Otober 2016 
                    
                    Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (409.747 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.24198/jmk.v1i1.9955                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
      Gregorius Fendi Arkandito, 2016. “Komunikasi Pada Anggota Keluarga Yang Memiliki Anak Indigo”. Dibantu oleh Achwan Noorlistyo Adi, S.I.Kom selaku rekan peneliti dan Duddy Zein, Drs., M.Si selaku dosen Program Studi Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.Tujuan penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui komunikasi verbal pada keluarga dengan anak indigo. 2) Untuk mengetahui mengapa komunikasi verbal tersebut digunakan. 3) Untuk mengetahui proses penyampaian masalah anak indigo pada anggota keluarga lain. 4) Untuk mengetahui pengambilan keputusan pada keluarga tersebut.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Teknik utama dalam mengumpulkan data yaitu observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa komunikasi verbal yang digunakan anggota keluarga yang belum mempelajari indigo lebih dalam, lebih memilih komunikasi satu arah dan komunikasi verbal bersifat memerintah. Anggota keluarga lebih intens mendekati jika anak indigo mengalami atau melakukan hal negatif. Serta pembinaan yang digunakan adalah pembinaan pedagogi. Sedangkan anggota keluarga yang mempelajari indigo secara dalam, menggunakan komunikasi verbal yang lebih instruktif dan informatif. Tetap menjaga kadar emosi dari anak indigo tersebut agar tidak melewati batas wajar dan menggunakan pola pembinaan andragogi.Kata Kunci       : Komunikasi, Komunikasi Keluarga, Anak, Indigo
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        REPRESENTASI LAKI-LAKI METROSEKSUAL DALAM IKLAN VASELINE MEN FACE MOISTURIZER 
                    
                    Mellawatie Arnie; 
Eni Maryani; 
Nindi Aristi                    
                     Manajemen Komunikasi Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Manajemen Komunikasi Vol.2 No.1 Oktober 2017 
                    
                    Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (245.927 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.24198/jmk.v2i1.21277                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang perwakilan metroseksual dalam Vaseline Men Face Mousturizer TVC dari makna dennotasi dan konotasi, serta mengetahui perwakilan mitos metroseksual dalam Vaseline Men Face Mouisturizer TVC. Penelitian ini menggunakan metode semiotika oleh Roland Barthes. Analisis Semiotik diimplementasikan pada TVC (Televisi Komersial) versi Vaseline Men Face Moisturizer Darius Sinathrya. Analisis ini difokuskan pada adegan-adegan yang mengandung tanda-tanda dominan metroseksual. Hasil penelitian menemukan karakteristik pria metroseksual yang terkandung dalam iklan Vaseline Men Face Moisturizer. Tanda yang dapat diartikan sebagai kebiasaan pria metroseksual adalah pria yang memiliki tubuh atletis dan berolahraga di pusat kebugaran, pria yang memiliki kulit wajah cerah dan tidak memiliki noda hitam, pria yang menggunakan produk kosmetik, dan pria metroseksual yang menjadi idola pria. Berdasarkan analisis tanda-tanda denotasi dan konotasi, yang dilakukan oleh para peneliti, ditemukan bahwa mitos metroseksual adalah mitos maskulinitas dalam konsep metroseksual, dan mitos pria metroseksual adalah idola pria.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI: KONFLIK KEPERCAYAAN DALAM ORGANISASI GEREJA BFA BANDUNG 
                    
                    Mahardika Mahardika; 
Eni Maryani; 
Edwin Rizal                    
                     Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Vol 6 No 1 (2022) 
                    
                    Publisher : Universitas Pendidikan Nasional 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (266.413 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.38043/jids.v6i1.3381                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Gereja sebagai sebuah unit religius di masyarakat sering dipandang sebagai sesuatu yang suci dan terhindar dari konflik. Akan tetapi dalam praktiknya sebagai organisasi keagamaan, gereja juga dapat mengalami konflik dalam interaksi sosial di dalamnya. Untuk memahami konflik yang terjadi di gereja penelitian ini merujuk teori komunikasi organisasi dan teori agama dalam konteks sosial.  Kasus di dalam penelitian ini adalah Gereja Bethany Fresh Anointing (BFA) di Bandung yang mengalami konflik di dalam organisasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi manajemen konflik yang dilakukan Gereja dalam menangani konflik yang terjadi di dalam organisasinya sebagai organisasi keagamaan. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui manajemen konflik yang dilakukan pihak gereja maka konflik dijadikan sebagai alat untuk melakukan evaluasi organisasi sehingga gereja mampu mengatasi kendala yang dihadapi, memperbaiki kinerjanya, dan meningkatkan efisiensi dalam pelayanannya. Manajemen konflik yang dilakukan juga memerlukan strategi komunikasi yang sesuai dengan budaya komunikasi dan organisasi di dalam Gereja Bethany Fresh Anointing sebagai organisasi keagamaan.