Claim Missing Document
Check
Articles

Kelimpahan Fitoplankton di Padang Lamun Buatan (Artificial Seagrass Bed as Phytoplankton Habitat) Ita Riniatsih; Widianingsih Widianingsih; Sri Redjeki; Hadi Endrawati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 2 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.227 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.2.84-90

Abstract

Padang lamun berperan penting dalam menjaga kelestarian berbagai jenis organism laut. Namun secara umum kondisi ekosistem lamun saat ini semakin menurun. Melalui pengembangan padang lamun buatan diharapkan dapat membantu mengembalikan fungsinya, termasuk pertumbuhan fitoplankton sebagai epifit pada salah satu orgasnime yang berasosiasi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan penciptaan habitat fitoplankton di padang lamun buatan. Penelitian dilakukan dengan dua model lamun buatan yang terbuat dari tali kalas, tanaman plastik berbentuk semak, dan transplantasi lamun asli jenis Enhalus acoroides serta padang lamun asli sebagai control dengan empat kali ulangan. Fitoplankton yang diperoleh selama penelitian sebanyak 30 jenis. Jenis fitoplankton yang mendominansi semua perlakuan adalah kelas Bacillariophyceae yaitu genus Nitzschia, Coscinodiscus, Bidulphia, Rhizosolenia dan Skeletonema. Jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton yang tertangkap terlihat berbeda di setiap sampling pengamatan. Hingga akhir pengamatan jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton tidak terlihat perbedaan antara lamun buatan dan padang lamun asli. Indeks keanekaragaman dan keseragaman fitoplankton dalam kategori sedang pada ketiga perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padang lamun buatan sama efektifnya dengan padang lamun asli dalam menyediakan tempat untuk penempelan fitoplankton sebagai epifit serta meningkatkan produktivitas primer di ekosistem padang lamun. Kata kunci: habitat, fitoplankton, padang lamun buatan Seagrass bed is one of coastal area ecosystems, which has important role for various marine organisms. Artificial seagrass bed can create new habitat for phytoplankton as one of epiphyte organisms which is associated with others marine organisms. The purpose of this research is to know successful a phytoplankton growth in artificial seagrass bed at Teluk Awur Coastal area, Jepara.. There were three treatments in this research i.e. (a) artificial seagrass bed from kalas rope, (b) artificial seagrass made from plastic, (c) seagrass of Enhalus acoroides, and natural seagrass bed ecosystem as control, with 4 replications. Thirty phytoplankton species were found in that area. Several genera from class Bacillariophyceae dominanted at all treatments, i.e. Nitzschia, Coscinodiscus, Bidulphia, Rhizosolenia and Skeletonema. There were differences on the number of species and abundance of phytoplankton every time sampling. However, the number of species and abundance of phytoplankton were similar between artificial seagrass bed and natural seagrass bed at the end of this research. All treatments have medium category for diversity and evenness index. The results suggest that artificial seagrass bed is as effective as natural seagrass for location (medium) for phytoplankton habitat and for increasing primary productivity. Keywords : habitat, phytoplankton, artificial seagrass bed
Kajian Nutritif Phytoplankton Pakan Alami pada Sistem Kultivasi Massal Antik Erlina; Sri Amini; Hadi Endrawati; Muhamad Zainuri
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 4 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.622 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.4.206-210

Abstract

Potensi fitoplankton sebagai pakan alami bagi biota laut di derajat tropic diatasnya telah diketahui. Selanjutnya upaya kultivasi secara massal dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hatchery. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai nutrisi pakan alami Skeletonema costatum, Thallassiosiera sp, Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans dari hasil produksi kultivasi massal. Laboratorioum Alga Pakan Alami, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Isolate 5 ml dari setiap jenis fitoplankton digunakan sebagai sumber pada kultivasi dengan media gallon 20 liter selama 15 hari atau sampai dengan tercapainya puncak populasi. Transfer ke media 1 ton dilakukan setelah puncak populasi tersebut. Kedua jenis media memanfaatkan pupuk dari formula Conwy. Densitas fitoplankton diamati setiap hari dengan menggunakan haemocytometer. Setelah tercapai puncak populasi, maka fitoplankton akan dipanen dengan menyaringnya dengan 2 μm. Hasil panendigunakan untuk analisis nutrisi. Kandungan nutrisi fitoplankton menunjukkan kisaran nilai protein : 21.85 – 37 % ; lemak : 2.41 – 10 % dan karbohidrat : 17 – 21 %. Sedangkan asam lemak menunjukkan kisaran nilai yang cukup tinggi, khususnya pada omega 3 : 0.911 – 3.738 % ; omega 6 : 15.591 – 38.002 % dan omega 9 : 0.292–15.112 %. Nilai nutrisi tersebut tidak berbeda dengan kultivasi laboratoris.Kata kunci : Kandungan Nutritif, Alga, Skeletonema costatum, Thallassiosiera sp, Chlorella sp,. Chaetoceros calcitrans, Kultivasi Massal.The potential mean of the phytoplankton as natural feed for higher tropic level biota in the sea is already known. While the study to mass cultivation as the requirement for natural feed of marine biota larvae wasalready develop in the hatchery, and need to explore into mass cultivation for an alternative purpose. The aim of the study is to determine the nutrition contents of four type phytoplankton, Skeletonema costatum,Thallassiosiera sp, Chlorella sp. and Chaetoceros calcitrans based on mass cultivation. The research was conducted in the Laboratory of Natural Food, Brackishwater Aquaculture Development and Research Center,Jepara. The 5 ml isolate of each phytoplankton were cultivate in the 20 litter gallon for 15 days or until the reach of the density. After the peak density of every phytoplankton, it will transfer into 1 ton media. Eachtreatment was three replicate. Each approach using the enrichment media based on Conwy formula. The density was daily monitor using haemocytometer. After the reach of peak population density, the algae was filtered using 2 μm screen. The algae then store in the refrigerator for nutritive determination. The average nutritive content in the algae show a range value of protein : 21.85 – 37 % ; lipid : 2.41 – 10 % andcarbohydrate : 17 – 21 %. While the lipid acid show a high range value, especially for omega 3 : 0.911 – 3.738 % ; omega 6 : 15.591 – 38.002 % aand omega 9 : 0.292 – 15.112 %. The nutritive value is notdifferent than the one of laboratory cultivation.Key words : Nutritive Contents, Algae, Skeletonema costatum, Thallassiosiera sp, Chlorella sp,. Chaetoceros calcitrans, mass cultivation.
Kandungan Lipid Total Nannochloropsis oculata Pada Kultur dengan Berbagai Fotoperiod (Total Lipid Content of Culture of Nannochloropsis oculata at Different Photoperiod) Widianingsih Widianingsih; Retno Hartati; Endrawati Hadi; Valentina R Iriani
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 17, No 3 (2012): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.068 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.17.3.119-124

Abstract

Fotoperiod memainkan peranan penting dalam proses fotosintesis pada mikroalga Nannochloropsis oculata. Fotoperiod akan mempengaruhi kadar total lipid pada berbagai jenis mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk determinasi kandungan lipid total mikroalga Nannochloropsis oculata yang dikultur pada berbagai kondisi fotoperiod Rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan diterapkan pada penelitian ini. Perlakuan pada penelitian ini adalah fotoperiod 4 jam terang-20 jam gelap, 8 jam terang-16 jam gelap, 12 jam terang-12 jam gelap, dan 24 jam terang. N. oculata dikultur pada erlenmeyer 250 mL dengan sistem aerasi kontinyu dan pencahayaan 3000 lux, salinitas 33 ppt dan medium Conway. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan lipid total pada N. oculata tertinggi ditemukan pada perlakuan fotoperiod 12 jam terang-12 jam gelap) (31,8±3,03%-dw) dan kemudian diikuti pada fotoperiod 8jam terang - 16 jam gelap (25,2±2,19%-dw) dan fotoperiod 24 jam terang (23,2 %-dw). Pada perlakuan fotoperiod 8 jam terang-16 jam gelap dan fotoperiod 12 jam terang-12 jam gelap pada media pemeliharaan N.oculata menunjukkan hasil kadar lipid total yang lebih besar pada fase stasioner dibandingkan dengan eksponensial.Kata kunci: Nannochloropsis oculata, total lipid, fotoperiodPhotoperiod has important role on the photosynthesis process of microalgae Nannochloropsis oculata. Photoperiod also influences on total lipid content of various microalgae. This research has purpose to examine the effect of nutrient phosphate and nitrate composition to the total lipid content of N. oculata belong to class Eustigmatophyceae. There were four treatments of photoperiod as follows; (a) photoperiod A (4:20 hour light:dark);(b) photoperiod B (8:16 hour light:dark); photoperiod C (12:12 hour light:dark); (and (d) photoperiod D (24 hour light). There were three replicates for each treatment. The volume of culture medium was 250 mL for each treatment with continuously aeration and illumination (3000 lux). According to the research, the highest total lipid content of N. oculata had been found on the treatment of photoperiod 12:12 hour light:dark 31,8 ± 3,03 %-dw, and then followed by photoperiod 8:16 hour light dark as amount 25,2 ± 2,19 %-dw and 24 hour light (23,2 ± 1,99%-dw), and then followed by photoperiod 24 hour light. Differences of photoperiod 8:16 hour light:dark and photoperiod 12:12 hour light:dark on culture medium of N. oculata showed result that there were differences of total lipid content on the stationary and exponential phase. The highest percentage of total lipid was fund in cell of N. oculata grown under treatment of photoperiod 12:12 hour light:dark. The treatment of photoperiod 8:16 hour light:dark and 12:12 hour light:dark in the N. oculata culture showed result that the total lipid content on stationary phase was greater than exponential phase.Key words: Nannochloropsis oculata, total lipid, photoperiod
Asexual Reproduction of Black Sea Cucumber from Jepara Waters Retno Hartati; Muhammad Zainuri; Ambariyanto Ambariyanto; Sri Redjeki; Ita Riniatsih; Ria Azizah; Hadi Endrawati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 24, No 3 (2019): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.263 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.24.3.121-126

Abstract

Black sea cucumber or Lollyfish are trade name for Holothuria atra, one species of family Holothuriidae abundance in Jepara waters, especially in Panjang Island.  They inhabit on the seabed, in shallow waters on reefs and sand flats or in Seagrass meadows. Beside reproduce sexually, H. atra also do fission (biology), i.e. able to reproduce asexually by transverse fission. Monthly survey has been conducted for three months to determine frequency of fission among H. atra population in Panjang Island waters. In total 891 individu of H. atra inhabit in seagrass meadow mixed with rubble were examimed. In fissiparous sea cucumber, transverse fission are followed by regeneration and in this research identified from external observations. The fission state was divided into three category, i.e. closed wound (Category 1), little regeneration either posterior or anterior part (category 2), moderate regeneration either posterior or anterior part (category 3).   The result showed that the fission frequency was highest during end of rainy season in April (13,21%) and decreased during May (4,61%) and June (4,86%). Body regeneration seem happened fast, since the new individu sea cucumber at category 1 was low but high as category 3. The regeneration were related with the condition of environment.
Komunitas Ikan di Perairan Kawasan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa, Jepara (Fish Community at Parang Waters of Karimunjawa Island) Rudhi Pribadi; Hadi Endrawati; Ibnu Pratikto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 1 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.319 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.1.45-53

Abstract

Kawasan mangrove merupakan salah satu habitat ikan yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ikan di kawasan perairan bervegetasi mangrove Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan gillnet sedangkan juvenil ikan diambil menggunakan Bonggo net dengan menyisir kolom perairan secara horizontal menggunakan perahu selama 10-15 menit pada kecepatan ±2 knot pada waktu pagi hari. Sampel ikan diawetkan dengan formalin 10% dan di laboratorium diganti dengan alkohol 70% untuk pengawetan yang lebih lama selanjutnya diidentifikasi. Kepadatan populasi ikan dihitung per stasiun dari seluruh contoh yang diamati. Contoh air diambil menggunakan water sampler, dan beberapa parameter perairan (suhu udara, suhu air, kedalaman, kecerahan, pH, DO) diukur secara langsung. Penelitian ini menemukan 7 spesies juvenil ikan di perairan bervegetasi mangrove Pulau Parang, yaitu Apogon ceramensis, Sphaeramia orbicularis, Hypoatherina barnesi, Zenarchopterus dispar, Zenarchopterus gilli, Gerres argyreus, dan Lethrinus lentjan yang termasuk dalam 5 famili, yaitu Apogonidae, Atherinidae, Hemiramphidae, Gerreidae, dan Lethrinidae. Pada saat bulan Juni ditemukan lebih sedikit jenis ikan dan jumlah individu juvenil ikan dibandingkan sampling bulan September 2012. Lebih banyak juvenil ini dimungkinkan adanya rekruitmen di daerah mangrove tersebut. Selama penelitian paling sedikit ditemukan 28 jenis ikan di perairan Pulau Parang yang terdiri dari 15 famili. Terdapat banyak perbedaan individu pada lokasi yang sama yaitu stasiun Batu Merah pada dua kali sampling. Hal ini menandakan daerah tersebut sebagai tempat mencari makan bagi ikan. Kata kunci:  ikan, mangrove, Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa   Mangrove ecosystem is recognised as essential habitat for many species of fishes. The study was aimed to identify community structure of mangrove fishes of Parang Island, Karimunjawa Islands. Adult fish was trapped using gillnet, while its juvenile collected using a larva-net tow horizontally by small boat for 10-15 minutes of 2knot speed along the mangrove waters in the morning. Sample was initially preserved in 10% formaldehyde then in 70% alcohol prior to further identification. Fish abundance was estimated on each station, and ambient parameter (water and air temperature, water depth, clarity, pH and DO) was measured insitu. The result shown that at least 7 species of fishes were found in Parang Island i.e.: Apogon ceramensis, Sphaeramia orbicularis, Hypoatherina barnesi, Zenarchopterus dispar, Zenarchopterus gilli, Gerres argyreus, and Lethrinus lentjan which taxonomically belongs to 5 families i.e.; Apogonidae, Atherinidae, Hemiramphidae, Gerreidae, and Lethrinidae. Less species was found in June rather in September sampling period, which possibly indicating of fish recruitmen on that mangrove ecosystem. In total 28 fish species of 15 families were found across all study sites in Parang Island and its surrounding waters. Species diversity among different sampling time, such as in Batu Merah Station, was also varied which possibly indicating that the site is feeding ground for many species in the area. Keywords: fish, mangrove, Parang Island, Karimunjawa Islands
Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Laguna Segara Anakan, Cilacap Budhy Wiyarsih; Hadi Endrawati; Sri Sedjati
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.926 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i1.21974

Abstract

Segara Anakan merupakan laguna yang terletak di selatan Pulau Jawa tepatnya di perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Kawasan Segara Anakan merupakan tempat bertemunya sungai besar, sehingga mengalami perubahan penurunan kualitas perairan berupa penyempitan dan pedangkalan akibat proses sedimentasi yang tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas perairan yang dapat mengganggu pertumbuhan fitoplankton di perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan bioindikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Kondisi tentang lingkungan perairan diperkirakan berubah sepanjang waktu, maka perlu penelitian fitoplankton, untuk mengetahui tingkat kesuburan perairannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton di Laguna Segara Anakan, Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pengambilan data menggunakan purposive sampling method. Hasil menunjukkan ditemukan 34 genera yaitu Kelas Bacillariophyceae (21 genera), Kelas Cyanophyceae (4 genera), Dinophyceae (6 genera), Chlorophyceae (2 genera), dan Euglenophyceae (1 genus). Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 12.945,8-38.194,1 sel/liter. Indeks Keanekaragaman termasuk kategori sedang dengan nilai berkisar 1,60 - 2,32. Indeks keseragaman termasuk kategori sedang hingga tinggi, dengan nilai berkisar 0,59 - 0,81. Indeks dominansi berkisar antara 0,18 - 0,44. menunjukkan bahwa tidak ada genus yang mendominasi. Segara Anakan is a lagoon located in the south of Java Island precisely on the border between West Java and Central Java. Segara Anakan area is the place where the big river meets. Water quality decrease because of narrowing the lagoon due to the high sedimentation process. This may affect the presence of phytoplankton in the water. The quality and the fertility level of aquatic can be evaluated through the phytoplankton existence since phytoplankton is used as a biological indicator for the marine environment. The condition of the aquatic environment is expected to change over time, so it is necessary to study phytoplankton. The purpose of this research is to know about the composition and abundance of phytoplankton in Segara Anakan Lagoon, Cilacap. This research used the descriptive explorative method by data sampling using purposive sampling method. The study showed 34 genera of Bacillariophyceae (21 genera), Cyanophyceae (4 genera), Dinophyceae (6 genera), Chlorophyceae (2 genera), and Euglenophyceae (1 genus). The abundance of phytoplankton ranging from 12.945,8-38.194,1 cells/liter. The Diversity Index is a medium category with values ranging from 1.60 to 2.32. The evenness index is moderate to high, with values ranging from 0.59 to 0.81. The Dominant index ranges from 0.18 to 0.44. The value indicates the category of no dominating genus.
Pertumbuhan Lamun Hasil Transplantasi Jenis Cymodocea rotundata di Padang Lamun Teluk Awur Jepara Ita Riniatsih; Hadi Endrawati
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.003 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i1.6924

Abstract

Padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting  bagi lingkungan  pesisir. Padang lamun rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan. Penurunan  luas padang lamun di dunia merupakan akibat  dari tekanan lingkungan baik alami maupun hasil aktivitas manusia. Transplantasi merupakan salah satu cara untuk merehabilitasi kondisi padang lamun yang mengalami kerusakan.  Tujuan dari penelitian ini untuk megetahui tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan transplantasi lamun  Cymodecea rotundata dengan metoda jangkar di perairan Teluk Awur Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 di perairan Teluk Awur, Jepara. Metoda penelitian yang dipergunakan adalah dengan ekperimental lapangan dengan penentuan lokasi secara purposive random sampling. Penelitian dilakukan di Teluk Awur yang terbagi menjadi 3 stasiun pengamatan yang masing-masing stasiun terbagi menjadi 6 plot pengamatan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan daun lamun tertinggi untuk lamun transplantasi terdapat pada stasiun 2 sebesar 1,86-2,61 mm/hari. Tingkat kelangsungan hidup menunjukkan 100% untuk semua lokasi. Hasil uji ANOVA Satu Arah menunukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laju pertumbuhan lamun alami dan lamun hasil transplantasi. Kata kunci:  pertumuhan lamun , transplantasi, Cymodocea rotundata
Hubungan Panjang Berat Teripang Holothuria atra di Pulau Panjang, Jepara Primaswatantri Permata; Suryono Suryono; Frijona F. Lokollo; Widianingsih Widianingsih; Hadi Endrawati; Muhammad Zainuri; Retno Hartati
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i2.36380

Abstract

Holothuria atra merupakan salah satu teripang dan sering dijumpai berasosiasi dengan padang lamun dan  substrat pasir.  Walaupun bernilai ekonomi rendah, secara ekologi mempunyai manfaat sebagai bioturbator dan mempunyai potensi dalam bidang farmaseutical. Teripang ini ditenukan hidup di Pulau Panjang, dengan karakteristik perairan tertutup dan dangkal dengan akses yang mudah untuk wisatawan maupun perikanan tangkap yang dapat menjadi tekanan bagi populasi teripang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan panjang dan berat populasi teripang H. atra di Pulau Panjang, Jepara pada lokasi padang lamun dan pecahan karang dimana H. atra banyak ditemukan. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif dengan melakukan pengambilan sampel H. atra dengan teknik sampling complete enumeration pada luas lokasi penelitian yang telah ditentukan.  Hasil penelitian  menunjukkan kepadatan teripang di stasiun padang lamun (Stasiun A) lebih rendah dengan distribusi ukuran yang lebih kecil daripada di stasiun pecahan karang (Stasiun B). Pada semua stasiun dan waktu pengambilan sampel, pola pertumbuhan relatif yang ditunjukkan oleh hubungan panjang dan berat teripang H. atra bersifat allometrik negatif dengan keeratan hubungan yag sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh kesulitan pengukuran pada teripang yang bertubuh lunak dengan elastisitas dinding tubuh (integument), isi pada sistem pencernaan makanannya dan kandungan cairan coelomic (rongga tubuh) yang dapat membuat bias analisa.Holothuria atra is one of species sea cucumbers often found in association with seagrass beds and sand substrates. Although it has low economic value, ecologically it has benefits as a bioturbator and has potential in the pharmaceutical. It is found in Panjang Island, which has characteristic of  closed and shallow waters with easy access for tourists and capture fisheries which can put pressure on the sea cucumber population. This study aimed to determine the relationship between length and weight of H. atra population in the seagrass bed and rubble area in Panjang Island, Jepara. The research method used is descriptive exploratory and H. atra were sampled using a complete enumeration sampling technique at a predetermined area of the research location. The results showed that the density of sea cucumbers at the seagrass beds station (Station A) was lower with a smaller size distribution than at the rubble station (Station B). At all stations and sampling times, the relative growth pattern shown by the correlation between length and weight of H. atra is negative allometric with very small relationship value. This was due to the difficulty of measuring soft-bodied sea cucumbers with the elasticity of the body wall (integument), the contents of the digestive system and coelomic fluid in the body cavity which can bias the analysis.
Densitas dan Kadar Total Lipid Mikroalga Spirulina platensis yang Dikultur pada Fotoperioda yang Berbeda Hadi Endrawati; Christin Manulang; Widianingsih Widianingsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.773 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i3.6908

Abstract

Spirulina platensis tergolong kedalam Divisi Cyanophyta dengan kemampuan adaptasi yang baik terhadap pengaruh faktor lingkungan yang cukup bervariasi seperti suhu, salinitas, intensitas cahaya, nutrien dan fotoperioda.  Faktor lingkungan dapat mempengaruhi komposisi dan kadar lipid, protein, dan karbohidrat. Lipid berfungsi sebagai penyedia asam lemak dan sumber energi cadangan. Penelitian ini bertujuan untuk optimasi kadar total lipid dan densitas dari mikroalga Spirulina platensis yang dikultur pada fotoperioda berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan fotoperioda 4 jam terang 20 jam gelap, 8 jam terang 16 jam gelap, 12 jam terang 12 jam gelap, dan 24 jam terang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan S. platensis tertinggi pada perlakuan 24 jam terang, yaitu (1591 ± 16) x 103 sinusoidal/l pada fase stasioner dan kepadatan terendah pada perlakuan 4 jam terang 20 jam gelap yaitu (1087 ± 62) x 103 sinusoidal/l. Selanjutnya total lipid tertinggi pada fotoperioda 4 jam terang 20 jam gelap (46,1 ±27,93 %-dw) dan total lipid terendah pada perlakuan 24 jam terang sebesar (24,8 ±5,23 %-dw). Kata kunci: Spirulina platensis, densitas, fotoperiod, total lipid
Analisa Persebaran Sarang Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Berdasarkan Vegetasi Pantai Di Pantai Sukamade Merubetiri Jawa Timur Argina Dewi S; Hadi Endrawati; Sri Redjeki
Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.068 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v5i2.15730

Abstract

Aktivitas manusia yang merusak habitat pantai peneluran Penyu Hijau mengakibatkan penurunan populasi Penyu Hijau. Penataan tempat bertelur penyu (nesting site) dianggap hal yang penting untuk meningkatkan kembali populasi penyu hijau. Penataan tempat bertelur bagi penyu meliputi kondisi biologi. Kondisi biologi pantai peneluran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Kondisi biologi pantai peneluran salah satunya adalah kondisi vegetasi pantai. Secara biologi kehadiran penyu pada suatu pantai dipengaruhi kondisi ekosistem dan komposisi vegetasi pantai. Vegetasi dianggap memiliki peranan penting dalam aktivitas peneluran penyu karena memberikan rasa nyaman pada lingkungan sekitar peneluran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran sarang peneluran  Penyu Hijau (Chelonia mydas) berdasarkan vegetasi pantai dan mengetahui jenis vegetasi yang ada disekitar sarang Penyu Hijau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data yang diambil meliputi data penyu bertelur, jarak sarang terhadap vegetasi dan profil vegetasi pantai. Penelitian ini dilakukan pada pukul 20.00 WIB dan 04.30 WIB sesuai dengan jadwal monitoring penyu petugas di lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) lebih banyak ditemukan pada sektor dengan keadaan lingkungan bervegetasi dengan jenis vegetasi Pandanus tectorius, Baringtonia asiatica, Hibiscus tilaceus. Sedangkan pada sektor yang hanya ditumbuhi vegetasi rambat seperti Ipoemoea pes – caprae Penyu Hijau tidak ditemukan melakukan aktifitas peneluran. Kata Kunci : Penyu Hijau, Vegetasi, Pantai Sukamade.
Co-Authors AB Susanto Abdino Putra Utama Adi Santoso Agus Indarjo Agus Sabdono Agus Subagio Altysia Putriany Ambariyanto Ambariyanto Anandita, Assifa Yusan Anantya Setya Perdana Andreas Nur Hidayat Anindya Wirasatriya Annisa Fadillah Antik Erlina Antonius Budi Susanto Ardita Elok Mahendra Putri Ardyatma, Via Jeanieta Berliana Argina Dewi S Aris Ismanto Azhari Nourma Dewi Azis Rifai Azizi, Muhammad Faris Baidhowie, Lutfil Hakim Baskoro Rochaddi Bifa Aulia Manuhuwa Budhy Wiyarsih Cannavaro, Syahrial Varrel Cantik Sitta Devayani Cantika Elistyowati Andanar Chandra Nicolas Sihaloho Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Christian Jimmy Christin Manulang Cristiana Manullang Cristiana Manullang Delianis Pringgenies Desy Lasri Ana Dewi Nugrayani Dinda Monita Dwi Saniscara Wati Dyahruri Sanjayasari Dzakwan, Ardhatama Zafron Eko Irwanto Endang Kusdiyantini Endang Supriyantini Evi Lutfiyani Fadhel Muhammad Juharna Fauzan, Rianda Febrianto, Sigit Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Frijona Fabiola Lokollo Gentur Handoyo Gunawan Widi Santosa Handhikka Daffa Wira Pradhana Hermin P Kusumaningrum Hermin Pancasakti Kusumaningrum Hilal M Hilyati Fajrina Ibnu Pratikto Ida Noventalia Ida Noventalia Imam Misbach Indras Marhaendrajaya Ira Kolaya, Ira Irwani Irwani Ita Riniatsih Ita Widowati Ivan Riza Maulana Jihadi, Muhammad Shulhan Julia Fransiska Ken Suwartimah Kiki Pebli Ningrum Kirana, Nadia Astrid Lilik Maslukah Lutfil Hakim Baidhowie M. Amanun Tharieq Maharani, Galung Dhiva Manuhuwa, Bifa Aulia Maulana Cahya Widhiatmoko Monita, Dinda Muhamad Ravian Wiraputra Muhammad Iskandar Zulkarnain Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mumtaz, Fathiyah Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nor, Muhammad Muallifin Nugrayani, Dewi Nur Taufiq Nur Taufiq Nur Taufiq SPJ Nur Taufiq-Spj Nurul Latifah Octo Zainul Ahmad Perdana, Anantya Setya Pradhana, Handhikka Daffa Wira Primaswatantri Permata Putri Sakinah Mayani, Putri Sakinah Putri, Ardita Elok Mahendra Raden Ario Raka Pramulo Sophianto Rana Hadi Shafani Ranny Ramadhani Yuneni Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rodhiyah Patmawati Rose Dewi Rose Dewi Rose Dewi Rudhi Pribadi Sihaloho, Chandra Nicolas Sophianto, Raka Pramulo Sri Amini Sri Redjeki Sri Redjeki Sri Sedjati Sri Sedjati Sugeng Widada Sugiyanto, Nenden Rose Sunaryo Sunaryo Sunaryo Sunaryo Suryani, Oda Gracia Ariela Suryanti - Suryono Suryono Susilo Dwi Cahyanti, Susilo Dwi Sutrisno Anggoro Taufiq-Spj, Nur Theresia Claudia Lasmarito Tiara Finishia, Tiara Titik Mariyati Tjahjo Winanto Tony Hadibarata, Tony Utama, Abdino Putra Valentina R Iriani Via Jeanieta Berliana Ardyatma W.L. Saputra Widhiatmoko, Maulana Cahya Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widya Paramudhita Wilis Ari Setyati Wiraputra, Muhamad Ravian Yopie Anggara Putra, Yopie Anggara Yuniar Andri Sulistiyanto Yuniar Andri Sulistiyanto Yuvita Muliastuti