Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

PENGARUH PENGGUNAAN LARUTAN NaOH DAN CH3COOH TERHADAP KARAKTERISTIK BIOBRIKET DARI AMPAS KOPI DENGAN PROSES HYDROTHERMAL Retwan, M.Alif Alzahy; Ginting, Zainuddin; Muhammad, Muhammad; Bahri, Syamsul; Faisal, Faisal
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 4 No. 5 (2024): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - October 2024
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v4i5.18057

Abstract

Hydrochar adalah padatan berkarbon yang dihasilkan dari konversi biomassa dengan menggunakan metode karbonisasi hidrotermal (HTC). Waktu tinggal dan jenis pelarut yang digunakan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi karakteristik hydrochar yang dihasilkan. Pada penelitian ini hydrochar dibuat dari ampas kopi dengan proses hidrotermal menggunakan alat autoclave pada suhu 130°C  dan tekanan 2 bar. Proses hidrotermal dilakukan dengan pelarut NaOH dan CH3COOH serta variasi konsentrasi yaitu 0,5; 0,75 dan 1 Molar. Waktu tinggal yang digunakan divariasikan antara 60, 75, dan 90 menit. Setelah proses hidrotermal dilanjutkan dengan penyaringan hydrochar padat dan cairannya. Hydrochar kemudian dilakukan pengeringan dalam oven selama 3 jam pada suhu 105°C untuk mengurangi kandungan airnya. Parameter sampel termasuk kadar air, abu, zat mudah menguap, karbon tetap, dan kalor.Penelitian ini telah dilakukan sebelumnya dan yang membedakan penelitian ini dari yang sebelumnya yaitu jenis pelarut yang digunakan serta konsentrasi pelarut. Hasil pengujian untuk kadar air pada larutan NaOH sebesar 5,26-8,13% dan untuk pelarut CH3COOH sebesar 3,22-7,84%, untuk kadar abu pada larutan NaOH sebesar 3,38-5,65% dan untuk pelarut CH3COOH sebesar 2,54-4,83%, untuk kadar zat mudah menguap pada larutan NaOH sebesar 9,67-16,57% dan untuk pelarut CH3COOH sebesar 9,28-15,25%, dan untuk kadar karbon pada larutan NaOH sebesar 72,46-79,28% dan untuk pelarut CH3COOH sebesar 69,74-76,14%.
PERBANDINGAN PEREKAT BIOKOMPOSIT KITOSAN DAN PATI UBI KAYU UNTUK PEMBALUT LUKA PRIMER DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT ASAM SITRAT DAN PEKTIN Tarigan, Jhodi Okta Albiqho; Jalaluddin, Jalaluddin; Dewi, Rozanna; Faisal, Faisal; Muhammad, Muhammad
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 4 No. 5 (2024): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - October 2024
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v4i5.16453

Abstract

Pembalut luka primer adalah produk seperti lapisan tipis yang berguna untuk pelindung luka. Memiliki sifat biokompotabilitas, rendah toksisitas, aktivitas anti bakteri, dan kestablian kimia yang baik, sehingga mempercepat penyembuhan luka. Dalam penelitian ini, kitosan-pati ubi kayu dan bahan ikat silang asam sitrat dan pektin digunakan untuk membuat pembalut luka primer. Dengan mempertimbangkan perbandingan perekat asam sitrat dan pektin, penelitian yang belum dilakukan bertujuan untuk membuat pembalut luka biokomposit kitosan-pati ubi kayu. Penelitian ini sudah pernah dilakukan dengan menggunakan bahan dasar Pati jagung/pati kentang/pati sagu, maka dari itu penelitian ini digunakan pati ubi kayu. Dalam penelitian ini, beberapa pendekatan digunakan, termasuk persiapan bahan baku, pengelolaan biokomposit pembalut luka primer, dan uji daya serap air. Dalam uji daya serap air, biokomposit kitosan-pati ubi kayu dengan ikatan silang asam sitrat mencapai variasi komposisi(50:50:2) sebesar 15% dan biokomposit kitosan-pati ubi kayu dengan ikatan silang pektin mencapai variasi komposisi (50:50:10) sebesar 734,00%. Uji ketebalan menunjukkan bahwa biokomposit kitosan-pati ubi kayu dan bahan ikat silang asam sitrat memiliki hasil terbaik pada variasi komposisi (50:50:10) sebesar 0,3725 mm, sedangkan biokomposit kitosan-pati ubi kayu dan bahan ikat silang pektin memiliki hasil terbaik pada variasi komposisi (50:50:10) sebesar 0,325 mm. Oleh karena itu, gugus fungsi OH dan CO ditemukan dalam uji gugus fungsi (FTIR) pada sampel, merupakan sifat hidrofilik pada pembalut luka. Selain itu, gugus-gugus menunjukkan bahwa pembalut luka mudah terurai dan ramah lingkungan.  
Design and Development of a Hand Movement Controlled Wheelchair with NRF24 Module to Enhance Mobility for Individuals with Disabilities Muhammad Huseini Lubis; Muhammad Muhammad; Fakhruddin Ahmad Nasution; Selamat Meliala; Salahuddin Salahuddin
Voteteknika (Vocational Teknik Elektronika dan Informatika) Vol 13, No 1 (2025): Voteteknika (Vocational Teknik Elektronika dan Informatika)
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/voteteknika.v13i1.133170

Abstract

This study aims to design and develop a hand movement-controlled wheelchair system using NRF24L01 wireless technology to enhance the mobility of individuals with physical disabilities. This research employs a Research and Development (R&D) approach, consisting of design, implementation, and testing phases. The system integrates ADXL345 and MPU6050 accelerometer sensors to detect the user's hand movements, which are then translated into wheelchair control commands via NRF24L01 wireless communication. The test results indicate that the system achieves a response accuracy of over 95%, with an average response time of 0.3–0.5 seconds, and can operate up to 100 meters in an open environment. However, in areas with multiple obstacles, the communication range is reduced to 20–30 meters, and the system occasionally experiences interference from other devices operating on the 2.4 GHz frequency. Additionally, the accelerometer sensors may produce less accurate readings when subjected to excessive vibrations from uneven surfaces. The main contribution of this research is to provide a more intuitive, efficient, and user-friendly wheelchair control alternative compared to conventional methods such as joysticks or voice commands. Future developments could include artificial intelligence (AI) integration to improve movement detection accuracy, as well as additional sensors such as LiDAR for obstacle detection, thereby enhancing the safety and convenience of users.