Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik ITS

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOMUNAL DI KELURAHAN KEDUNG COWEK SEBAGAI UPAYA REVITALISASI KAWASAN PESISIR KOTA SURABAYA Sabam Oraendo Ajakima; Eddy Setiadi Soedjono
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.182 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17299

Abstract

Dalam mencapai universal acces tahun 2019, masih terdapat 15.958 rumah tangga yang tidak mendapatkan akses sanitasi yang layak di Kota Surabaya. Salah satu kelurahan yang disoroti adalah Kelurahan Kedung Cowek, sedangkan kelurahan ini merupakan kawasan pesisir yang akan menjadi objek pengembangan wisata Kota Surabaya. Kelurahan Kedung Cowek masih minim infrastruktur lingkungan yang memadai. Serta diketahui sebagian besar warga Kelurahan Kedung Cowek masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Studi ini ditinjau dari aspek teknis dan finansial. Segi teknis meliputi perhitungan debit air limbah, diameter pipa, penanaman pipa, dimensi IPAL Komunal dan gambar teknik perencanaan, sedangkan aspek finansial meliputi investasi pembangunan, biaya operasi pemeliharaan, dan kesediaan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam program IPAL Komunal. Observasi data dilakukan dengan mewawancara masyarakat setempat. Hasil wawancara meliputi beberapa aspek informasi penting yang dapat menunjang perencanaan tugas akhir, antara lain kepemilikan WC pribadi, pekerjaan, penghasilan, dan pemakaian air bersih. Sementara untuk kualitas air limbah didapatkan dari literatur dengan kriteria kawasan pemukiman pesisir yang hampir serupa seperti Kelurahan Kedung Cowek. Perencanaan IPAL Komunal diharapkan bisa menjadi salah satu upaya revitalisasi kawasan pesisir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Adapun aspek yang dituju dari revitalisasi kawasan pesisir Kota Surabaya antara lain  ekonomi-wisata, ekologis dan politis. Hasil dari perencanaan ini berupa Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) dan IPAL Komunal berupa Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dan Aerobic Filter (AF). Area pelayanan mencakup RW 02 dan RW 03 dengan persen pelayanan 80% di tahun 2017, 85% di tahun 2026, dan 90% di tahun 2036. Keterlibatan masyarakat sangat dianjurkan untuk menjaga kesinambungan pengoperasian sarana kesehatan lingkungan. Adanya pembentukan UPT dan kader lingkungan akan memudahkan kegiatan pengoperasian dan perawatan SPAL & IPAL Komunal Kelurahan Kedung Cowek sedangkan besarnya biaya retribusi swadaya masyarakat sebesar Rp 10.000,00/KK.bulan
Efek EM4 pada Penguraian Lumpur Tinja Secara Anaerobik Veny Herdiana; Eddy Setiadi Soedjono
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.69927

Abstract

Lumpur tinja (septage) dalam septic tank terdiri atas feses, urine, dan air. Produk biostarter EM4 merupakan salah satu alternatif penanganan lumpur tinja dengan harga terjangkau dan mudah ditemukan di pasaran. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek EM4 pada penguraian lumpur tinja dalam kondisi anaerobik. Penelitian skala laboratorium ini menggunakan reaktor dengan sistem batch sebanyak 66 buah, dengan destructive sampling method. Setiap reaktor diisi dengan lumpur tinja sebanyak 1200 mL. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 2 (dua) bulan. Terdapat 5 (lima) variasi perlakuan yaitu tanpa EM4 atau blanko (P1), EM4 1,2 mL atau 0,1% v/v (P2), EM4 4,8 mL atau 0,4% v/v (P3), EM4 9,6 mL atau 0,8% v/v (P4), dan EM4 1,2 mL + media attached growth (P5). Parameter yang dianalisis meliputi TSS (termasuk VSS dan FSS), BOD5, COD (termasuk CODrb), volume lumpur dan supernatan dalam reaktor, pH, dan temperatur. Nilai BOD5, COD (0,45 mikron), CODrb (0,22 mikron) semakin menurun selama penelitian berlangsung, namun TSS mengalami kenaikan. Pemisahan antara lumpur dan supernatan terbaik adalah pada P4 = P5 > P3 > P2 > P1. Hasil menunjukkan bahwa semua perlakuan berada pada rentang pH optimum yaitu 6,5 hingga 8,0. Sementara itu, temperatur semua perlakuan berada dalam rentang 30-34°C (mesophilic). Konsentrasi terbaik yang dipilih untuk penguraian lumpur tinja secara anaerobik menggunakan EM4 adalah 9,6 mL atau 0,8% v/v. Konsentrasi ini dipilih karena menunjukkan penyisihan paling signifikan terhadap volume lumpur, BOD5, COD, dan CODrb masing-masing sebesar 71%, 91%, 94%, dan 100%, dibandingkan variasi konsentrasi lainnya.
Penurunan COD dan Deterjen pada Saluran Kalidami Kota Surabaya dengan Oksidator H2O2 dan KMnO4 Waninda Aji Wulandari; Eddy Setiadi Soedjono
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.632 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.25147

Abstract

Deterjen memiliki kemampuan untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain, alat-alat rumah tangga, dan peralatan lainnya. Oleh karena itu, deterjen masuk ke badan air sebagai buangan rumah tangga atau sering disebut dengan limbah domestik. Air yang penuh dengan limbah deterjen mengalir menuju hilir dan berkumpul pada ujung rumah pompa. Kemudian saat rumah pompa beroperasi, turbulensi dari pompa yang ada menyebabkan terbentuknya buih yang melimpah yang dapat menutupi badan air. Penelitian ini menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) dan Kalium Permanganat (KMnO4) sebagai oksidator penurun senyawa organik dan deterjen. Penelitian ini dilakukan pada salah satu rumah pompa yang ada di kota Surabaya yaitu Rumah Pompa Boezem Kalidami. Pengambilan sampel dilakukan pada inlet rumah pompa Boezem Kalidami. Dalam penelitian dilakukan dua variasi berbeda yaitu dosis dari oksidator yaitu KMnO4 dan H2O2 dan pH pada sampel yang diuji. Jenis hidrogen peroksida yang digunakan adalah hidrogen peroksida teknis dengan kadar 50%, masing-masing sebanyak 0,1 mL, 0,2 mL dan 0,3 mL sedangkan variasi penambahan KMnO4 sebanyak 0,6 mL, 0,65 mL dan 0,70 mL. Nilai penyisihan COD dan surfaktan dengan menggunakan oksidator H2O2 optimum pada saat dosis penambahan 0,1 mL dengan pH netral hingga didapatkan nilai penyisihan COD sebesar 53% dan penyisihan LAS dan ABS masing-masing sebesar 39% dan 33%. Nilai penyisihan COD dengan menggunakan oksidator KMnO4 optimum pada saat penambahan 0,65 mL dengan pH netral sehingga didapatkan nilai COD sebesar 58% dan penyisihan nilai surfaktan berada pada penambahan dosis 0,6 mL pada pH netral dengan nilai penyisihan LAS dan ABS masing-masing sebesar 53% dan 45%.
Ensuring Water Availability in Surabaya Through Integrated Water Resources Management Implementation Murti Sari Amalia; Eddy Setiadi Soedjono
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.529 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.49707

Abstract

Surabaya is inhabited by 3.074.883 lives with majority drinking water comes from local water company (97%). It uses raw water from Surabaya River that is located in the downstream of Brantas River Basin. The streamflow is smaller than upstream because it is used by another water user. Moreover, the pollution load is accumulated so that the degree of treatment is complicated.Brantas River Basin management is needed to ensure water availability, especially in Surabaya. It can be achieved with the implementation of integrated water resources management (IWRM). A survey using in-depth interview (IDI) were conducted to management agency of Brantas River Basin called Jasa Tirta 1 Public Company (Perum Jasa Tirta 1). It will be compared with the principle of IWRM to assess the state of implementation on the Brantas River Basin.The result shows that the management pattern corresponding with IWRM, except for the mitigation of climate change. Climate change influences water availability and sustainability. An important factor in ensuring water availability in Surabaya is the adoption of effective water management. Even though the implementation of IWRM is not complete yet, it can be achieved by making water supply and demand effectively
Optimasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Pemerahan Sapi menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor Adhiola Kusumoningrat Nugroho; Eddy Setiadi Soedjono
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.92449

Abstract

Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Pemerahan Sapi dengan sistem lumpur aktif seringkali mengalami masalah, salah satunya adalah masalah sludge bulking. Permasalahan sludge bulking menyebabkan pengendapan lumpur sangat buruk dan lumpur aktif melimpah menuju outlet bak sedimentasi menuju unit selanjutnya. Hal ini mengakibatkan kualitas pengolahan lumpur aktif tidak berjalan optimal dan hasil pengolahan masih sering keruh dan berbau. Salah satu solusi untuk mengurangi kondisi sludge bulking adalah penggunaan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). Pertumbuhan mikroorganisme akan menerapkan sistem terlekat pada media MBBR, sehingga produksi lumpur dapat berkurang, kualitas pengendapan lumpur lebih baik, dan mengurangi kondisi sludge bulking. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan MBBR dalam meningkatkan penyisihan COD dan mengurangi sludge bulking, menganalisa waktu aerasi optimum dan menganalisa media filling ratio optimum. Contoh uji air limbah diambil dari Bak Kontrol CIP IPAL Milking PT X. Sumber mikroorganisme berasal dari bio-starter EM4. Penelitian dilakukan pada reaktor dengan sistem continous flow. Reaktor teridiri dari reaktor MBBR yang terbuat dari bak plastik berdiameter 24 cm dengan tinggi air efektif 22,5 cm dan bak sedimentasi dari bak plastik dengan tinggi air efektif 13,5 cm. Variasi waktu aerasi adalah 4 jam; 8,5 jam; dan 17 jam. Variasi volume pengisian media atau media filling ratio adalah 25%, 40%, dan 50% dari volume reaktor. Media MBBR menggunakan Media Kaldness K1. Parameter yang dianalisis adalah COD, Amonia, TSS, dan Kekeruhan sebelum air limbah diolah dan sesudah air limbah diolah secara time series. Berdasarkan hasil penelitian, waktu aerasi optimum adalah pada 8,5 jam. Media filling ratio optimum adalah 40% untuk parameter COD dan TSS, 50% untuk SVI dan Kekeruhan, serta 25% untuk Ammonia.
Studi Pustaka: Teknologi Pengolahan Air Limbah pada Industri Penyamakan Kulit Yusita Mega Kuncoro; Eddy Setiadi Soedjono
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.99654

Abstract

Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri di Indonesia yang mengalami peningkatan cukup pesat dan keberadaannya didominasi wilayah Magetan, Garut, dan Yogyakarta. Air limbah penyamakan kulit mengandung polutan organik dan kimia dengan kuantitas besar, serta termasuk limbah berbahaya dan beracun. Sebagian besar air limbah industri kecil penyamakan kulit belum dilakukan pengolahan dan langsung dibuang ke badan air. Adapun industri penyamakan lainnya yang telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun terdapat kualitas efluen air limbah yang masih tinggi dan melebihi baku mutu. Berdasarkan permasalahan yang ada, diperlukan kajian pustaka mengenai teknologi pengolahan yang tepat dalam mengolah air limbah penyamakan kulit. Dalam mendukung pembahasan mengenai penentuan teknologi pengolahan, diperlukan analisis karakteristik air limbah dari beberapa industri penyamakan kulit berdasarkan klasifikasi skala industri, kemudahan operasional, dan biaya investasi. Karakteristik air limbah penyamakan kulit dikelompokkan dalam tiga skala industri, diantaranya industri skala kecil, besar, dan klaster. Studi kasus yang digunakan dalam studi ini, yaitu industri skala kecil Kamila Leather, skala besar PT. Adi Satria Abadi, dan skala klaster LIK Magetan. Debit yang dihasilkan dari ketiga industri memiliki nilai beragam, diantaranya industri kecil sebesar 3 m3/hari, industri besar sebesar 61,83 m3/hari, dan industri klaster sebesar 594,4 m3/hari. Terdapat sepuluh teknologi pengolahan yang telah digunakan pada industri penyamakan kulit, salah satunya Advanced Oxidation Processes (AOPs) yang paling banyak digunakan. Dari hasil analisis perbandingan teknologi pengolahan, didapatkan rekomendasi teknologi pengolahan yang tepat untuk ketiga skala industri, diantaranya industri kecil menggunakan unit adsorpsi, industri besar menggunakan tambahan unit wetland, dan industri klaster menggunakan tambahan unit adsorpsi.