Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

THE EFFECTIVENESS OF BACK MASSAGE AND ULTRASOUND THERAPY COMBINED WITH HOME-BASED EXERCISE IN REDUCING DISABILITY IN MECHANICAL LOW BACK PAIN Putu Ayu SIta Saraswati; Sayu Aryantari Putri Thanaya; Made Hendra Satria Nugraha
Sport and Fitness Journal Vol 10 No 1 (2022): Volume 10, No. 1, January 2022
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2022.v10.i01.p04

Abstract

Low back pain (LBP) is a common problem and a leading cause of disability worldwide. Mechanical LBP is a cumulative process caused by physical workloads, errors when lifting, and poor posture while working, which causes the lower back to experience heavy mechanical stress. This can result in pain and limitation of motion in the lumbar spine, thereby increasing the level of disability. The combination of ultrasound therapy with back massage is often used in general to treat mechanical LBP. The addition of home-based exercise to this combination is expected to accelerate tissue repair, reduce pain, and increase the range of joint motion, and it is expected that disability will decrease. This study aimed to compare the combination of back massage and ultrasound therapy with or without home based exercise in reducing disability due to mechanical LBP. This single blinded randomized controlled trial was conducted for 4 weeks involving 24 subjects with mechanical LBP, who were randomly assigned to a treatment group or control group. Disability due to mechanical LBP was measured using the Modified Oswestry Disability Index (MODI), which was assessed at baseline and after the last treatment was given. After treatment, between-group analysis using the independent t-test found the mean reduction of MODI score significantly different between the intervention and control group after receiving the intervention. Therefore, it can be concluded that the addition of home-based exercise to back massage and ultrasound therapy can significantly reduce disability due to mechanical LBP.
THE RELATIONSHIP BETWEEN DRIVING DURATION AND THE INCIDENCE OF MYOFASCIAL PAIN SYNDROME IN THE UPPER TRAPEZIUS MUSCLE IN MICROBUS DRIVERS AT UBUNG TERMINAL Yudi Pramana Putra; Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati; Sayu Aryantari Putri Thanaya
Sport and Fitness Journal Vol 9 No 3 (2021): Volume 9, No. 3, September 2021
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2021.v09.i03.p08

Abstract

ABSTRACT Myofascial pain syndrome is commonly felt by drivers who perform activities in a static and repetitive manner for long durations. Myofascial pain syndrome is caused by a change in cervical posture, leading to excessive burden and tightness in the upper trapezius muscle. Complaints are described as pain due to the suppression of nociceptor nerve fibers in the neck and shoulder area. The objective of this study was to determine the relationship between driving duration and the incidence of myofascial pain syndrome in the upper trapezius muscle in microbus drivers at Ubung Terminal, specifically drivers majoring the Singaraja-Denpasar/Denpasar-Singaraja route. The sampling technique used in this study was consecutive sampling. This study used an observational method with a cross-sectional design. Data were collected from 64 microbus drivers majoring the Singaraja-Denpasar/Denpasar-Singaraja route at Ubung terminal. The results showed a significant relationship between driving duration and myofascial pain syndrome with a correlation of 0.426 and a p-value of 0.000 (p <0.05). It can be concluded that there is a relationship between driving duration and the incidence of myofascial pain syndrome in the upper trapezius muscle in microbus drivers at Ubung Terminal. In the future, follow-up research can be conducted to see the long-term effects of changes in posture and driving duration, and the sample size can be increased by taking the entire population of terminals in Bali. Keywords: Myofascial pain syndrome, driving duration, visual analogue scale
PENYULUHAN PERUBAHAN STRUKTUR FISIK DAN PEMERIKSAAN POSTURAL PADA LANSIA DI BANJAR KESIAN, DESA LEBIH GIANYAR Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati; Made Hendra Satria Nugraha; I Putu Yudi Pramana Putra; Sayu Aryantari Putri Thanaya
Buletin Udayana Mengabdi Vol 19 No 2 (2020): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.246 KB)

Abstract

Angka lanjut usia di Banjar Kesian, Desa Lebih, Gianyar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagaian besar lansia di Banjar Kesian, Desa Lebih dalam kesehariannya masih tergolong produktif mereka tetap menjalankan aktivitas sehari-hari seperti aktivitas bermasyarakat, bertani, dll. Tentu hal ini seharusnya perlu diperhatikan agar kesejahteraan lansia juga terjaga misalnya dengan memberikan penyuluhan atau edukasi mengenai problematika perubahan fisik yang dialami para lansia dan melakukan semacam screening atau pemeriksaan terkait peruh mahami kondisi tubuhnya dan memberikan pemeriksaan postural secara objektif mengenai perubahan postural pada lansia. Pengabdian masyarakat dilakukan pada lansia di di Banjar Kesian Desa Lebih Kabupaten Gianyar. Lansia yang ikut serta dalam pengabdian ini berjumalah 42 orang. Laki-laki sebanyak 14 orang dan perempuan sebanyak 28 orang. Hasil analisis responden berusia 60 – 69 tahun berjumlah 28 orang 70-79 tahu berjumlah 8 orang 80-89 tahun 6 orang.
HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN RISIKO MYOFASCIAL PAIN SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS PADA PENGRAJIN GERABAH DI DESA PEJATEN, TABANAN, BALI Komang Embun Dini Hari; Sayu Aryantari Putri Thanaya; Indira Vidiari Juhanna; Anak Agung Gede Eka Septian Utama
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 10 No 1 (2022): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2022.v10.i01.p03

Abstract

Pendahuluan: Myofascial pain syndrome atau myofascial trigger point syndrome (MPS) merupakan rasa nyeri yang dirasakan akibat adanya titik sensitif pada taut band. MPS muncul akibat kontraksi terus menerus karena aktivitas statis yang dilakukan selama bekerja yang menyebabkan hipoksia pada sel otot. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya MPS adalah postur kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan postur kerja dengan risiko terjadinya myofascial pain syndrome otot upper trapezius pada perajin gerabah di Desa Pejaten, Tabanan, Bali.Metode: Metode penelitian yang digunakan berupa metode observasional analitik cross-sectional dengan teknik purposive sampling pada 52 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi, eksklusi dan drop out. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis postur kerja menggunakan RULA dan keberadaan MPS melalui palpasi oleh fisioterapis. Uji hipotesis yang digunakan berupa chi-square.Hasil: Hasil dari analisis chi-square, diperoleh p = 0,019 sehingga p<0,05. Postur menunduk, memunculkan kontraksi eksentrik pada otot upper trapezius. Pada perajin gerabah, postur menunduk disertai dengan posisi punggung yang membungkuk atau fleksi, yang menambah pembebanan pada otot upper trapezius dan otot ekstensor leher lainnya untuk mempertahankan posisi kepala. Dengan dilakukannya postur menunduk secara statis dan dalam durasi yang lama, akan memunculkan trigger point. Kelelahan pada otot akan memicu munculnya metabolisme anaerobik yang menstimulasi otak untuk melepaskan zat kimia bradykinin, histamine dan serotonin. Zat kimia tersebut akan diterjemahkan oleh reseptor nyeri dan dipersepsikan sebagai nyeri MPS.Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja dengan risiko terjadinya myofascial pain syndrome otot upper trapezius pada perajin gerabah di Desa Pejaten. Kata Kunci: myofascial pain syndrome, myofascial trigger point syndrome, postur kerja, perajin gerabah
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI BAWAH DENGAN RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA DI DESA DAUH PURI KLOD, DENPASAR BARAT Dellania Grandifolia Mustafa; Sayu Aryantari Putri Thanaya; Luh Made Sri Handari Adiputra; Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 10 No 1 (2022): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2022.v10.i01.p05

Abstract

Pendahuluan: Jumlah penduduk di Indonesia cukup padat, termasuk jumlah lansia yang akan terus meningkat. Tahun 2020 saja diprediksi jumlah lansia akan mencapai 27,08 juta dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada lansia terjadi proses penurunan kemampuan fungsi organ dan sistem tubuh yang bersifat fisiologis yang merupakan akibat dari proses penuaan. Salah satu perubahan akibat penuaan adalah menurunnya kekuatan otot tungkai bawah yang akan menimbulkan dampak negatif seperti meningkatkan risiko jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk apakah terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai bawah dengan risiko jatuh pada lansia.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada bulan Februari 2021. Sampel penelitian adalah orang lansia di Desa Dauh Puri Klod, Denpasar Barat dengan jumlah 65 sampel yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Peneliti melakukan anamnesis dan pemeriksaan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, lalu mengukur kekuatan otot tungkai bawah menggunakan Leg dynamometer dan risiko jatuh menggunakan Tinetti balance and gait evaluation.Hasil: Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan uji Chi-square. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan (p=0,000), antara kekuatan otot tungkai bawah dengan risiko jatuh pada lanjut usia di Desa Dauh Puri Klod, Denpasar Barat.Simpulan: Dapat disimpulkam bahwa terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai bawah dengan risiko jatuh pada lansia di Desa Dauh Puri Klod, Denpasar Barat. Kata Kunci: kekuatan tungkai bawah, risiko jatuh, lansia
PREVALENSI HALLUX VALGUS PADA GURU DAN PEGAWAI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA DALUNG DI BADUNG Ni Kadek Angel Puri Asih; Indira Vidiari Juhanna; I Made Niko Winaya; Sayu Aryantari Putri Thanaya
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 8 No 2 (2020): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.445 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2020.v08.i02.p06

Abstract

Hallux Valgus (HV) adalah kelainan bentuk kaki yang sangat umum terjadi pada masyarakat modern. Hallux valgus merupakan kelainan bentuk pada ibu jari kaki dimana terjadi deviasi lateral akibat peningkatan adduksi metatarsal pertama terhadap sendi tarsometatarsal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi hallux valgus dan memberikan gambaran proporsi HV berdasarkan jenis kelamin, usia, dan indeks massa tubuh (IMT) pada guru dan pegawai di Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata Dalung di Badung. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang (51 pria dan 49 wanita) dengan rentang usia 21-66 tahun. Variabel dalam penelitian ini yaitu hallux valgus, jenis kelamin, usia, dan IMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penderita HV pada guru dan pegawai di Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata Dalung di Badung sebanyak 40%. Proporsi penderita HV berdasarkan jenis kelamin lebih besar pada wanita daripada pria, berdasarkan usia lebih besar pada kelompok usia 26-35 tahun, berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yang terbanyak adalah pada kategori obese. Kata Kunci : prevalensi, hallux Valgus, guru dan pegawai
GAMBARAN RISIKO TERJADINYA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA PEMAIN BRASS INSTRUMENT MARCHING BAND SMA DI DENPASAR I Made Andika Tresnanda Putra; Ni Komang Ayu Juni Antari; Sayu Aryantari Thanaya Putri; Ida Ayu Dewi Wiryanthini
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 10 No 1 (2022): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2022.v10.i01.p06

Abstract

Pendahuluan: Pemain alat musik tiup merupakan orang-orang yang secara terus-menerus dalam periode waktu yang lama melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pernapasan. Oleh karena itu, pemain alat musik tiup berisiko mengalami perubahan mekanisme pada paru yang bisa menyebabkan terkena penyakit paru obstruktif. Pemain alat musik tiup banyak ditemukan di dalam tim marching band. Di Indonesia skrining awal risiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) bagi pemain alat musik tiup masih sangat jarang dilakukan sehingga kondisi fisik dari masing-masing pemain masih kurang diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran risiko terjadinya PPOK pada pemain brass instrument marching band SMA di Denpasar.Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif cross-sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Skrining awal risiko terjadinya PPOK dilakukan dengan metode CAPTURE yang dapat mendeteksi secara dini adanya PPOK. Adapun faktor lain yang dicatat pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan kebiasaan merokok.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran risiko terjadinya PPOK pada pemain brass instrument marching band SMA di Denpasar yaitu 66% tidak berisiko, 28% berisiko sedang, dan 6% beresiko tinggi mengalami PPOK.Simpulan: Responden dengan jenis kelamin laki-laki, IMT kategori kurus, dan yang memiliki kebiasaan merokok memiliki kecenderungan beresiko tinggi mengalami PPOK. Kata Kunci: pemain alat musik tiup, PPOK, CAPTURE
EFEKTIVITAS BACK MASSAGE DENGAN MULLIGAN BENT LEG RAISE PADA INTERVENSI ULTRASOUND DALAM MENURUNKAN NYERI DAN DISABILITAS PADA MECHANICAL LOW BACK PAIN Putu Ayu Sita Saraswati; Sayu Aryantari Putri Thanaya; Komang Embun Dini Hari
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 9 No 3 (2021): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2021.v09.i03.p09

Abstract

Mechanical Low Back Pain (LBP) is the result of poor posture which causes mechanical stress on the lower back. Data from Sanglah General Hospital in 2010 stated that of the 249 outpatient LBP patients, 26% -37% had a tendency to relapse, and 11% -12% had disabilities. LBP does not only have an impact on health, especially on musculoskeletal injuries, but it can give an impact on work and work productivity which it can have an impact on patient finances. Effective treatment for LBP can be a solution to patient complaints. Physiotherapists can provide treatments such as Ultrasound, Mulligan Bent Leg and Back Massage. This study was purpose to compare the effectiveness of the combination of Back Massage and Ultrasound with Mulligan Bent Leg Raise and Ultrasound in reducing pain and disability due to Mechanical LBP. The research method used was experimental randomized pre-test and post-test control group design. The results of this study were back massage intervention with ultrasound (p <0.001) and mulligan bent leg with ultrasound (p <0.001) can reduce disability and pain in patients with mechanical LBP, and Mulligan bent leg with ultrasound (p <0.001) proved to be more effective. compared back massage with ultrasound in reducing disability and pain in mechanical LBP patients. Keyword: Massage, Mulligan, Mechanical Low Back Pain, Pain, Disability
HUBUNGAN BESAR Q-ANGLE DENGAN KEJADIAN PATELLOFEMORAL PAIN SYNDROME PADA KOMUNITAS PELARI REKREASIONAL DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA DENPASAR I Gede Puspa Anom; Sayu Aryantari Putri Thanaya; Nila Wahyuni; Ni Luh Nopi Andayani
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 10 No 1 (2022): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2022.v10.i01.p11

Abstract

Pendahuluan: Salah satu problematika lutut yang sering dijumpai pada pelari adalah patellofemoral pain syndrome (PFPS). Penelitian menyebutkan bahwa cedera yang paling banyak dialami pelari adalah PFPS dengan prevalensi kejadian sebesar 13,4%. Penyebab dari PFPS sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Peningkatan Quadriceps angle (Q-angle) dianggap sebagai salah satu faktor risiko dari kejadian PFPS. Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara besar Q-angle dengan kejadian PFPS, namun hasil dari penelitian masih bersifat kontradiktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara besar Q-angle dengan kejadian PFPS pada komunitas pelari rekreasional di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.Metode: Metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 45 sampel yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur besar Q-angle menggunakan goniometer dan pemeriksaan PFPS menggunakan serangkaian wawancara dan pemeriksaan fisik.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dan uji Chi-square yang dilakukan, didapatkan hasil p=0,031 pada lutut sisi kanan serta p=0,032 (p<0,05) pada lutut sisi kiri.Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara besar Q-angle dengan kejadian patellofemoral pain syndrome pada lutut sisi kanan dan kiri pelari rekreasional di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Kata Kunci: q-angle, patellofemoral pain syndrome, pelari rekreasional
POSISI DUDUK MENGEMUDI DENGAN KEJADIAN FORWARD HEAD POSTURE PADA SOPIR BUS RAPID TRANSIT DI PROVINSI BALI Jovanka Rayhan Susilo; Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dewi; Ni Komang Ayu Juni Antari; Sayu Aryantari Putri Thanaya
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 10 No 2 (2022): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2022.v10.i02.p06

Abstract

Pendahuluan: Pengoperasian transportasi umum khususnya bus membutuhkan sopir yang berkompeten dalam menjalankan tugasnya demi menjamin keamanan dan keselamatan penumpangnya. Faktor penting yang seharusnya menunjang dalam melakukan aktivitas pekerjaan sebagai seorang sopir adalah untuk tetap menjaga posisi duduk mengemudi secara ergonomis agar tidak terjadi permasalahan pada postur yang mengganggu. Salah satu akibat dari tidak ergonomisnya posisi duduk mengemudi pada sopir adalah Forward Head Posture (FHP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan posisi duduk mengemudi dengan kejadian forward head posture pada sopir Bus Rapid Transit. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan Maret - April 2021. Sampel penelitian adalah sopir bus Trans Sarbagita dan Trans Metro Dewata dengan jumlah 54 sampel yang dipilih melalui teknik consecutive sampling. Peneliti melakukan anamnesis dan pemeriksaan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, lalu mengukur posisi duduk mengemudi menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA), dan forward head posture dengan mencari nilai Craniovertebral Angle (CVA). Hasil: Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan (p=0,001), antara posisi duduk mengemudi dengan FHP pada sopir Bus Rapid Transit di Provinsi Bali. Simpulan: Terdapat hubungan antara posisi duduk mengemudi dengan kejadian forward head posture pada sopir Bus Rapid Transit di Provinsi Bali. Kata Kunci: posisi duduk mengemudi, FHP, sopir bus