Claim Missing Document
Check
Articles

PERANCANGAN DEKORASI PERNIKAHAN DENGAN TEMA ARABIAN NIGHT DI HOTEL SHERATON SURABAYA Jesslyn Jane; Astrid Kusumowidagdo; Dyah Kusuma Wardhani
KREASI Vol. 4 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/kreasi.v4i1.945

Abstract

Perancangan desain dekorasi pernikahan tematik dengan tema Arabian Night ini didasari oleh ketertarikan penulis terhadap bangunan Qsar Al Sarab Hotel yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang terdapat di negara Uni Emirat Arab, tepatnya di Abu Dhabi. Selain itu penulis juga terinspirasi dari berbagai bangunan di Timur Tengah sebagai dasar dari desain dekorasi pernikahan. Penggunaan warna didasari dari studi literatur warna yang digunakan di daerah Timur Tengah. Dekorasi pernikahan tematik ini mengambil tempat di Hotel Sheraton, Surabaya. Luas area desain pada ballroom Hotel Sheraton yaitu 1207 meter persegi. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara studi literatur yang menggunakan berbagai sumber buku, internet dan mengunjungi lokasi yang akan didesain. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada di lokasi dan memudahkan proses mendesain.
PERANCANGAN PLAYGROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK KRISTEN ALETHEIA DI SURABAYA Rachel Vania Hadi; Astrid Kusumowidagdo; Dyah Kusuma Wardhani
KREASI Vol. 4 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/kreasi.v4i2.1068

Abstract

Anak-anak pada usia 3 hingga 5 tahun merupakan anak-anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam banyak aspek baik secara fisik, intelektual, sosial dan emosional. Namun, seiring berjalannya waktu pertumbuhan anak tidak lagi berkembang seharusnya dikarenakan orang tua tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan anak karena tuntutan pekerjaan. Oleh karena kurangnya waktu orang tua untuk mendidik dan memperhatikan anaknya tak sedikit orang tua yang memberikan anak gadget sebagai pengganti kehadiran orang tua. Untuk itu Playgroup dan Taman Kanak-Kanak sebagai pendidikan formal dini berperan merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dengan membiarkan mereka belajar dan bermain. Proses pembelajaran dapat menghasilkan anak-anak berkarakter baik jika sekolah memiliki guru yang berkualitas, program yang baik, dan lingkungan fisik yang baik. Anak-anak dalam usia ‘golden age’ ini memiliki banyak sekali karakter yang sedang berkembang. Oleh karena itu, ruang kelas dan ruang fasilitas lainnya perlu dirancang senyaman mungkin untuk mendukung kebutuhan dan pertumbuhan anak dalam proses pembelajaran. Pemilihan warna, bentuk, furnitur dan tata ruang harus dilakukan dengan benar sesuai dengan ergonomi anak-anak, dan harus memperhatikan keselamatan bagi penggunanya. Desain interior Playgroup dan Taman Kanak-Kanak Kristen Aletheia dengan Bible Story Stream sebagai konsep desain yang membangun karakter Kristiani, melatih kemandirian anak, aman, mudah dalam pengawasan serta membuat anak bebas bereksplorasi sehingga memaksimalkan proses belajar melalui visual, audio dan kinestetik. Konsep berlaku dalam pemilihan warna untuk meningkatkan semangat kegiatan anak-anak, karakter dalam cerita alkitab sebagai focal point untuk pembelajaran dan aktivitas yang sesuai dengan tingkat kemampuan belajar anak-anak dan desain yang menyenangkan sebagai media pembelajaran anak-anak.
PERANCANGAN PROYEK ARSITEKTUR INTERIOR KANTOR PT. PUTRA TUNGGAL REJEKI OLEH CM INTERIOR ARCHITECTURE CONSULTANT Christian Werner Mailoa; Stephanus Evert Indrawan; Astrid Kusumowidagdo
KREASI Vol. 5 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/kreasi.v5i1.1223

Abstract

Perkembangan industri yang sedemikian pesatnya mempengaruhi dunia arsitektur interior untuk dapat bekerja dengan lebih maksimal dan efisien. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah pendekatan baru dalam dunia arsitektur untuk menjawab kondisi tersebut, terutama yang berhubungan dengan area arsitektur komersil, hospitality, residensial. Salah satu usaha dalam menjawab hal tersebut adalah dengan mendekatkan proses desain ke proses fabrikasi. Proses yang diusulkan adalah digital fabrikasi melalui pendekatan parametrik desain. Proses parametrik desain dapat memperpendek proses perancangan dan proses pembuatan prototipe. Oleh sebab itu proses ini dapat mengurangi penggunaan material. CM Interior Architecture merupakan konsultan yang bergerak di bidang arsitektur komersil. Metode parametrik yang digunakan diawali dengan proses pencarian atau pengolahan bentuk, yang disebut sebagai proses form finding dilanjutkan dengan proses mengurai bentukan menjadi potongan yang siap dirakit, proses ini sebagai proses fabrikasi digital. Penggunaan prinsip rumah panggung juga menjadi bagian dari konsep perancangan yang berfungsi menerapkan lahan yang lebih luas tanpa mengurangi luasan area hijau. Bukaan pada bangunan dapat memaksimalkan sirkulasi udara, memberikan area parkir tambahan dengan pelingkup yang cukup untuk karyawan beserta klien.Kata Kunci: Fabrikasi Digital, Komersil, Parametrik, Pencarian Bentuk
PERANCANGAN PROYEK PABRIK PT. SAKTI INTI PERKASA (ZENLATTE) OLEH INTERGAZE El Dora Widjaja; Astrid Kusumowidagdo; Stephanus Evert Indrawan
KREASI Vol. 5 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/kreasi.v5i1.1224

Abstract

Manusia ialah makhluk intelijen yang tidak berhenti berevolusi. Populasi manusia yang semakin banyak di muka bumi ini menjadikan daya saing antar manusia semakin ketat. Manusia sebagai makhluk yang berkembang telah menjadikan uang sebagai tolak ukur dalam kehidupan. Bisnis merupakan faktor penunjang utama dalam kehidupan dan dinilai sebagai cara yang efektif untuk membuat perkembangan, baik itu untuk personel maupun sebuah negara. Selain sebagai sumber pendapatan bisnis juga dapat menjadi lapangan kerja bagi masyarakat. Di tengah keuntungan bisnis yang ada, persaingan antar bisnis sangat terpengaruhi oleh sisi visual dari bisnis tersebut. Visual merupakan poin awal yang menjadi penunjang konsumen untuk membeli suatu produk. Visual meliputi seni grafis, interior, maupun arsitektur usaha. Pengolahan sebuah usaha dengan pendekatan desain grafis, interior dan arsitektur akan memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan resiko usaha. Penerapan ketiga elemen desain yang meliputi branding dari grafis, interior dan arsitektur akan diterapkan pada PT. Sakti Inti Perkasa yang pada bangunannya meliputi gudang, kafe, dan kantor. Ketiga pemetaan tersebut mewakili baik segmentasi komersil dan perusahaan yang menjadi segmentasi utama oleh perusahaan Intergaze. Penelitian ini bertujuan untuk membantu dan memberikan solusi pada pelaku bisnis baik dari segi pengelolaan identitas bisnis, pembangunan karakter (image) melalui penerapan pada bangunan, hingga strategi pemasaran dan periklanan. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif yang meliputi wawancara, studi kasus, serta observasi.Kata Kunci: Kunci Sukses Bisnis, Identitas Bisnis, Penerapan Branding Interior, Proyek Komersil, Desain
PERANCANGAN PROYEK ARSITEKTUR INTERIOR KANTOR UD.INDAH WATCH OLEH PRECIA STUDIO INTERIOR CONSULTANT Pauline Agatha Jessica Tirtowahjono; Stephanus Evert Indrawan; Astrid Kusumowidagdo
KREASI Vol. 5 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/kreasi.v5i1.1229

Abstract

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun ke tahun dimotivasi oleh meningkatnya jumlah orang yang menjadi wirausaha di berbagai bidang. Oleh karena itu, peran desainer interior arsitektur sangat dibutuhkan, tidak hanya untuk membangun ruang menjadi lebih efektif dan efisien tetapi juga menata ruang terlihat lebih menarik dan unik secara estetika. Tujuan ini adalah untuk membantu pemilik bisnis menarik perhatian publik. Precia Studio Interior Consultant adalah konsultan desain arsitektur interior terutama di bidang desain ritel showroom dan kustomisasi karya seni. Sejalan dengan tuntutan kebutuhan Tugas Akhir yang terkait dengan unit bisnis konsultan interior, maka kantor UD. Indah Watch di Surabaya ini menjadi studi kasus dalam kajian ini. Dimana tujuan perancangan utama adalah mewadahi kegiatan administrasi dan produksi dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan kinerja karyawan serta mendukung identitas perusahaan. Adapun lingkup kerja perancangan ini adalah olah ruang dalam dan fasad bangunan. Desain ini memiliki konsep “Modern Minimalist Workshop Office” yang merupakan perancangan kantor UD. Indah Watch yang menonjolkan nuansa minimalis pada bagian eksterior bangunan dengan menggunakan elemen geometri sebagai penunjang citra perusahaan, yang akan dimanfaatkan sebagai partisi untuk shading dan display sedangkan pada bagian interiornya menggunakan konsep modern untuk memberikan kesan luas dan bersih dalam ruangan. Sedangkan untuk mendukung kesan minimalis banyak digunakan warna monokrom (putih, abu-abu, dan hitam) agar produk jam terlihat menonjol.Kata Kunci: Perancangan, Kantor, Modern, Minimalist
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT OLEH-OLEH DENGAN MENGADOPSI BUDAYA PAPUA OLEH CELINE INTERIOR DESIGN Celine Anastasia; Astrid Kusumowidagdo
KREASI Vol. 8 No. 1 (2022): KREASI
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/kreasi.v8i1.4278

Abstract

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Proyek Interior Pusat Oleh-oleh Khas Papua dengan Mengadopsi Budaya Papua oleh Celine Interior Design” berisi tentang rancangan desain arsitektur dan interior sebuah toko oleh-oleh khas Papua dengan pendalaman sense of place yang berlokasi di Manokwari Barat tepatnya di Jl.Jendral Sudirman no.100, Padarni, Manokwari Barat, Kota Manokwari, Papua Barat. Perancangan interior pusat oleh-oleh Papua dengan pendekatan sense of place ini bertujuan untuk menghadirkan interior yang memberikan pengalaman berbeda kepada pengunjung dengan keunikan, nilai-nilai, dan karakteristik khas Papua serta menciptakan lingkungan yang dapat memberikan ikatan emosional terhadap pengunjung atau rasa keterhubungan dengan tempat tersebut. Ruang interior ini akan menjadi sebuah perwujudan dari budaya Papua dengan penerapan elemen-elemen desain termasuk penggunaan motif tradisional, serta penggunaan material alami seperti kayu dan jerami. Pusat oleh-oleh khas Papua ini sebelumnya merupakan toko roti abon gulung yang kemudian ingin melebarkan bisnisnya menjadi pusat oleh-oleh khas Papua pertama di Manokwari. Metode perancangan menggunakan pendekatan desain sense of place yang akan berdampak pada desain secara umum. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan pengamatan terhadap elemen fisik pada potensi site. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan sense of place Papua melalui penjabaran dalam unsur fisik dan sosial pada rancangan interior pusat oleh-oleh Papua, sehingga akan menciptakan harmoni antara budaya dan alamnya.
PERANCANGAN PROYEK PALEM CINDE BAKERY DENGAN PENDEKATAN SENSE OF PLACE Dela Alinda; Astrid Kusumowidagdo
KREASI Vol. 8 No. 1 (2022): KREASI
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/kreasi.v8i1.4280

Abstract

Palem Cinde Bakery merupakan industri yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang berada di Surabaya Timur. Agar bisa berkembang mengikuti jaman dan dapat bersaing dengan usaha yang lain, maka Palem Cinde Bakery harus selalu berinovasi dan melakukan strategi pengembangan. Sense of place diartikan sebagai ikatan antara tempat dengan manusia. Dimana sebuah tempat dapat memberikan kesan tersendiri seperti rasa nyaman, aman, dan lain-lain. Konsep perancangan Palem Cinde Bakery dengan pendekatan sense of place menjadi jawaban dari permasalahan dan peluang yang sudah ada. Dengan konsep sense of place juga diharapkan dapat menciptakan toko roti yang memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan toko roti yang lain. Selain itu toko ini juga menerapkan konsep open kitchen sehingga dapat memberikan experience tersendiri kepada konsumen yang berkunjung karena dapat melihat langsung proses pembuatan roti dari awal hingga akhir. Palem Cinde Bakery memiliki dua aktivitas yang berbeda yaitu aktivitas produksi dan aktivitas penjualan. Dimana letak aktivitas produksi harus berdekatan dengan aktivitas penjualan. Kedua aktivitas tersebut tidak boleh saling terganggu dan bisa berjalan sesuai alurnya masing-masing. Konsep solusi yang digunakan yaitu menghadirkan sebuah bakery yang memiliki karakter tersendiri dengan memberikan experience dan place attachment kepada konsumen, serta menampilkan kesan natural modern karena produk yang dijual oleh Palem Cinde Bakery memiliki karakter yang sederhana dan colourful.
A Study on the Creation of Sense of Place in the Religious Commercial Ampel Corridors Astrid Kusumowidagdo; Dyah Kusuma Wardhani; Melania Rahadiyanti
Journal of Islamic Architecture Vol 8, No 1 (2024): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jia.v8i1.22859

Abstract

The uniqueness of each place needs to be preserved; therefore, this research will explore determining the relationship between the physical and social aspects that create the sense of place. The focus was on two corridors functioning as the primary access to the Grand Mosque of Kampong Ampel and the nodes of the religious and commercial area of Surabaya City, Indonesia. One hundred visitors in each corridor, 200 respondents in total, were surveyed, and data were collected using questionnaires, documentation processes, and interviews with local visitors and pilgrims and analyzed with the multiple linear regression method. The independent variables used were physical and social aspects, while the dependent variable was the sense of place. The results showed that, on average, both physical and social aspects contributed almost the same values to the sense of place in the researched areas. The aspects of the first corridor at the Grand Mosque were found to provide a medium relationship estimated to be 55.0%. In contrast, the second corridor at the Ampel Suci had a higher result, approximately 58.6%, with the social aspect discovered to be higher than the physical aspects of the sense of place. The summary shows that the two corridors have an averagely influence the concept of a sense of place. Based on the finding in this study, it is recommended that both corridors preserve the physical and social aspects of the sense of place, while others should be improved.
INFLUENCE OF PHYSICAL AND SOCIAL FACTORS ON PLACE ATTACHMENT IN DE MANDAILING CAFE Kusumowidagdo, Astrid; Michelle, Aubrey
Ide dan Dialog Desain Indonesia (Idealog) Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Idealog Vol 8 No 1
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/idealog.v8i1.5697

Abstract

In this modern era, after the end of the pandemic, cafes are back as the third space of choice for the majority of urban communities. Of ices and homes are no longer a priority as a place to do of ice tasks or school and campus assignments. The purpose of this study is to see visitors' perceptions of the interior of DeMandailing cafe in West Surabaya whether physical and social factors affect the increase in productivity while working in the cafe. The research method was carried out by means of a case study to 100 people with an age limit of 18-40 years, where they filled out a survey to determine place attachment based on physical factors and social factors. Physical factors include cleanliness aroma, natural lighting, artificial lighting, furniture comfort, music and acoustics, the decor used, and social factors include the desire to stay long, feeling a sense of belonging, the ability to feel territorial, having feelings of trust for staf , increased productivity, the desire and opportunity to socialize with others. The conclusion obtained in terms of physical factors, the design in the cafe succeeds in attracting visitors to enter and is comfortable to work and socialize with others. In terms of social factors, it is also quite supportive, but still needs to improve the design so that it becomes a stimuli to encourage socialization activities. Keywords : Place attachment, cafe interior, physical factors, social factors.
Indigenous Entrepreneurship that Creates a Sense of Place in the Traditional Shopping Areas Kusumowidagdo, Astrid; Rembulan, Cicilia Larasati; Rahadiyanti , Melania; Wardhani, Dyah Kusuma
Humaniora Vol. 14 No. 3 (2023): Humaniora
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/humaniora.v14i3.10891

Abstract

The research aimed to investigate the tourism villages provided by indigenous people in Indonesia to create a sense of place for visitors. Indigenous communities in Indonesia were often faced with discrimination and negative stigma. However, by utilizing the potential of their cultural heritage and local resources, they created a sense of place in their tourist village. The primary objective was to understand the role of indigenous entrepreneurs in preserving tourism villages and identifying the challenges faced. The research applied a qualitative approach with a case study method and was conducted in several locations, including Pampang-Kalimantan, Sade-Lombok, and Kampung Ulos-Sumatera, representing various instances of indigenous entrepreneurs managing tourism villages. The analysis focused on the characteristics of indigenous entrepreneurship and the challenges faced. Furthermore, the data were obtained through interviews and documentation with community leaders, business actors, and key figures providing assistance to indigenous entrepreneurs. The results show that indigenous entrepreneurs play a crucial role in preserving a sense of place in the respective tourism villages. These characteristics influence the physical, social, and shared meanings constituting a sense of place. However, the entrepreneurs face various challenges in the preservation efforts, including issues related to costs, management of traditional spaces for homestays and guest houses, financial support and administration, limited management and tourism-supporting facilities, enhancing storytelling, and sustainable tourism packaging for area marketing. 
Co-Authors Acep Iwan Saidi Agus Sachari Agus Sachari Alvina Leonardo Amanda Christabel Andarina, Deansha Ghaisani Andi, Pricilia Yunita Ariani Wijaya Aubrey Michelle Caroline, Senny Celine Anastasia Christian Werner Mailoa Cicilia Larasati Rembulan Cindy Oktavia Cynthia Valencia Dela Alinda Dewi Lanny Manua Dewi Puspitasari Djajadi, Nadine Dyah Kusuma Wardhani Dyah Kusuma Wardhani Dyah Kusumawardhani, Dyah El Dora Widjaja Elizabeth Christy Yauwerissa Ervina Hodinata Febriani, Ayu Valentina Felicia Yuanita Santoso Gabriella Yoan Sucipto Harsono, Yovita Aryani Hendryan Saputro Sie Indrawan, Stephanus Evert Irwanto, Billy Jovian Janet Rine Teowarang Jennifer Natalie Jessica Lorenzo Sebastian Jessica Yuwana Jessica, Bella Eunike Jesslyn Jane Junaidi Wirawan Lauren, Stefani Laurensia Kartika Liem, Claudia Melani Limantara, Alfin Wibowo Lusi Zafriana Mahendra, Rico Maya Sylvia Rajasa Melania Rahadiyanti Memed Sena Setiawan Michelle, Aubrey Minerva, Isaura Mohammad Ivansyah Ismail Kelvin Dumais Morina Morina Nindita, Moktikanana Widya Pauline Agatha Jessica Tirtowahjono Pribadi Widodo Putri Refinda Yuan Ochtisha Rachel Vania Hadi Rahaju Saraswati Rani Prihatmanti Salim, Victor Christian Sanjaya, Sharen Santoso, Julisiana Sebastian, Immanuel Septian Wijaya Soeharso, Denny Soewitno, Vanessa Eileen Stevanus Christian Anggrianto Susan Sutikno, Keisha Amabel Saputra Swari, Ida Ayu Indira Tan Aprillia Susanti Thomas Stefanus Kaihatu Tri Noviyanto Puji Utomo Trianggoro Wiradinata Valentina, Ivana Veronica Nathania Suseno