Claim Missing Document
Check
Articles

EFEK PEMAPARAN TEGANGAN LISTRIK SEARAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (BRASSICA JUNCEA L) MENGGUNAKAN METODE ELEKTROOSMOSIS TIPE ELEKTRODA VERTIKAL Prasetyo, Joko; Permadi, Bayu; Lastriyanto, Anang
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 20, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.884 KB) | DOI: 10.21776/10.21776/ub.jtp.2019.020.03.1

Abstract

ABSTRAK Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adanya beda potenisial listrik dengan berbagai tegangan input di dalam tanah dan lama waktu pemaparan terhadap petumbuhan dari tanaman sawi dengan parameter berupa tinggi tanaman, jumlah daun, kehijauan daun, panjang dan lebar stomata serta berat basah tanaman sawi. Penelitian ini menggunakan 3 kali pengulangan dan 2 faktor, dengan faktor pertama besar tegangan listrik elektroosmosis (1,5V, 3V dan 4,5V) dan faktor kedua lama pemaparan tegangan listrik elektroosmosis (1 jam, 2 jam dan 3 jam). Faktor lingkungan yang meliputi suhu udara, kelembaban udara dan cahaya dikondisikan seragam untuk semua perlakuan. Pemberian pupuk dan penyiraman untuk semua sampel diperlakukan sama. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pemaparan tegangan elektroosmosis dapat mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman sawi. Hasil yang didapat juga menyimpulkan bahwa perlakuan tegangan 3 Volt merupakan perlakuan yang terbaik dengan memberikan perbedaan yang nyata. Waktu yang terbaik untuk pemaparan tegangan yaitu selama satu jam untuk parameter jumlah daun, kehijauan daun, panjang dan lebar stomata serta berat basah. Sedangkan untuk parameter tinggi tanaman yaitu selama dua jam. ABSTRACT  In general, this study aimed to determine the effect of electric potential differences with various input voltages in the soil and the length of exposure to mustard plants growth with parameters such as plant height, leaf number, leaf greenery, stomata length and width, and wet weight of mustard plants. This study uses 3 repetitions and 2 factors, with the first factor was electro-osmosis electrical voltage (1.5V, 3V, and 4.5V) and the second factor was the length of electro-osmosis electrical voltage exposure (1 hour, 2 hours, and 3 hours). Environmental factors which include air temperature, humidity and light are uniformly conditioned for all treatments. there was no difference in treatment for water and fertilizer for all plant samples. Based on the research, it can be seen that electro-osmosis voltage exposure can affect the growth of mustard plants. The results obtained also concluded that the 3 Volt voltage is the best treatment by giving a real difference. The best time for stress exposure is one hour for parameters of number of leaves, greenness of leaves, length and width of stomata and wet weight, while for parameters of plant height that is for two hours 
PERMEABILITAS OKSIGEN KEMASAN AKTIF POLYLACTIC ACID -BUTYLATED HYDROXYTOLUENE Yuniarto, Kurniawan; Lastriyanto, Anang; Kurniawan, Hary
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 21, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.457 KB) | DOI: 10.21776/10.21776/ub.jtp.2020.021.02.7

Abstract

ABSTRAK Kemasan aktif untuk mencegah difusi oksigen dari udara luar dirancang dari bahan ramah lingkungan polylactic acid-polyethylene glycol400-butylated hydroxytolune (PLA-PEG400-BHT). Difusi oksigen ditentukan dengan cara pendekatan tidak langsung melalui pengukuran laju transmisi oksigen menggunakan metode dynamic accumulation atau ASTM F3136-15. Penelitian ini bertujuan mengukur permeabilitas oksigen dari kemasan aktif (PLA-PEG400-BHT). Variabel penelitian adalah variasi konsentrasi butylated hydroxitoluene 1%, 5% dan 10% dan suhu 15oC, 23oC dan 30oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai permeabilitas oksigen semakin kecil diikuti dengan penambahan konsentrasi BHT. Kemasan aktif dapat memperbaiki kemampuan sebagai penghalang oksigen sebesar sepuluh kali dibandingkan dengan kemasan pasif (PLA-PEG400). Namun, penambahan BHT berlebih menimbulkan kejenuhan matrik polimer yang ditunjukkan dengan terjadinya pemisahan fasa antara BHT dengan matrik PLA-PEG400. Perlakuan suhu yang semakin tinggi akan mengurangi kemampuan daya halang oksigen. Efektivitas terapan kemasan aktif PLA-PEG400-BHT pada suhu 15-23oC dan BHT 5%-10%.    Kata kunci: aktif; BHT; dynamic accumulation; permeabilitas; suhu ABSTRACT Active film packaging was purposed to prevent free oxygen diffusion. The oxygen active film scavenger was sourced from biodegradable polymers polylactic acid – polyethylene glycol matrix and incorporated  by active agent butylated hydroxy toluene (PLA-PEG400-BHT). The oxygen permeability was indirectly measured by dynamic accumulation method or ASTM F3136-15. This research was aimed to determine oxygene permeability of active film packaging (PLA-PEG400-BHT). The BHT concentration and temperature were used as dependent variables; the BHT concentrations were at 1%, 5% and 10%, respectively; and the temperature were 15oC, 23oC and 30oC. The research resulted oxygen permeability decreased following excessing BHT concentration. The oxygene active film scavenger improved as oxygen barrier by ten times than passive film (PLA-BHT without BHT). However, larger BHT caused phase separation onto active film packaging. Then, oxygen barrier property of active film packaging decreased when the temperature storage being increased. The oxygen scavenger active film packaging was effectively applied at 15-23oC and the BHT consisted between 5-10%. Keywords: active; BHT; dynamic accumulation; permeability; temperature
RANCANG BANGUN DAN UJI EFISIENSI ENERGI EVAPORATOR DOUBLE EFFECT TERMODIFIKASI UNTUK EVAPORASI NIRA TEBU Sumarlan, Sumardi Hadi; As Syukri, Khoirul Anam; Lastriyanto, Anang; Ramadani,, Khoirotus Syadiyah; Maghfiroh, Lailatul
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 21, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.208 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtp.2020.021.02.5

Abstract

ABSTRAK Evaporasi merupakan proses penghilangan sebagian besar air pada bahan dengan cara memberikan panas pada titik didihnya menggunakan evaporator. Proses evaporasi menghasilkan uap air yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan proses serupa. evaporator double effect termodifikasi merupakan alat evaporasi dengan proses penguapan berganda dan bekerja pada tekanan dibawah 1 atm. Energi uap yang dihasilkan dari penguapan bahan di ruang proses 1 (efek 1) akan digunakan untuk pemanasan  bahan  di  efek  2.  Tujuan  penelitian  adalah  melakukan pengujian pada aspek teknis terutama efisiensi energi dari mesin evaporator double  effect  termodifikasi pada bahan nira tebu. Pengukuran  dan  pengamatan  pada  proses evaporasi dilakukan  terhadap  data suhu  bahan  dan  uap,  tekanan  vakum,  volume bahan, konsumsi bahan bakar, rendemen giling sementara batang tebu, dan pengurangan volume bahan. Pencatatan suhu, tekanan, dan volume dilakukan setiap 10 menit. Hasil pengamatan suhu titik didih bahan didapatkan sebesar 63,4 oC pada tekanan rata-rata sebesar -60 CmHg. Pengamatan konsumsi bahan bakar menunjukkan bahwa pada 5 jam 20 menit proses rata-rata sebesar 21.312 kJ/jam. Pada efek 1 rata-rata presentase pengurangan kadar air sebesar 54% sedangkan pada efek 2 sebesar 20,7%. Didapatkan nilai efisiensi rata-rata sebesar 56,3%.Kata Kunci : Efisiensi; Evaporator Double Effect; Evaporasi; Nira Tebu   ABSTRACTEvaporation is a process removing most of the water in a material by giving heat till boiling point using an evaporator. The evaporation process produces water vapor that can be used for generating similar processes. Modified double effect evaporator is an evaporation tool with multiple evaporation processes and works under pressure 1 atm. The steam energy generated from the evaporation of material in process chamber 1 (effect 1) will be used to heat the material in effect 2. The purpose of this research is to test the technical aspects, especially the energy efficiency of the modified double effect evaporator on the sugar cane juice. Measurements and observations on the evaporation process are carried out on data of material temperature and vapor, vacuum pressure, material volume, fuel consumption, temporary milled yield of sugarcane, and reduction in material volume. Recording temperature, pressure, and volume is recorded every 10 minutes. Observation of material boiling point temperature was 63.4 oC and average pressure was -60 CmHg. The results of observations of fuel consumption showed that in about 5 hours 20 minutes the average process was 21,312 kJ / hour. In effect 1 the average reduction in water content was 54% while in effect 2 it was 20.7%. Obtained an average efficiency value of 56.3%.Keywords: Double Effect Evaporator; Efficiency; Evaporation; Sugarcane Juice
Unjuk Kinerja Alat Pasteurisasi pada Proses Pasteurisasi Madu: Studi Kasus PT Kembang Joyo Sriwijaya Wibowo, Sasongko Aji; Lastriyanto, Anang; Erwan, Erwan; Jaya, Firman; Batoro, Jati
Quantum Teknika : Jurnal Teknik Mesin Terapan Vol 2, No 2 (2021): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jqt.v2i2.10835

Abstract

One of the post-harvest honey processing processes is the pasteurization process. Pasteurization is the initial stage of honey processing before evaporation. The high demand for honey in Indonesia requires that honey producing companies must use pasteurization tools with large capacities and do not damage the honey content. Honey will be damaged if the pasteurization temperature is more than 70oC. In addition, the pasteurization process is also still a problem in the honey industry. Therefore it is necessary to make pasteurization tools with automatic and fast temperature control in the pasteurization process. The purpose of this study was to observe the rate of heat penetration into pasteurized honey material and the amount of honey weight pasteurized, then also measured changes in water content, viscosity, degree Brix, and density of density. From the results of measurements of heat penetration rates in pasteurization and conventional pasteurization devices, the difference in time duration on stoves 1, 2, and 3 to increase the initial temperature of 35 oC to 65oC respectively were 45, 45, and 42 minutes with a total of 101 honey, 22 kg while in conventional equipment takes 50 minutes to heat honey as much as 46,780 kg. Gas consumption on stove 1 was 0.291 g/(kgoC), stove 2 was 0.281 g/(kgoC), stove 3 was 0.285 g / (kgoC), whereas gas consumption on conventional stove was 0.272 g/(kgoC). The results of measurements of water content, viscosity, Brix, and density of density before and after pasteurization were as follows 21.99%, 4.835 poise, 63 obrix, 1.356 kg/m3, and 19.82%, 5.453 poise, 64 obrix, 1.358 kg/m3.
Rancang Bangun Alat Pengasin Telur Puyuh (Coturnix coturnix) Berbasis Dehidrasi Osmosis Bertekanan Statis Maimunah Hindun Pulungan; Satriyo Pandunusawan; Anang Lastriyanto
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.928 KB) | DOI: 10.21776/ub.industria.2019.008.01.3

Abstract

AbstrakPengasinan merupakan salah satu metode pengawetan telur puyuh yang membutuhkan waktu sekitar 14 hari jika dilakukan secara konvensional. Penelitian ini bertujuan merancang alat pengasin telur puyuh yang mampu mengurangi waktu pembuatan telur puyuh asin. Metode yang digunakan yaitu pembuatan rancang bangun alat pengasin telur puyuh berbasis dehidrasi osmosis bertekanan statis serta pengujian alat pengasin dan telur puyuh yang dihasilkan. Parameter alat yang diuji adalah kebocoran tekanan dan tekanan maksimum. Parameter telur puyuh hasil pengasinan yang diamati adalah kerusakan fisik, kandungan kadar air, kadar garam dan kadar lemaknya untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan garam dan lama perendaman yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan alat pengasin telur puyuh berbasis dehidrasi osmosis bertekanan statis dibuat dengan diameter 22 cm dan tinggi 20 cm. Kapasitas tampung alat sebanyak 330 butir atau sekitar 3,5 kg telur puyuh. Terjadi kebocoran tekanan pada alat sebesar 0,05 bar setiap 15 menit dari total tekanan 1 bar yang digunakan dengan Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) dari alat sebesar 5,56 bar. Alat pengasin telur mampu mengasinkan telur puyuh dengan waktu 30-90 menit dengan kadar garam terendah 1,63% dan kadar garam tertinggi 2,3%. Telur puyuh asin yang dihasilkan telah memenuhi SNI 01-4277-1996 mengenai standar telur asin yang mengharuskan telur asin memiliki kadar garam minimum sebesar 2,0%.Kata kunci: garam, pengawetan, pengujian, perancangan AbstractSalting is one method of preserving quail eggs that requires around 14 days of conventional process. This study aims to design a quail egg salting appliance that can make salted quail eggs faster. The method used is salted quail egg appliance design, based on static pressure osmosis dehydration and testing of the salting appliance and quail eggs produced. The parameters of the salting appliance are maximum pressure and pressure leaks. Parameters of quail egg salting results observed were physical damage, moisture content, salt content and fat content to determine the effect of giving salt solutions and different immersion times. The results showed that quail egg salting appliance based on static pressure osmosis dehydration was made with a diameter of 22 cm and a height of 20 cm. The capacity of the appliance is 330 quail eggs or about 3.5 kg of quail eggs. There is a pressure leak on the appliance of 0.05 bar every 15 minutes from the total pressure of 1 bar used with the Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) of the tool at 5.56 bars. Egg salting appliance can marinate quail eggs with 30-90 minutes with the lowest salt content of 1.63% and 2.3% highest. Salted quail eggs produced have met SNI 01-4277-1996 regarding the standard of salted eggs which require salted eggs to have a minimum salinity of 2.0%.Keywords:design, preservation, salt, testing
The Pengaruh Pengaplikasian Vacuum Cooling Pasca Pasteurisasi Pada Madu Hutan Riau Terhadap Aktivitas Enzim Diastase dan Sifat Fisik Silvi Astri Cahyani; Anang Lastriyanto; Sandra Malin Sutan; Sumardi Sumardi
jurnal1 VOLUME 4 ISSUE 2, DECEMBER 2021
Publisher : Hasanuddin University Food Science and Technology Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/canrea.v4i2.459

Abstract

Honey is defined as a traditional natural liquid which usually has a sweet taste derived from the nectar of flowers. The main component of honey is a natural saturated sugar solution consisting of a mixture of complex carbohydrates and contains various important micro-nutrients such as vitamins, minerals, enzymes, and organic compounds. These micro-nutrients are very susceptible to damage during the honey processing process. In this study, a cooling method in the form of vacuum cooling was applied with the aim of maintaining the micro-nutrients in honey. Vacuum cooling that is applied after the pasteurization process aims to release the latent heat trapped in the honey in a relatively short time and minimize damage to micronutrient, especially the diastase enzyme. The research design consisted of 2 factors, namely the volume chamber consisting of 12.5%, 25%, and 50%. The second factor is the cooling method which consists of conventional and vacuum cooling. The samples from the research were tested on diastase enzyme activity and the physical properties of honey such as moisture content, density, and acidity. The results showed that cooling with the vacuum cooling method had lower water content, low acidity, high density, and better diastase enzyme activity compared to conventional cooling.
Rancang Bangun Hypobaric storage Sebagai Alat Penyimpanan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Dewi Maya Maharani; Anang Lastriyanto; Vibi Rafianto; Sonia Verent Yudi Santo Putri; Kharimatul Khasanah
agriTECH Vol 39, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1296.583 KB) | DOI: 10.22146/agritech.37230

Abstract

Chili is a superior commodity that is much needed by Indonesian people. This commodity is susceptible to damages such as weight loss, decreased vitamin C content, color fades, and decay, which causes reduced shelf life. An improper storage process accounts for about 30% damage to chili. The objective of the research was designing a chili storage tool based on the hypobaric system which can decrease the respiration rate and ethylene gas, thus expending the shelf life. This tool consisted of several components, namely storage room, reservoir tank, vacuum pump, control panel, and a table. The research method included design and instrument, also pepper quality testing. Hypobaric storage used a pressure of -60 (-55) kPa, and a temperature of 22.9 °C. The results showed that the hypobaric storage design, instrument automation ran well, and the chili with hypobaric storage had minimal weight loss, water content, and vitamin C degradation, at 3.28%, 1.05%, and 12.91%. Parameters alteration based on entitlement with refrigerator were 6.66%, 6.8%, and 48.61%, whereas with room temperature the results were 9.7%, 15.98%, and 52.17%. Hypobaric storage for Chili was able to keep the chili quality better than room temperature and refrigerator. 
Efek Penggorengan Berulang Menggunakan Vacuum Frying terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Minyak Goreng pada Penggorengan Ikan Lele (Clarias Gariepinus B.) Rosyidatul Anwariyah; Anang Lastriyanto; Sumardi Hadi Sumarlan
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.983 KB)

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh suhu penggorengan dan penggunaan minyak secara berulang terhadap kualitas fisik dan kimia minyak goreng dari proses penggorengan ikan lele dengan vacuum frying. Dari hasil analisis diketahui bahwa perlakuan suhu tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan kimia minyak goreng, sedangkan perlakuan penggunaan minyak goreng berulang berpengaruh nyata pada sifat kimia dan tidak berpengaruh nyata pada sifat fisik minyak goreng. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil kadar asam lemak bebas tertinggi sebesar 0,1166 % dan bilangan peroksida sebesar 5,1005 mek O₂/kg atau masih dibawah batas SNI. Sedangkan kadar air sebagian besar berada diatas batas SNI dengan rentang 0,070 – 0,255 %. Nilai massa jenis berada pada rentang 0,9090 – 0,9101 g/cm³ dan nilai viskositas berada pada rentang 0,8420 – 0,9005 Poise. Masa pakai minyak untuk penggorengan vakum ikan lele pada suhu suhu 80 °C sebanyak 45 kali, pada suhu 90 °C sebanyak 40 kali, dan pada suhu 100 °C sebanyak 36 kali.Kata kunci: lele, minyak goreng, vacuum frying
EKSTRAKSI POLIFENOL DAN FLAVONOID DARI TANAMAN SARANG SEMUT (MYRMECODIA PENDANS) DENGAN PRETREATMENT OHMIC HEATING Sri Handayani Nofiyanti; Bambang Susilo; Anang Lastriyanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.555 KB)

Abstract

Sarang semut (Myrmecodia pendans) merupakan tanaman obat terkenal di Papua yang berpotensi mengobati beragam penyakit. Untuk mendapatkan zat fenolik pada tanaman Sarang Semut, maka harus dilakukan ekstraksi agar mendapatkan hasil yang murni. Proses ekstraksi senyawa fenolik dapat dimodifikasi dengan metode yang saat ini mulai berkembang yakni  teknologi Ohmic Heating yang memanfaatkan nilai hambatan pada bahan untuk menghasilkan panas internal. Teknologi ini memiliki kelebihan diantaranya meminimalisir penggunaan pelarut dan panas yang dihasilkan dapat merata pada bahan, proses yang cepat sehingga meminimalisir kerusakan pigmen dan vitamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui total kandungan senyawa aktif pada kandungan polifenol dan flavonoid serta rendemen yang dihasilkan dari ekstrak.  Sarang Semut dengan metode Ohmic Heating. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dari tanaman Sarang Semut yang merupakan tanaman endemik Papua dengan menggunakan metode Ohmic Heating. Penelitian ini menggunakan variasi tegangan yang terdiri dari 3 level (220 V, 275 V, dan 330 V) dan variasi waktu ekstrak yang terdiri dari 3 level (90 detik, 180 detik, dan 270 detik). Ekstrak yang dihasilkan akan diuji total flavonoid dan total fenol dengan menggunakan Spektrofotometer. Semakin besar tegangan yang digunakan dalam proses pretreatment ekstraksi dengan menggunakan ohmic heating, maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu setting point semakin singkat. Waktu tersingkat terdapat pada perlakuan tegangan 330V dengan waktu 17 detik dan menghasilkan arus terbesar dengan rata-rata yakni 4,17A. Hasil ekstraksi menggunakan ohmic heating didapatkan kadar polifenol dan rendemen tertinggi pada tegangan 330V dengan holding time 180 detiksebesar 437,052 mg GAE/g ekstrak dan 69,08%. Sedangkan nilai total flavonoid terbaik terdapat pada perlakuan tegangan 330V dengan holding time 270 detik sebesar 119,529 mgQE/g esktrak.
EFEK PENGEMASAN VAKUM PADA KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max, L) VARIETAS ANJASMORO SELAMA PENYIMPANAN Lastriyanto Anang; Bambang Dwi Argo; Dhika Aringtyas
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.566 KB)

Abstract

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan tanaman kedelai adalah tersedianya benih bermutu dengan penanganan pasca panen yang tepat, antara lain sistem pengemasan selama penyimpanan. Oleh karena itu diperlukan adanya teknologi penyimpanan dan pengemasan yang baru seperti sistem pengemasan vakum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perubahan kadar air benih kedelai yang disimpan pada jenis pengemas polietilen, polipropilen dan aluminium foil lebih kecil dibanding kadar air benih kedelai kontrol yang disimpan pada karung goni. Kadar air awal benih sebesar 10.44%, dan setelah disimpan selama 3 bulan, kadar air benih yang disimpan dalam karung goni naik menjadi 15.44%. Benih yang disimpan dalam polietilen dengan 3 luasan yang berbeda kadar airnya menjadi (11.52, 11.99, dan 11.79%), untuk kemasan polipropilen kadar airnya menjadi (11.83, 11.63, dan 11,51%), untuk kemasan aluminium foil dengan 3 luasan berbeda kadar airnya menjadi (11. 48, 11.38, dan 11.53%). Daya tumbuh benih kedelai yang disimpan pada ketiga jenis bahan pengemas vakum lebih baik dibandingkan dengan benih kedelai sebagai kontrol. Daya tumbuh awal benih yaitu 98% dan setelah 3 bulan daya tumbuhnya kontrol menurun menjadi 88.25%. Benih yang disimpan dalam  polietilen dengan 3 luasan yang berbeda daya tumbuhnya menurun menjadi (95, 95.25, dan 94.5%), untuk kemasan polipropilen menjadi daya tumbuhnya menurun (94.5%, 94.75%, 95.5%), dan untuk kemasan aluminium foil daya tumbuhnya menurun menjadi (95, 95.75, dan 95.5%). 
Co-Authors Aini Nurrachmani Bahari Amanda Izzah Aulia Andi, Moch. Alfi Anggi Akhmad Ervantri Arnanda Ajisaputra, Arnanda Ary Mustofa Ahmad As Syukri, Khoirul Anam Asy Syukri, Khoirul Anam Bagus Imam Bintoro Bambang Dwi Argo Bambang Susilo Dewi Masyithoh Dewi Masyithoh Dewi Maya Maharani Dhika Aringtyas Dina Wahyu Indriani Dina Wahyu Indriani Dyah Ayu Arum Ambarwati Elok Zubaidah Elok Zubaidah Erawati, Diana erika arisetiana dewi, erika arisetiana Erni Sofia Murtini Erry Dwi Kuncahyo Erwan Erwan Erwan Erwan, Erwan Evy Puspitasari Fajri Anugroho, Fajri Fariz Prayogi Herlambang Firdha Dwi Anggraini Firman Jaya Hadi Suyono hardiansyah, bagus Hartono, Elvianto Dwi Jati Batoro Jati Batoro Jati Batoro Jayanti, Dias Agustin Dwi Joko Prasetyo Joko Prasetyo Juniarsa, Nurtjahja Kamsiatun Eka Pratama Kharimatul Khasanah Khoiril Anam, Khoiril Khoirul Anam Asy Syukri Kurniawan Yuniarto Kurniawan, Hary La Choviya Hawa LAILATUL MAGHFIROH Lalu Arioki Setiadi Lamerkabel, J. S. A. Maimunah Hindun Pulungan Masauna, Esther D Masyithoh, Dewi Mochamad Bagus Hermanto Mochamad Junus Mochammad Junus Mochammad Yunus, Mochammad Mujadin, Anwar Musthofa Lutfi Mutiarani, Nadya Muvianto, Cahyo Mustiko Okta Muzaki, M. Amin Nofiyanti, Sri Handayani Nur Hidayat Nur Komar Nur Samijayani, Octarina Nuraini Puji Astuti Nurtiti Nurtiti Oktaria Eka Y Permadi, Bayu Pratiwi, Hartati Setyo Putra Rifaldi, Syachrial Rahmawati, Safitri Rizka Ramadani,, Khoirotus Syadiyah Rini Yulianingsih Rizka Mega Melati Rochima Nisaa’IL-Firdaus Rosyida Ayu Pratiwi Rosyidatul Anwariyah Sambora, Helmi Sandra Malin Sutan Sandra Sandra Sasongko Aji Wibowo Sasongko Aji Wibowo Sasongko Aji Wibowo Satriyo Pandunusawan Sembiring, Rinawati Setyo Purwanto Silvi Astri Cahyani Silvi Astri Cahyani Sonia Verent Yudi Santo Putri Subiantoro Bangun Sulianto, Adi Sumardi H. S. Sumardi Hadi Sumarlan Sumardi Hadi Sumarlan Sumardi Hadi Sumarlan Sumardi Sumardi Susinggih W. Ulinnuha, Arini Robbil Izzati Ustadi Ustadi Utuwaly, Imas D Vibi Rafianto Victor G Siahaya Vincentia Veni Vera Wahyunanto Agung Nugroho Welt, Bruce Ari Wibowo, Sasongko Aji Wulandari Saepuloh Yuniarti Yuniarti Yusron Sugiarto Yusuf Hendrawan Yusuf Wibisono