Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS DEFORMASI POSTSEISMIK GEMPA NIAS 2005 MENGGUNAKAN DATA GPS Ika Nurdianasari; Moehammad Awaluddin; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.059 KB)

Abstract

ABSTRAK Pulau Sumatera merupakan wilayah yang terletak pada pertemuan dua lempeng, yaitu Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Sumatera merupakan pulau di Indonesia yang memiliki potensi gempa bumi yang cukup besar.Gempa Bumi Sumatera 2005 terjadi pada pukul 23.09 WIB pada 28 Maret 2005 dengan kekuatan magnitude sebesar 8,7. Pusat gempanya berada di 2° 04′ 35″ LU 97° 00′ 58″ BT, 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia.Sebagai salah satu bentuk langkah dalam mitigasi bencana bagi masyarakat di zona gempa, pengamatan aktivitas geodinamika saat ini dibutuhkan untuk pembuatan model potensi gempa bumi.Penelitian ini menggunakan data pengamatan stasiun SuGAr sebanyak sembilan stasiun yaitu, ABGS, BSIM, LEWK, LHWA, MSAI, NGNG, PBAI, PSKI, dan PSMK dengan data pengamatan selama 1 tahun (365 DOY) dimulai dari sehari setelah gempa yaitu Maret tahun 2005 s.d. bulan Maret tahun 2006. Titik ikat IGS yang digunakan yaitu BAKO, COCO, DGAR, HYDE, IISC, dan PIMO. Pengolahan data menggunakan software ilmiah GAMIT 10.6. Selanjutnya menghitung koordinat harian stasiun SuGAr dan menganalisis pencocokan pola (curve fitting) akibat proses deformasi postseismik gempa Nias 2005.                 Hasil koordinat harian menunjukkan besar pergeseran rata-rata stasiun GPS SuGAr akibat proses deformasi postseismik gempa Nias 2005 besar pergeseran secara horizontal sebesar 0.221636 m, sedangkan untuk besar pergeseran secara vertikal memiliki sebesar 0.00643 m. Nilai RMS pada kombinasi IV menunjukkan bahwa parameter-parameter pada kombinasi IV lebih cocok atau mendekati pola deformasi postseismik gempa Nias 2005 dengan hasil koordinat harian. Dari perlakuan empat kombinasi coseismic and postseismic parameters, diketahui bahwa parameter decay amplitude (a) memiliki pengaruh lebih besar (dominan) dalam pemodelan pola deformasi postseismik.
ANALISIS PENGGUNAAN METODE THIESSEN POLYGON UNTUK PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DENGAN PRINSIP SAMA JARAK Khofifatul Azizah; Moehammad Awaluddin; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKIndonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia, kondisi geografis Indonesia yang demikian perlu perhatian khusus terkait aturan penentuan batas pengelolaan wilayah laut untuk mencegah terjadinya sengketa. Pengukuran dan penentuan batas daerah di laut menurut Permendagri No. 141 Tahun 2017 Pasal 14 diukur dari garis pantai ke arah laut lepas paling jauh 12 mil laut dengan prinsip sama jarak yang dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode titik berat segitiga dan metode Thiessen Polygon. Penentuan batas pengelolaan wilayah laut dilakukan pada peta dasar peta RBI skala 1:25.000 dan skala 1:50.000 dengan garis dasar yaitu garis dasar normal, garis dasar kepulauan, dan garis dasar penutup (penutup teluk dan penutup muara sungai). Hasil perbandingan batas pengelolaan wilayah laut antara kedua metode dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan titik salient (titik garis pantai yang menonjol) dan menggunakan ekstraksi keseluruhan garis pantai wilayah penelitian. Pembuktian metode Thiessen Polygon ini dilakukan berdasarkan pengujian sampel titik-titik sama jarak di 10 segmen penelitian dimana seluruhnya memenuhi prinsip sama jarak sehingga metode Thiessen Polygon dapat digunakan sebagai salah satu alternatif  metode dalam penarikan batas pengelolaan wilayah laut. Persentase perbandingan luas pengelolaan wilayah laut pada Segmen Gresik, Banyuasin, Ogan Komeng ilir, Banyuwangi dan Sumbawa Barat berturut-turut sebesar 6,212 %, 2,189%, 1,281%, 0,238 %, dan 0,111%. Kata Kunci: Batas Pengelolaan Wilayah Laut, RBI, Sama Jarak, Thiessen Polygon, Titik Berat Segitiga ABSTRACTIndonesia is the largest maritime and archipelagic country in the world, Indonesia's geographical conditions need special attention regarding the rules for determining the boundaries of the management of marine areas to prevent disputes. Measurement and determination of boundaries at sea according to Permendagri No. 141 of 2017 Article 14 is measured from the coastline to the offshore sea, no more than 12 nautical miles on the principle of equal distance which can be done by several methods. The method used in this research is the gravity triangle method and the Thiessen Polygon method. The determination of the boundaries of marine area management is carried out on the base map of the RBI map at a scale of 1: 25,000 and a scale of 1: 50,000 with the baseline, namely the normal baseline, archipelago baseline, and cover baseline (bay cover and river mouth cover). The results of the comparison of marine area management boundaries between the two methods are carried out in two ways, namely by using a salient point (prominent shoreline point) and using the extraction of the entire coastline of the study area. The proof of this Thiessen Polygon method is based on testing samples of equal-distance points in 10 research segments, all of which fulfill the equal distance principle, so that the Thiessen Polygon method can be used as an alternative method in drawing the boundaries of marine area management. The percentage comparison of marine area management in the Gresik, Banyuasin, Ogan Komeng Ilir, Banyuwangi and West Sumbawa segments is respectively 6.212%, 2.189%, 1.281%, 0.238%, and 0.111%.
PERHITUNGAN VELOCITY RATE CORS GNSS DI WILAYAH PANTAI UTARA JAWA TENGAH Rizky Saputra; Moehammad Awaluddin; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.878 KB)

Abstract

ABSTRAK CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah suatu teknologi berbasis GNSS yang berwujud sebagai suatu jaring kerangka geodetik yang pada setiap titiknya dilengkapi dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari satelit-satelit GNSS yang beroperasi secara penuh dan kontinu selama 24 jam. Pengukuran koordinat dengan menggunakan CORS lebih efisien dengan ketelitian yang mencapai fraksi centimeter dan waktu pengukuran juga relatif cepat. Selain itu, dalam hal geodinamika bisa juga dijadikan sebagai monitoring untuk mengetahui arah pergerakan suatu titik dari tahun ke tahun beserta kecepatan pergeserannya.Penelitian ini berfokus pada penentuan kecepatan pergeseran (velocity) dan regangan (strain) dari stasiun CORS GNSS di daerah pantai utara Jawa Tengah pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah CORS Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, dan Purwodadi. Titik IGS yang digunakan adalah COCO, PIMO, NTUS, dan DARW. Pengolahan data menggunakan perangkat ilmiah GAMIT.Penelitian ini menghasilkan arah pergeseran menuju ke arah tenggara. Kecepatan pergeseran pada CORS Cirebon adalah 0,022 ± 0,003 m/tahun untuk komponen timur, -0,0117 ± 0,003 m/tahun untuk komponen utara, dan 0,0075 ± 0,013 m/tahun untuk komponen vertikal. CORS Tegal memiliki kecepatan 0,0194 ± 0,004 m/tahun untuk komponen timur, -0,0129 ± 0,003 m/tahun untuk komponen utara, dan 0,0094 ± 0,014 m/tahun untuk komponen vertikal. CORS Pekalongan memiliki kecepatan 0,0216 ± 0,002  m/tahun untuk komponen timur, -0,0102 ± 0,003 m/tahun untuk komponen utara, dan 0,0287 ± 0,012 m/tahun untuk komponen vertikal. CORS Semarang memiliki kecepatan 0,0229 ± 0,004 m/tahun untuk komponen timur, -0,0106 ± 0,003 m/tahun untuk komponen utara, dan 0,0092 ± 0,014 m/tahun untuk komponen vertikal. CORS Jepara memiliki kecepatan 0,0208 ± 0,006 m/tahun untuk komponen timur, -0,0107 ± 0,004 m/tahun untuk komponen utara, dan 0,0078 ± 0,021 m/tahun untuk komponen vertikal. CORS Purwodadi memiliki kecepatan 0,0219 ± 0,005 m/tahun untuk komponen timur, -0,0111 ± 0,003 m/tahun untuk komponen utara, dan 0,0103 ± 0,017 m/tahun untuk komponen vertikal. Regangan yang terjadi pada titik pengamatan berkisar -3,3498798 x 10-8 strain/year sampai dengan 3,608678 x 10-8 strain/year. Kata kunci: GAMIT, Kecepatan pergesaran, Stasiun CORS ABSTRACT CORS (Continuously Operating Reference Station) is a technology GNSS based old as a net geodetic framework which at every points is equipped with receiver that capable to capture signals from GNSS’s satellites operating in full and continuous for 24 hours. The measurement of coordinate with use CORS more efficient with precision at faction centimeter and time measurement also relatively fast. In addition, in terms of geodinamic can was also used for monitoring to know the direction of the movement of a point from year to year and velocity.This research focus on the determination of velocity and strain from the station CORS GNSS in coastal areas north Central Java in 2011 up to 2015. The data used in this research was CORS Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, and Purwodadi. The point of IGS used is COCO, PIMO, NTUS and DARW. Data processing using scientific software GAMIT.This research produce the shift towards southeast. The velocities in CORS Cirebon are 0,022 ± 0,003 m /year for the component east, -0,0117 ± 0,003 m/year for the component north and 0,0075 ± 0,013 m/year for the component vertical. The velocities in CORS Tegal are 0,0194 ± 0,004 m/year for the component east, -0,0129 ± 0,003 m/year for the component north and 0,0094 ± 0,003 m/year for the component vertical. The velocities in CORS Pekalongan are 0,0216 ± 0,002 m/year for the component east, -0,0102 ± 0,003 m/year for the component north and 0,0287 ± 0,012 m/year for the component vertical. The velocities in CORS Semarang are 0,0229 ± 0,004 m/year for the component east, -0,0106 ± 0,003 m/year for the component north and 0,0092 ± 0,014 m/year for the component vertical . The velocities in CORS Jepara are 0,0208 ± 0,006 m/year for the component east, -0,0107 ± 0,004 m/year for the component north and 0,0078 ± 0,0021 m/year for the component vertical. The velocities in CORS Purwodadi are 0,0219 ± 0,005 m/year for the component east, -0,0111 ± 0,003 m/year for the component north and 0,0103 ± 0,017 m/year for the component vertical. Strain occurring in the point of observation range -3,3498798 x 10-8 up to 3,608678 x 10-8 strain/year.Keywords: CORS station, GAMIT, Velocity *) Penulis, Penanggung Jawab
PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN DAN ANALISIS NILAI EKONOMI KAWASAN MELALUI TEKNIK VALUASI TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGENT VALUATION METHOD (Studi kasus : Kawasan Wisata Pantai Alam Indah, Kota Tegal) Akhmad Tsalist Nailuz Tsabiq; Sawitri Subiyanto; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.223 KB)

Abstract

ABSTRAKSebagai salah satu sektor pembangunan, pariwisata memang cukup menjanjikan dalam membantu menaikkan cadangan devisa dan juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, sektor industri pariwisata nasional memberikan kontribusi nasional bagi program pembangunan. Salah satu contoh bentuk pariwisata tersebut adalah jenis wisata bahari. Adapun di Kota Tegal, terdapat tempat wisata bahari yang sudah cukup terkenal bernama Pantai Alam Indah (PAI). Dengan kondisi pantai yang relatif stabil dan kemiringan yang landai, telah membuat tempat ini memiliki daya tarik wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai aset wisata dimasa mendatang. Dengan melihat keadaan ini, maka dilakukan penelitian mengenai Nilai Ekonomi Kawasan pada tempat wisata tersebut. Metode pengambilan responden pada penelitian ini menggunakan teknik Non Probability Sample dengan metode sampel aksidential. Metode ini mengambil responden sebagai sampel secara kebetulan, jika memang dipandang cocok sebagai sampel saat berada di tempat wisata maupun di sekitarnya. Setelah itu dilakukan pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda dan penghitungan nilai ekonomi kawasan menggunakan Maple 17. Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu beberapa peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan dan hasil perhitungan nilai ekonomi dari wisata Pantai Alam Indah. Hasil perhitungan didapatkan nilai WTP (Willingness to Pay) sebesar Rp 140.344,795 , surplus produsen sebesar Rp 80.415,718 , Nilai Kegunaan sebesar Rp 40.728.952.980 , dan Nilai Bukan Kegunaan sebesar Rp 34.694.917.390 . Sehingga Nilai Ekonomi Total dari kawasan wisata Pantai Alam Indah adalah Rp 75.423.870.370
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DAN ANDROID UNTUK PEMILIHAN JALUR ALTERNATIF MENUJU TEMPAT PARIWISATA (Studi Kasus: Kota Wisata Cibubur Dan Jungleland, Kabupaten Bogor) Tatag Abiyoso Utomo; Bambang Darmo Yuwono; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.213 KB)

Abstract

ABSTRAK Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah Negara.Terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup besar. Salah satu problematika yang harus dipecahkan adalah masalah infrastruktur Information and Communication Technology (ICT) dan strategi promosi wisata yang masih konvensional.Penelitian ini dilakukan pada jalur alternatif  yang telah dipilih pada saat penentuan jalur alternatif yang akan dilakukan survei lapangan. Data yang didapat dari survei lapangan terdiri dari gambar foto, koordinat marking, jalur tracking, dan kepadatan jalan. Selain data-data hasil survei, data yang didapat dari penelitian ini adalah jalur padat. Data jalur padat didapat dari informasi sehari-hari. Pada penelitian ini data yang terpakai adalah gambar foto, koordinat marking, jalur tracking, dan data jalur padat. Metodologi penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilihat pada pengambilan gambar foto, koordinat marking, jalur tracking, dan kepadatan jalan. Sedangkan metode kuantitatif dapat dilihat pada pengambilan data jalur padat.Hasil akhir penelitian ini berupa aplikasi SIG untuk pemilihanjalur alternatif menuju tempat pariwisata berbasis web yang terkoneksi android di Kabupaten Bogor menggunakan google map API sebagai  penyedia peta  gratis  yang diintegrasikan  ke  dalam website dan aplikasi android. Kata Kunci: Pariwisata, Webgis, Android, Jalur Alternatif  ABSTRACT  Tourism sector as the economic activity has become a mainstay of potential and priorities for the development for a number of countries, especially Indonesia as a developing country that has the large potential area with high tourist attraction. One of the problems that must to be solved is the problem of infrastructure of Information and Communication Technology (ICT) and tourism promotion strategy that is still conventional.  This research is observed on alternative road which has been decided when pre survey. Observed data which have been got from field observed consist of coordinate of marking, photo picture, tracking road, and intentcity of road. Besides of observed data’s, that is data of traffic road. Data of traffic road are got from daily news. Used data in this research consist of photo picture, tracking road, coordinate of marking, and traffic road. Method of observation in this research those are qualitative and quantitative. Qualitative method can be seen when taking photo picture, marking coordinate, tracking road, and road intensity. Then quantitative method can be seen when taking traffic road data.The final result of this research is a GIS using web and android based for alternative road toward tourism place in Bogor using Google map API as the free provider map that is integrated into website and android.  Keywords: Tourism, Webgis, Android, Alternative Road
STUDI PENENTUAN KAWASAN RESAPAN AIR PADA WILAYAH DAS BANJIR KANAL TIMUR Setyo Ardy Gunawan; Yudo Prasetyo; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.218 KB)

Abstract

ABSTRAKDAS Banjir Kanal Timur merupakan DAS yang terletak di tengah-tengah Kota Semarang yang merupakan kota terbesar di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah pembangunan infrastruktur dan pemukiman kota yang tinggi tiap tahunnya. Bencana kekurangan air tiap musim kemarau sering dialami di sejumlah daerah DAS Banjir Kanal Timur karena jumlah air tanah dalam daerah tersebut kecil dan sulit diperbarui. Pembaharuan air tanah ini erat hubunganya dengan resapan air, kondisi resapan air yang baik mampu mengalirkan air dari permukaan ke dalam tanah untuk menjadi air tanah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi, sebaran dan pola resapan air di kawasan DAS Banjir Kanal Timur. Dalam penentuan kondisi resapan air terdapat lima parameter yaitu jenis tanah, penggunaan lahan, kelerengan, potensi air tanah dan curah hujan. Terdapat tiga metode dalam penelitian ini yaitu metode pengolahan citra optis (klasifikasi terawasi), citra radar (InSAR) dan sistem informasi geografis (SIG). Data citra terdiri dari dua jenis citra optis dan satu citra radar, diantaranya citra ALOS PRISM tahun 2010, SPOT-6 tahun 2014 dan ALOS PALSAR tahun 2008. Kriteria resapan air dibedakan menjadi enam kriteria, yaitu baik, normal alami, mulai kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis.Pada penelitian ini diperoleh hasil kondisi resapan air di DAS Banjir Kanal Timur dalam kondisi mulai kritis dengan luas mencapai 2607,523 Ha (33,17 %), kondisi normal alami seluas 1507,674 Ha (19,18 %), agak kritis dengan luas 1452,931 Ha (18,48 %) dan berturut-turut dengan kondisi baik, kritis dan sangat kritis dengan luas  1157,04 Ha (14,72 %), 1058,639 Ha (13,47 %),  dan 75,0387 Ha (0,95 %). Sebaran dan pola resapan air tidak merata yang tersebar di kawasan tengah dan utara DAS untuk kondisi resapan air  mulai kritis, normal alami  dan baik. Sementara kawasan selatan DAS dengan kondisi resapan air agak kritis, kritis  dan sangat kritis.Kata Kunci          : Klasifikasi Terawasi, InSAR, SIG, Resapan Air, Air Tanah    ABSTRACTBanjir Kanal Timur Watershed located in the center of Semarang. Semarang is the biggest city in central Java which infrastructure development and construction is high nowadays. The lack of fresh water become problem in dry season in watershed area because ground water is not rechargeable well. Rechargeable groundwater depends on water recharge area whether it is good or not.The objective of the study is to determine condition and dissemination of water recharge in watershed area. Recharge area conditions determined by five parameters, soil type, land use, slope, ground water potential and rainfall. In this study use three methods, supervised classification to acquire land use from optic imagery, InSAR to derive DTM from SAR Imagery and GIS. There is two types optical image, ALOS PRISM 2010 and SPOT-6 2014. While SAR image is ALOS PALSAR 2008 only. The criteria of water recharge divided into six criteria, it is good, naturally normal, begin to critical, a little bit critical, critical and very critical.The result shows that water recharge condition of Banjir Kanal Timur Watershed is in begin to critical condition with 2607,523 Ha (33,17 %), naturally normal with 1507,674 Ha (19,18 %), a little bit critical with 1452,931 Ha (18,48 %), good with 1157,04 Ha (14,72 %), critical with 1058,639 Ha (13,47 %) and very critical with 75,0387 Ha (0,95 %). The distribution of water recharge area in Banjir Kanal Timur Watershed has irreguler pattern. In northern area of watershed consists of begin to critical, naturally normal, and good condition. Meanwhile in southern area of watershed consists of a little bit critical, critical and very critical condition.Key words             : Supervised classification, InSAR, GIS, Recharge Area, Ground Water  *) Penulis Penanggung jawab
ANALISIS KETELITIAN PENGAMATAN GPS MENGGUNAKAN SINGLE FREKUENSI DAN DUAL FREKUENSI UNTUK KERANGKA KONTROL HORIZONTAL Reisnu Iman Arjiansah; Bambang Darmo Yuwono; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.917 KB)

Abstract

ABSTRAKKerangka kontrol Horizontal merupakan sebuah tugu/patok yang digunakan sebagai titik referensi atau acuan dalam bentuk koordinat ( X,Y )yang berguna pengukuran dan pemetaan di lapangan. Untuk memperoleh koordinat titik kontrol tersebut salah satunya dengan menggunakan metode Survei GPS yaitu dengan menangkap informasi yang dikirimkan oleh satelit diluar angkasa ke receiver pengamatan di Bumi. Receiver GPS mempunyai beberapa jenis salah satunya ditinjau dari sinyal yang ditangkap yaitu receiverSingle Frekuensi&Dual Frekuensi. Kedua jenis receiver tersebut mempunyai perbedaan dalam menangkap gelombang pembawa L1 dan L2. Perbedaan tersebut tentunya mempengaruhi kualitas data dan hasil pengamatan.Terkait dengan masalah tersebut, maka pada penelitian tugas akhir ini dilakukan pengukuran pada titik kontrol dengan menggunakan GPS Single Frekuensi dengan lama pengamatan + 8 Jam dan GPS Dual Frekuensi dengan lama pengamatan + 4 Jam. Pada proses pengolahan dilakukan dengan variasi baseline titik ikat yang masing-masing akan diikatkan pada stasiun CORS (Continuosly Operating Reference Stations) UDIP, CSEM, CMGL, dan BAKO yang diolah menggunakan softwareTopcon Tools dan GAMIT/GLOBK.Nilai perbedaan koordinat antara hasil pengukuran GPS Single Frekuensi dan Dual Frekuensi dengan variasi panjang baseline dengan jarak + 3 Km mempunyai rentang nilai 0,003 m – 0,030 m; jarak baseline+ 9 Km pada rentang nilai 0,008 m – 0,070 m; jarak baseline+55 Km pada rentang nilai 0,030 m – 0,400 m dan jarak baseline+399 Km pada rentang nilai 0,100 m – 0,700 m. Ketelitian hasil pengamatan GPS Single Frekuensi dan Dual Frekuensi pada jarak baseline  titik ikat  <10 Km seperti CORS UDIP dan CSEM mempunyai ketelitian yang relatif sama. Namun pada jarak baseline titik ikat > 50 Km masih belum cukup memenuhi ketelitian yang didapatkan.Kata Kunci : Baseline, CORS , Dual Frekuensi, GPS, Single Frekuensi, StatikABSTRACTHorizontal Control is a point that used as reference in the form of coordinate that useful for measuring and mapping in the field. GPS Survey is one of the methods to obtain the coordinate control point. It can seize the information that sent by the space satellite to the observing receiver in the Earth. There are several types of GPS receiver, one of them is based on the signal that can be acquired, that is Single Frequency and Dual Frequency Receiver. How to acquire the L1 and L2 carrier wave is different from single and dual frequency receiver. The difference can affect the data quality and the result of observation.  Based on that problem, so this study measured in the control point using Single Frequency GPS during ± 8 hours observation and Dual Frequency GPS during ± 4 hours observation. In GPS data processing, various bundle point baseline will be tied to CORS (Continously Operating Reference Stations) UDIP, CSEM, CGML, and BAKO which will be processed using Topcon Tools and GAMIT/GLOBK Software. The value of the difference between the measurement results of GPS coordinates Single and Dual Frequency with baseline length variations tied to the CORS UDIP point has a value range of 0.003 m – 0.030 m ; CORS CSEM in the value range of 0.008 m - 0.070 m ; CORS CMGL the value range 0.030 m – 0.400 m and CORS BAKO the value range 0.100 m – 0.700 m . Accuracy Single Frequency GPS observations and Dual Frequency at baseline distance fastening point < 10 Km such as CORS UDIP and CSEM has the same relative precision. But at a distance of  baseline > 50 Km has different result..Keyword :  Baseline, CORS , Dual Frequency, GPS, Single Frequency, Static*) Penulis, Penanggung Jawab
STUDI PENURUNAN MUKA TANAH MENGGUNAKAN DINSAR TAHUN 2017 - 2020 (Studi Kasus: Pesisir Kecamatan Sayung, Demak) Naufal Dwiakram; Fauzi Janu Amarrohman; Yudo Prasetyo
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKecamatan Sayung merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Demak di bagian pesisir utara pulau Jawa. Wilayah ini merupakan dataran yang terbentuk dari endapan tanah aluvial yang tergolong muda. Pada wilayah ini banyak berdiri bangunan industri dan juga banyak dijumpai kawasan pemukiman, sehingga menambah pembebanan terhadap tanah aluvial yang masih mungkin untuk terjadi kompaksi. Dengan adanya fenomena tersebut diperlukan pemantauan secara berkelanjutan untuk mengetahui dari dampak yang timbul seiring berjalannya waktu. Metode DInSAR dimanfaatkan dalam penelitian ini untuk memantau fenomena tersebut.Metode DInSAR dipilih karena memiliki kemampuan untuk melakukan pengamatan di area yang luas dengan waktu yang cepat. Data yang digunakan adalah 6 citra satelit Sentinel-1A mode IW yang diakuisisi pada tahun 2017-2020. Metode DInSAR menggunakan two-pass interferometry dengan bantuan DEM SRTM 1 arcsec sebagai referensi topografi. Survei pengamatan GNSS dilakukan untuk validasi hasil DInSAR karena dianggap lebih teliti dalam hal akurasi.Hasil nilai penurunan muka tanah Kecamatan Sayung yang didapatkan dari metode DInSAR rata-rata sebesar 4,55 ±1 cm/tahun. Hasil dari DInSAR selanjutnya di validasi dengan data GNSS. Kedua data tersebut memiliki standar deviasi sebesar 0,68 cm. Dari hasil penelitian juga dilakukan analisis mengenai kajian geologis wilayah penelitian serta efek dari penggunaan lahan pada Kecamatan Sayung terhadap penurunan muka tanah yang terjadi. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan pola yang mirip antara besarnya penurunan muka tanah dengan laju pemadatan tanah alami serta dampak penggunaan lahan untuk kawasan industri dan pemukiman.
ANALISIS FAKTOR AKSESIBILITAS TERHADAP ZONA NILAI TANAH DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN MASSAL DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang) Mufid Damar Pidekso; Sawitri Subiyanto; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.932 KB)

Abstract

ABSTRAK Kebutuhan  tanah yang meningkat menyebabkan harga tanah yang beragam dan melonjaknya harga tanah. Keberagaman harga tanah dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor. Salah satu faktor yang dapat yang mempengaruhi harga tanah adalah faktor aksesibilitas. Pembentukan Zona Nilai Tanah yang merupakan area yang menggambarkan nilai tanah yang relatif sama  yang bertujuan untuk mengelompokkan bidang-bidang tanah sesuai dengan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR).Data yang digunakan berupa data tekstual yang berupa, data Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang didapatkan dari DPPKAD Kabupaten Pemalang serta data survey yang dilakukan di lapangan. Data harga pasar yang telah didapat kemudian diolah untuk mendapatkan NIR. Kemudian dicari selisih antara data NJOP serta NIR. Untuk mengetahui pengaruh faktor aksesibilitas dilakukan pengujian statistic antara harga pasar tanah dan variabel-variabel bebas yang ditentukan.Dari penelitian diperoleh 72 Zona Nilai Tanah dengan NIR tertinggi berada pada zona 66 yang berada di sepanjang Jalan Jendral Sudirman. Sementara selisih antara NIR dengan NJOP paling besar adalah sebesar 3104 %. Dari hasil pengujian statistik, faktor aksesibilitas terhadap harga pasar memiliki pengaruh 62,2 %, yaitu antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Kata Kunci : Zona Nilai Tanah (ZNT), Nilai Indikasi Rata-rata (NIR), Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), Faktor Aksesibilitas. ABSTRACT Increasing of land needs caused the land prices are varied and make the land prices increase. The diversity of land prices can be caused by a variety of factors. One of  the factor that may be affecting the price of land is the accessibility factor. Land Values zone forming which is the area that depicts the relative value of the same land that aims to classify the plots in accordance with Indication Value Average (NIR).Data that used in the form textual data which  is the value of tax object  (NJOP) obtained from DPPKAD Pemalang and survey data in the field. Market price data that have been obtained then processed to obtain NIR. Then make the processing to find the difference between NJOP and NIR. To determine the influence of accessibility factors, statistical testing between the market price of land and the independent variables were determined.                    From the research, gained 72 Land Value Zone with the highest NIR is located in zone 66 located along Jendral Sudirman Street . While the biggest gap between NIR and NJOP amounted to 3104%. From the results of statistical tests, the accessibility factors make the influence of the market price amounted  62.2%,, which is between the independent variable on the dependent variable.  Keywords : Land Value Zone (ZNT), Indication Value  Average (NIR), Tax Object Value (NJOP), Accesibility Factor.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN DAN KOTA PEKALONGAN Oki Samuel Damanik; Bambang Sudarsono; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.988 KB)

Abstract

Memasuki era otonomi daerah pasal 18 Undang-Undang No.32 tahun 2004 yang diperbarui dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2014 pasal 27, menyatakan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya alam pada sekitar wilayah lautnya. Penentuan dan penegasan wilayah laut diatur berdasarkan dengan Permendagri No.76 Tahun 2012. Garis pantai menjadi faktor utama dalam penarikan batas pengelolaan. Tetapi keadaan garis pantai yang fluktuasi dapat berubah-ubah mengikuti kondisi alam seperti dinamika pasangsurut, abrasi dan akresi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penelitian mengenai pengaruh perubahan garis pantai terhadap batas pengelolaan wilayah laut. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan batas pengelolaan wilayah laut Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan dengan menggunakan metode kartometrik di atas peta LPI dan citra Landsat yang diamati secara time series. Citra yang digunakan menerapkan rumus BILKO dan AGSO dalam mempermudah interpretasi garis pantai. Penarikan batas pengelolaan wilayah laut dilakukan dengan prinsip equidistance ( sama jarak) untuk daerah berdampingan. Dari hasil pengamatan citra Landsat tahun 2008 sampai 2018, terjadi perubahan garis pantai di wilayah Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan dikarenakan adanya abrasi dan akresi. Perubahan garis pantai mempengaruh pada garis batas pengelolaan wilayah laut dan luas pengelolaan wilayah laut. Hal ini diperkuat dengan sampel luasan pada penerepan rumus AGSO kurun waktu tahun 2008 dan 2018  di Kabupaten Pekalongan bertambah 1.714,581 Ha, sedangkan untuk Kota Pekalongan berkurang 272,033 Ha.
Co-Authors Abdi Sukmono Abdi Sukmono, Abdi Ahmad Faishal Matazah Putra Ahmad Firdous Syifa Aisyah Arifin Aisyah Arifin Ajeng Dyah Setyowati Sri Utomo Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri Aji, Sentanu Akbar, Rizki Maulidi Akhmad Tsalist Nailuz Tsabiq Albertus Indra Bagus Cahyadi Alfian Putra Setiadarma Alfred Boni Son Simbolon Amalia Tyo, Almaas Zain Andri Suprayogi Annisa Octaviana Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arwan Putra Wijaya Ashari, Taufiq Ichsan Astriana Dewi Aulia Imania Sukma Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bela Karbea Charisma Parasandi Alfarizi Desyta Ulfiana Dwi Rini Septiani Dwi Yulinanda Pratiwi Extiana, Kiky Fajar Rudi Purwoko Farid Burhanudin Yusup Farrah - Istiqomah, Farrah - Fatihulhaq, Muhammad Aidil Fryda Arlina Mahardika GETMA LAVEMIA Grandy Loranessa Wungo Gunawan, Andreas Hana Sugiastu Firdaus Hardi Wibowo Haryo Daruwedho Hilman Djalu Sadewo Hutagalung, Christovel Mangaratua Ika Nurdianasari Imanuel Sitepu Irfan Baharudin Istighfary Abirama Cininta Iva Kusniawati Jaka Gumelar Jauhari Pangaribuan Jetri Livia Rindika Joko Wibowo Juwita Widya Qur’ani Kanti Ismawati Khofifatul Azizah Kusmaryudi, Alan Kusuma, Hafiizh Mega Laisa Usrini Laode M Sabri LAURENTIUS IMMANUEL YUDIT PRABOWO Maharditya Yoga Pramudyono Marissa Isabella Panggabean Marissa Isabella Panggabean Mavita Nabata Dzakiya Mia Aulina Moehammad Awaluddin Mohamad Jorgie Prasetyo Mohamad Rizki Ramadhan Mufid Damar Pidekso Muhammad Adnan Yusuf, Muhammad Adnan Muhammad Alimsuardi Muhammad Chairul Ikbal, Muhammad Chairul Muhammad Maulana mahardika Amfa Muhammad Nida Hakim El Wafa Muhammad Sandhi Lazuardi Nastiti Asrining Hartri Naufal Dwiakram Novia Sari Ristianti Novialis, Elly Indah Novian Nur Aziz Nugrahanto, Prasetyo Odi Nur Fajar Nafiah Nur Rizal Adhi Nugroho Nurhadi Bashit Oki Samuel Damanik Putri, Ananda Sandriana Putri, Zulfara Disnatya Anggita Rahmah, Azizah Nur Rama Aditya Wiwaha Reisnu Iman Arjiansah Rifai, Lutfi Faizal Rika Enjelina Pidu Riza Ashar Rizki Widya Rasyid Rizky Saputra Safira Devi Kirana Saraswati, Galuh Febriana Sawitri Subiyanto Setyo Ardy Gunawan Shofiyatul Qoyimah, Shofiyatul Simamora, Enggar Stefan Sindi Rahma Erwanti Tatag Abiyoso Utomo Tito Wisnu Pramono Aji Tristika Putri Tristika Putri Wahyu Gangga Wahyuddin, Yasser Widi Hapsari Wijaya, Sujiwo Pandu Wili Setiadi Wiwik Levitasari Yogi Wahyu Aji Yosevel Lyhardo Sidabutar Yudo Prasetyo