Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Majalah Farmaseutik

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP KEBERADAAN ALKALOID DALAM SIRUP FRAKSI ALKALOID Mimiek Murrukmihadi; Subagus Wahyuono; Marchaban Marchaban; Sudibyo Martono
Majalah Farmaseutik Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1938.429 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v7i1.24027

Abstract

Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai peluruh dahak secara tradisional. Telah diisolasi alkaloid dalam kembang sepatu sebagai senyawa penanda (marker) dan telah diduat sebagai sediaan sirup. Oleh karena itu perlu diteliti pengaruh suhu penyimpanan terhadap keberadaan alkaloid dalam sirup fraksi alkaloid. Fraksi alkaloid hasil fraksinasi ekstrak alkaloid dari bunga kembang sepatu dibuat sediaan sirup kemudian disimpan dalam suhu kamar, suhu 40, 55, dan 70 0C selama 4 minggu. Keberadaan alkaloid dalam sirup setelah penyimpanan ditentukan dengan KLT-Densitometri dengan menggunakan kurva baku isolat (alkaloid) hubungan antara kadar dan AUC. Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa alkaloid dalam sediaan sirup fraksi tidak dapat ditentukan secara KLT-densitometri. Harga hRf senyawa penanda pada fraksi yang telah diformulasikan dalam sediaan sirup mengalami perubahan. Dilihat dari nilai hRf yang nampak, maka senyawa penanda mengalami peningkatan polaritas.
PENGARUH PENAMBAHAN CARBOMER 934 DAN SETIL ALKOHOL SEBAGAI EMULGATOR DALAM SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOLIK BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinenis L.) TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA Staphylococcus aureus Mimiek Murrukmihadi; Rizki Ananda; Tri Utami Handayani
Majalah Farmaseutik Vol 8, No 2 (2012)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.241 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v8i2.24069

Abstract

Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan antibakteri dari alam. Bunga kembang sepatu mempunyai khasiat antiradang, antipiretik serta antivirus. Ekstrak etanolik bunga kembang sepatu dibuat sediaan krim untuk meningkatkan efektifitas terapetik serta kenyamanan saat digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan carbomer 934 dan setil alkohol sebagai emulgator dalam sediaan krim ekstrak etanolik bunga kembang sepatu terhadap sifat fisik serta pengaruhnya terhadap aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus. Bunga kembang sepatu diekstraksi dengan etanol 70% menggunakan metode maserasi. Formula krim ekstrak etanolik bunga kembang sepatu dibuat dengan perbedaan konsentrasi carbomer 934 dari setil alkohol yaitu untuk formula 1 tanpa carbomer, formula 2 (carbomer 0,15%), formula 3 (carbomer 0,30%) dan formula 4 (carbomer 0,45%). Formula 5 tanpa setil alkohol, formula 6 (setil alkohol 2,00%), formula 7 (setil alkohol 3,50%) dan formula 8 (setil alkohol 5,00%) dengan uji sifat fisik krim yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji daya sebar, dan uji daya lekat. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi padat (sumuran) dengan mengukur diameter zona hambat pada media. Sebagai kontrol positif digunakan krim gentamicin 0,1%. Data yang didapat diuji dengan korelasi regresi.Hasil menunjukkan adanya pengaruh kenaikan konsentrasi carbomer 934 tehadap sifat fisik, yaitu meningkatkan viskositas dan daya sebar serta menurunkan daya lekat krim. Pada uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa penambahan carbomer 934 menurunkan aktivitas antibakteri krim ekstrak etanolik bunga kembang sepatu. Penambahan setil alkohol meningkatkan viskositas pada konsentrasi 2% tetapi menurunkan pada 5%, daya sebar menurun pada konsentrasi 2% tetapi meningkat pada konsentrasi 5% serta daya lekat semakin menurun dan aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus semakin menurun.
FORMULASI SIRUP EKSTRAK BUNGA KEMBANG SEPATU (HIBISCUS ROSA-SINENSIS L.) VARIETAS WARNA MERAH MUDA DAN UJI AKTIVITAS MUKOLITIKNYA PADA MUKUS SALURAN PERNAFASAN SAPI SECARA IN VITRO Mimiek Murrukmihadi; Rizka Ariani; Desti Wibowo
Majalah Farmaseutik Vol 8, No 3 (2012)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.923 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v8i3.24077

Abstract

Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) banyak digunakan di masyarakat secara tradisional sebagai peluruh dahak (mukolitik). Sudah terbukti bahwa ekstrak etanolik bunga kembang sepatu varietas warna merah mempunyai aktivitas mukolitik secara in vitro dan mengandung golongan alkaloid sebagai marker. Tanaman kembang sepatu ini memiliki banyak varietas, antara lain kembang sepatu merah, putih, merah muda, dan kuning. Perbedaan varietas ini memunculkan dugaan bahwa efek mukolitik yang dihasilkan pun berbeda antar varietas. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek mukolitik yang dihasilkan varietas merah muda serta formulasinya dalam sirup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kadar ekstrak bunga kembang sepatu varietas warna merah muda dalam sirup terhadap aktivitas mukolitik secara in vitro (aktivitas pengenceran mukus) pada mukus saluran pernafasan sapi. Penelitian dilakukan dengan ekstraksi serbuk bunga kembang sepatu warna merah muda dalam etanol 70%. Sirup yang dibuat lalu diuji stabilitas fisik dan aktivitas mukolitik secara in vitro terhadap mukus sapi. Sirup tersebut dibuat dengan variasi kadar ekstrak etanolik bunga kembang sepatu dan variasi pada komposisi gliserin dan sorbitol. Data yang didapat diuji dengan Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan uji ANAVA dan uji t dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sirup ekstrak etanolik bunga kembang sepatu warna merah muda konsentrasi 1,5% dan 2,0% secara in vitro menunjukkan adanya aktivitas pengenceran mukus saluran pernafasan sapi sebanding dengan aktivitas pengenceran mukus oleh sirup asetilsistein 0,1%
PENGARUH KONSENTRASI MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PURUT (CITRUS HYSTRIX DC.) DALAM PASTA GIGI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS Tiar Rizki Hayu; Mimiek Murrukmihadi; Mutmainah Mutmainah3
Majalah Farmaseutik Vol 9, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.559 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v9i1.24104

Abstract

Penyakit karies gigi adalah suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan berkembang ke arah dalam pada gigi, diawali dengan proses demineralisasi gigi. Penyakit tersebut biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Minyak atsiri kulit buah jeruk purut memiliki kandungan utama berupa sitronellal. Senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi minyak atsiri kulit buah jeruk purut terhadap karakteristik fisik dan daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Minyak atsiri kulit buah jeruk purut yang tersedia dibuat pasta gigi dengan berbagai konsentrasi minyak atsirinya F1 (4%), F2 (6%), dan F3 (8%). Masing-masing formula dilakukan uji karakteristik fisik dan daya antibakteri Streptococcus mutans. Berdasarkan percobaan, peningkatan konsentrasi minyak atsiri kulit buah jeruk purut menurunkan nilai pH, viskositas, daya lekat, pembentukan busa, dan meningkatkan daya sebar namun tidak berpengaruh pada organoleptis dan homogenitas. Pada uji antibakteri Streptococcus mutans peningkatan konsentrasi minyak atsiri kulit buah jeruk purut meningkatkan daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans ditunjukkan dengan meningkatnya zona bening yang terbentuk yaitu F1 (12,70mm), F2 (17,49mm), dan F3 (23,44mm) tetapi uji statistik tidak menunjukkan perbedaan signifikan
PENGARUH KOMBINASI OXYBENZONE DAN OCTYL METHOXYCINNAMATE (OMC)PADA KARAKTERISTIK FISIK DAN SPF DALAM SEDIAAN KRIM TABIR SURYA Mualifah Rifiani Ela Rosita; Mimiek Murrukmihadi; Suwarmi Suwarmi
Majalah Farmaseutik Vol 10, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.585 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v10i1.24109

Abstract

Bahan UV A filter yang digunakan secara kombinasi dengan UV B filter atau filter lainnya dapat memberikan efek “broad-spectrum”. UV filter yang dapat digunakan antara lain adalah Oxybenzone (Benzophenone-3) dan Octyl methoxycinnamate (OMC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi Oxybenzone dan OMC dalam sediaan krim tabir surya terhadap karateristik fisik dan SPF. Kombinasi antara Oxybenzone dan OMC pada sediaan krim tabir surya dengan komposisi konsentrasi yaitu, F I (10:0)%, F II (6:4)%, F III (5:5)%, F IV (4:6)% dan F V (0:10)%. Krim diuji karakteristik fisik yang meliputi: oganoleptis, pH, tipe emulsi krim, viskositas, daya lekat, dan daya sebar. Penentuan efektifitas sediaan krim tabir surya dilakukan dengan pengujian nilai SPF. Data dianalisis secara deskriptif dan korelasi regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi Oxybenzone dan penurunan konsentrasi OMC, dapat meningkatkan warna kuning sediaan, viskositas, dan daya lekat serta dapat menurunkan daya sebar. Nilai SPF tertinggi terdapat pada formula dengan perbandingan Oxybenzone dan OMC (4 : 6)% yaitu sebesar 15,21.
PENGARUH VARIASI KADAR GELLING AGENT HPMC TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOLIK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L. forma citratum Back.) Hanum Pramuji Afianti; Mimiek Murrukmihadi
Majalah Farmaseutik Vol 11, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.388 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v11i2.24121

Abstract

Ekstrak etanolik daun kemangi (Ocimum basilicum L. forma citratum Back.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Sediaan gel dapat meningkatkan efektivitas dan kenyamanan dalam penggunaannya secara topikal. Sifat fisik gel yang baik tergantung dari penggunaan gelling agent. HPMC merupakan salah satu gelling agent. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi kadar gelling agent HPMC terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak etanolik daun kemangi. Metode maserasi digunakan untuk mendapatkan ekstrak dengan penyari etanol 95%. Gel diformulasikan menjadi tiga formula dengan variasi kadar HPMC 10%, 15%, dan 20% menggunakan kadar ekstrak sebesar 9,1% untuk setiap formula. Uji sifat fisik meliputi organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, dan viskositas. Aktivitas antibakteri diuji menggunakan metode difusi padat, kemudian diamati diameter zona hambat antibakteri gel. Hasil dianalisis dengan analisis korelasi-regresi, analisis deskriptif secara visual untuk sifat fisik gel, dan analisis one-way ANOVA untuk aktivitas antibakteri dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar HPMC menyebabkan gel semakin gelap, wujud semakin kental, peningkatan viskositas, peningkatan daya lekat, dan penurunan daya sebar, namun tidak mempengaruhi homogenitas dan pH gel. Pengujian antibakteri menunjukkan peningkatan kadar HPMC menghasilkan perbedaan kemampuan pelepasan zat aktif yang ditunjukkan melalui penurunan daya hambat bakteri sebesar 0,726 cm, 0,674 cm, dan 0,488 cm
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN LIPSTIK EKSTRAK ETANOLIK UMBI UBI JALAR UNGU (IPOMOEA BATATAS L.) DENGAN KOMBINASI BASIS CARNAUBA WAX DAN PARAFFIN WAX MENGGUNAKAN METODE SLD (SIMPLEX LATTICE DESIGN) Yogaswara Tawang Gumbara; Mimiek Murrukmihadi; Sri Mulyani
Majalah Farmaseutik Vol 11, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.425 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v11i3.24125

Abstract

Sifat fisik lipstik ditentukan dari basis waxes. Waxes yang sering digunakan pada pembuatan lipstik yaitu paraffin wax dan carnauba wax. Paraffin wax harus dikombinasikan dengan wax lain agar tidak menjadikan lipstik rapuh. Ekstrak etanolik umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mengandung antosianin yang berpotensi sebagai zat warna alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi komposisi paraffin wax dan carnauba wax yang memberikan formula optimum dan mengetahui sifat fisiknya. Serbuk kering umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) diekstraksi dengan etanol 96% dalam suasana asam, dikentalkan, kemudian diidentifikasi senyawa antosianin. Delapan formula lipstik menggunakan 15% ekstrak dengan variasi basis paraffin wax dan carnauba wax diuji sifat fisisnya meliputi daya kekerasan, daya lekat, titik leleh, uji pH, dan hedonik. Formula optimum didapatkan dengan metode Simplex Lattice Design. Hasil dianalisis dengan software Design Expert 9.0.3.1. Verifikasi formula optimum dilakukan dengan menguji sifat fisik yang kemudian dianalisis menggunakan one-sample t-test. Formula optimum sediaan lipstik ekstrak etanolik umbi ubi jalar ungu mengandung carnauba wax sebesar 13,51 % dan paraffin wax sebesar 11,49 % dengan sifat fisisnya yaitu, daya kekerasan sebesar 1466,67 ± 163,299 gram, titik leleh sebesar 67,67 ± 0,516oC, daya lekat sebesar 82,83 ± 7,223 detik, dan memiliki tingkat kesukaan sebesar 70,83 ± 3,764%.
Optimasi Proporsi Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose dan Titanium Dioksida dalam Formulasi Lipstik dengan Pewarna Alam Marlyn Dian Laksitorini; Veronica Intani Suherndra; Roni Ferdian; Mimiek Murrukmihadi
Majalah Farmaseutik Vol 18, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v18i2.65423

Abstract

Kandungan antosianin dalam ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose) memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam sediaan lipstik. Kulit buah naga merah memiliki berat mencapai 30-35% berat buah. Namun demikian, pemanfaatan limbah kulit buah naga sebagai sumber pewarna alam belum dieksplorasi secara maksimal. Lipstik berfungsi untuk memperindah warna bibir sekaligus sebagai pelindung bibir dari cahaya matahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proporsi ektrak kulit buah naga ( 8-10% b/b) dan titanium dioksida (5-7% b/b)agar diperoleh lipstik dengan densitas warna dan angka sun protecting factor (SPF) yang optimal. Penambahan titanium dioksida berefek positif terhadap densitas warna lipstik. Optimasi dengan Design Expert® menunjukan bahwa kombinasi ekstrak etanolik kulit buah naga merah sebesar 9,5%  dan titanium dioksida sebesar 5,5 % terhadap bobot lipstik diprediksi akan memberikan nilai densitas warna dan SPF yang paling optimum. Pembuatan produk dengan formula optimum pada skala kecil memiliki nilai SPF yang tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan nilai prediksi sedangkan densitas yang dihasilkan formula optimum sedikit lebih tinggi dari nilai prediksi. Lipstik yang dibuat menurut formula optimum memiliki titik lebur dan nilai pH  yang memenuhi syarat namun memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dan daya oles lebih rendah dari produk pembanding. Secara umum, lipstik dari formula optimum menghasilkan warna pastel merah muda. Pengembangan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami sediaan lipstik perlu disempurnakan agar diperoleh kestabilan warna ekstrak.Kata kunci: lipstik, pewarna alami, ekstrak kulit buah naga merah, formula optimum