Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Dalam Menunjang Mutu Pendidikan Di SD IT Al-Amin Sindangkasih Ciamis Mohamad Thibyan; Yat Rospia Brata; Tatang Parjaman
Jurnal Sadewa : Publikasi Ilmu Pendidikan, pembelajaran dan Ilmu Sosial Vol. 1 No. 4 (2023): November : Publikasi Ilmu Pendidikan, pembelajaran dan Ilmu Sosial
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/sadewa.v1i4.211

Abstract

Educational facilities are an important factor that must be a concern for anyone working in the world of education. In general, educational facilities include all facilities that are directly related to teaching and learning activities, for example: buildings, study rooms or classrooms, teaching aids or equipment, tables, chairs, etc. Meanwhile, infrastructure is what indirectly supports learning. Basically, educational facilities can be classified into four types, namely land, buildings, school equipment and furniture (site, building, equipment and furniture). In order for all these facilities to make a significant contribution to learning, they must be managed well. This management is better known as management, and the management in question consists of: (1) Planning, (2) Procurement, (3) Arrangement, (4) Use, (5) Supervision. In general, infrastructure is an aspect that supports the success of the work process. in service, because if these two things are not present then all the actions carried out will not be optimal as planned.
PERANAN SYEKH ABDUL WAJAH DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI GALUH IMBANAGARA (CIAMIS) PADA ABAD XVII Irfanul Hakim, Muhammad Fadlan; Brata, Yat Rospia; Budiman, Agus
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 4, No 3 (2023): OKTOBER
Publisher : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/j-kip.v4i3.11718

Abstract

Syekh Haji Abdul Wajah yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di Tatar Sunda, khususnya di Tatar Galuh. Beliau merupakan salah satu Waliyulloh keturunan Rosululloh SAW ke-29, dari ayah Syekh Khotib Muwahid dan ibu dari Nyai Raden Sembah Qudrot. Syekh Haji Abdul Wajah selain menyebarkan Islam ke Tatar Galuh, melakukan hal yang sama ke Tatar Sukapura. Perjuangan dan pengorbanannya dalam menyebarkan Islam di Tatar Galuh sangat besar karena dari tangannya banyak lahir tokoh-tokoh Galuh yang berakhlak mulia, selain itu pesantrennya juga melahirkan ulama-ulama besar pada masanya yang terus berkembang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan studi lapangan yang meliputi observasi, wawancara mendalam dengan menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menemukan bahwa Syekh H. Abdul Wajah dalam menyebarkan agama Islam menggunakan metode pendidikan pesantren dan berdakwah langsung kepada masyarakat. Melalui para penyebar inilah Islam dapat berkembang pesat di Nusantara dan Tatar Galuh. Karena Syekh Abdul Wajah, adalah seorang kiyai yang menyebarkan agama Islam di tanah Sukapura dan Galuh Ciamis, khususnya daerah pusat Imbanagara. Peran lain Syekh H. Abdul Facial adalah dalam kehidupan sosial masyarakat, beliau hidup sangat sederhana, sangat peduli terhadap lingkungan.Kata Kunci: Peranan Agama Islam, Syekh Haji Abdul Wajah, Tatar Galuh. 
NILAI NILAI KEARIFAN LOKAL KESENIAN SINTREN DI DESA JADIKARYA KEAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Musadad, Nur Anwar; Brata, Yat Rospia; Budiman, Agus
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 4, No 1 (2023): FEBRUARI
Publisher : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/j-kip.v4i1.8871

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kesenian Sintren di Desa Jadikarya Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran dan untuk mengungkapkan nilai-nilai kearifan lokal kesenian Sintren di Desa Jadikarya Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran. Metode pada penelitian ini menggunakan metode Kualitatif yaitu (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Interpretasi, dan (4) Historiografi. Pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini adalah (1) Studi Pustaka; dan (2) studi lapangan, yang terdiri dari (a) teknik observasi, (b) teknik wawancara atau interview. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesenian Sintren telah berkembang, sedangkan nilai-nilai kearifan lokal dari kesenian Sintren adalah (1) Nilai religi, (2) Nilai Sosial Kemasyarakatan. (3) Nilai Seni. (4) Nilai Sejarah. (5) Nilai Budaya. (6) Nilai Ekonomi. (7) Nilai Pengetahuan dan Pendidikan. (8) Nilai Hiburan Adapun manfaat dari hasi penelitian ini adalah sebagi bahan informasi  sejarah budaya tentang Kesenian Sintren di Desa Jadikarya Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran dan diharapkan agar masyarakat sepatutnya merasa bangga memiliki, mencintai dan selalu melestarikannya sebagai ketahanan dan entitas budaya lokal suatu daerah atau wilayah.
Perubahan Sistem Pemerintahan Kadaleman Kawasen Mendadi Desa Kawasen (1628-1811 M.) Fadilah, Fadilah; Brata, Yat Rospia; Budiman, Agus
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 4, No 2 (2023): JUNI
Publisher : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/j-kip.v4i2.8912

Abstract

ABSTRACTIn the 16th century, Kadaleman Kawasen became one of the government systems that was influenced by Mataram. The change of the kadaleman system into a village was influenced by colonial policies that spread its power to Priangan. This study aims is to describe the process of changing the Kadaleman Kawasen government system into a village named Kawasen Village and to describe the comparison of the two systems. The method is using the historical method with for steps. The first is heuristic, it means the source collection stage. The second is criticism, it means researching the source, criticism is divided into external critism and internal criticism. The third is interpretations, it means interpreting the source and the fourth is historiography, it means writing of history. Kadaleman Kawasen  that had a district level position was abolished by the colonial government for some reason. Kadaleman Kawasen runs a government system under the reign of the Mataram Kingdom hegemony. The regent gains the position and power as a minor king who reigns in his territory with inherent privilages. While the Village Government systems was from changes in colonial policies that became their superiors. The form and structure of government is determined based on the customary law of each region.   Keywords: Government, Kadaleman, Kawasen, and Village
Penguatan Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Inggris Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di MAN 3 Kabupaten Tasikmalaya Euis Yulianti R; Yat Rospia Brata; Tatang Parjaman
SOKO GURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3 No. 2 (2023): Agustus : Jurnal Ilmu Pendidikan
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/sokoguru.v3i2.2190

Abstract

This study aims to determine the implementation of pedagogic competencies in teaching and learning activities, the obstacles faced by educators in teaching and learning activities and the efforts made by educators to deal with these obstacles. This study uses a descriptive method with a qualitative approach. Qualitative research by exploring how the pedagogical competence of English teachers improves the quality of learning at MAN 3 Tasikmalaya. This study went through a research process in the form of reduction, data presentation, drawing conclusions and triangulation. The results of the study revealed that the educators had not fully mastered the characteristics of students both in terms of intellectual, emotional, physical, spiritual and moral. They are also not optimal in terms of group discussions and the use of educational media, but in the areas of academic potential analysis, effective learning and lesson planning the teacher have done well. Obstacles were also described in this study such as the lack of facilities and infrastructure that support the process of teaching and learning activities, the lack of reference book sources provided by the government, the lack of training or training held, the lack of motivation of students in learning English activities, especially in vocabulary and the understanding of educators is still low on the mastery of information technology that can support learning activities. This study also reveals efforts to overcome obstacles such as trying to maximize existing facilities and infrastructure, looking for other learning resources to add references to learning materials, trying to attend seminars or workshops organized by non-government, trying to motivate students to be more enthusiastic about participating English learning activities and continue learning to upgrade yourself to improve skills in information technology to support English learning activities. Although this research is quite detailed, qualitative research does not reach many parties due to the limited number of respondents.
Potensi Sintren Sebagai Sumber Nilai dan Spiritual Masyarakat Petani Patimuan Sudarto, Sudarto; Nurholis, Egi; Brata, Yat Rospia
Jurnal Artefak Vol 11, No 2 (2024): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ja.v11i2.16437

Abstract

Sintren sebagai seni pertunjukan tradisional warisan budaya masyarakat petani, muncul sebagai ekspresi budaya yang signifikan dalam masyarakat petani Patimuan. Artikel ini mengeksplorasi potensi kesenian Sintren sebagai sumber nilai dan spiritualitas, dengan menekankan perannya dalam identitas masyarakat, kohesi sosial, dan pengayaan spiritual. Fokus utamanya pada nilai spiritual dalam sintren, nilai budaya serta perubahan dan tantangan di era globalisasi yang makin menggerus seni tradisional tersebut. Melalui analisis kualitatif dan keterlibatan masyarakat, studi ini menyoroti bagaimana kesenian Sintren yang tidak hanya sebagai upaya melestarikan warisan budaya tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki dan tujuan tertentu di antara para petani. Berdasarkan penggalian potensinya didapatkan hasil bahwa Sintren sebagai sumber nilai dan spiritualitas masyarakat petani Patimuan, sekaligus sebagai media mentransmisikan cerita-cerita dan ajaran spiritual dari generasi ke generasi. Sebagai upaya mendidik masyarakat tentang pentingnya hidup selaras dengan norma-norma budaya dan agama.
PERANAN ABU UBAIDAH BIN JARRAH DALAM PERANG YARMUK TAHUN 636 M Brata, Yat Rospia; Gustina, Rina Dwi
Jurnal Artefak Vol 2, No 1 (2014): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.647 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i1.303

Abstract

ABSTRAKAbu Ubaidah bin jarrah r. a salah satu sahabat Nabi yang tidak  mementingkan jabatan ataupun posisi istimewa dipemerintahan, melaikan hanya menjalankan dengan kesungguhannya sebagai umat Islam. Abu Ubaidah bin Jarrah r. a merupakan sahabat Nabi yang membawa pengaruh terhadap peradaban islam dalam melakukan ekpansi wilayah di luar Arab. Sehingga menjadikan banyak daerah yang dapat dibebaskan dan kekuasaan islam semakin kuat. Atas upaya dan kesungguhannya, Alloh menjanjikan Abu Ubaidah bin Jarrah r. a. sebagai Assabiqunaal Awwalun (masuk surga). Abu Ubaidah bin Jarrah r. a. mengajarkan pentingnya berjalan di agama alloh dengan kesungguhan, keiklasan, tanpa kesombongan ataupun pamrih. Semua dijalankan berdasarkan mencari keridoan Alloh. Abu Ubaidah bin jarrah dipercaya oleh Umar bin Khttab sebagai panglima perang dalam peristiwa yarmuk tahun 636 M dimana peristiwa tersebut dimenangkan oleh umat muslim dalam penaklukan pertamanya di luar Jazirah Arab melawan Romawi Timur. Dengan strategi perang membag tentaranya menjadi lima bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Serta, karena kehebatannya sebagai panglima beliau berhasil membunuh komandan Romawi. Kata Kunci: Abu Ubaidah dan Peranga YarmukABSTRACTAbu Ubaidah bin jarrah ra one of the companions of the Prophet were not concerned with the post or privileged position the groverenment, but only run with sincerity as Muslims. Abu Ubaidah bin Jarrah ra is a companion of the Prophet who had an impact on the Islamic civilization in doing expansion outside the Arab region. So that makes a lot of areas that can be freed and Islamic power is getting stronger. The efforts and sincerity, Allah promises Abu Ubaidah bin Jarrah ra as Assabiqunaal Awwalun (go to heaven). Abu Ubaidah bin Jarrah r. a. taught the importance of walking in the religion of Allah with sincerity, keiklasan, without vanity or self-interest. All are run by looking keridoan Allah. Abu Ubaidah bin jarrah trusted by Umar bin Khttab as a warlord in the event of Yarmuk in 636 AD where the event was won by the Muslims in the first conquest beyond the Arabian Peninsula against the East. With war strategy divide army into five parts, the front, rear, right, left and center. As well, because of his prowess as a commander, he managed to kill the Roman commander. Keyword: Abu Ubaidah and Yarmuk
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL TRADISI NYAPU KABUYUTAN SITUS GUNUNG PAYUNG DESA SIRNAJAYA KECAMATAN KARANG JAYA KABUPATEN TASIKMALAYA Maulana, Fahmi; Brata, Yat Rospia; Sudarto, Sudarto
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 6, No 2 (2025): JUNI
Publisher : Faculty of Teacher Training and Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/j-kip.v6i2.19466

Abstract

Penelitian ini mengkaji hubungan antara praktik tradisi dan pelestarian lingkungan, dengan fokus pada tradisi upacara Nyapu Kabuyutan di Gunung Payung, Kecamatan Karang Jaya, Kabupaten Tasikmalaya. Meskipun penelitian sebelumnya telah mengakui nilai-nilai dalam tradisi, masih terdapat kesenjangan dalam memahami kontribusi langsung tradisi terhadap pelestarian lingkungan. Tradisi adat mencerminkan pemahaman holistik tentang lingkungan yang mendorong praktik pelestarian berkelanjutan. Upacara Nyapu Kabuyutan bertujuan untuk membersihkan objek Lingga Payung melalui ritual yang dilakukan oleh masyarakat dan pemangku adat, serta menjaga kelestarian dan keseimbangan alam untuk generasi mendatang. Penelitian ini juga menyoroti komitmen masyarakat dalam mempertahankan prinsip, aturan, nilai, dan norma yang ada untuk menjaga kearifan lokal. Dengan mengadopsi konsep Hablum minal’alam, penelitian ini mengeksplorasi harmoni kosmos dan konservasi dalam tradisi Nyapu Kabuyutan dari perspektif etnoekologi dan moral ekologi. Fokus utama penelitian ini adalah nilai kearifan lokal dalam tradisi Nyapu Kabuyutan, dengan membatasi permasalahan pada sejarah perkembangan, prosesi pelaksanaan tradisi, dan kaitannya dengan pelestarian lingkungan.
PENGARUH PENYEDERHANAAN BIROKRASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP Delevi, Grady Grifandi; Brata, Yat Rospia
Journal of Management Review Vol 9, No 7 (2025): Journal of Management Review
Publisher : Magister Manajement Studies Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyederhanaan birokrasi dan motivasi kerja terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemerintah Kabupaten Cilacap. Reformasi birokrasi melalui peralihan jabatan struktural ke fungsional memunculkan tantangan baru dalam sistem kerja pemerintahan, yang berdampak pada perubahan pola kerja, tanggung jawab, dan mekanisme penilaian kinerja. Di sisi lain, motivasi kerja menjadi faktor penting dalam mendorong optimalisasi kinerja aparatur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan hasil menunjukkan bahwa penyederhanaan birokrasi dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja PNS sebesar 79,9%. Temuan ini memberikan implikasi terhadap pentingnya penguatan kebijakan manajemen sumber daya aparatur dalam mendukung keberhasilan reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.