Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

DALIHAN NA TOLU DI RANTAU: KAJIAN PERUBAHAN DAN REKONSTRUKSI NILAI- NILAI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI MUDA IKATAN BATAK MUSLIM (IKABAMUS) LAMPUNG Yusrina, Yusrina; Nurdin, Bartoven Vivit
SOCIOLOGIE Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : SOCIOLOGIE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalihan Na Tolu is dealt live in culture that governs the relationship of family, as well as the Customs already underway hereditary which is sustained by the three powers, namely, the hula-hula, boru, dongan sabutuha. This research aims to clarify the meaning of the analysis Dalihan Na Tolu for, examines the changes and Dalihan Na Batak Tolu in Lampung. And reconstruction Dalihan Na Tolu IKABAMUS Lampung. The type of research used in this study is a qualitative method of data collection, observation and in-depth interview study documentation Technique of data analysis performed by reduction of data, presentation of data, conclusion and withdrawal. From the results of the study showed that Dalihan Na Tolu is experiencing changes that are affected by assimilation and acculturation. covert culture as a system of values is the identity (surname) and has a patrilineal people are both difficult to change. Religious beliefs in the Batak had a set according to the custom of Dalihan Na Tolu but still clinging to religion. In the Batak have some whove studied customs such as partuturan, and some custom functions that netted in the community such as Hula-hula function, boru, and dongan sabutuha. While the overt culture of physical culture, as for example the tools and objects that are useful in the Batak have objects they deem useful as ulos, science began to change as it is affected by technology and innovation, the procedures/lifestyle they are brought together to attempt to revive the Dalihan Na Tolu return to youth is done by involving youth about traditional Batak.Keywords: Change dalihan na tolu, IKABAMUS, reconstructions
MAKNA ADAT NYAMBAI DAN PERUBAHANNYA Andika, Andika; Nurdin, Bartoven Vivit
JURNAL SOSIOLOGI Vol 14, No 1 (2012)
Publisher : JURNAL SOSIOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research intend to assess nyambai tradition and the alterationon marga Liwa Lampung Barat. Lampung society culture have a unique in implementation procedures. However the implementation and nyambai tradition implementation procedures has been changes. This research in influenced by Van Gennep (1960) argument about Rites of passage and Clifford Geertz (1973) argument about meaning and symbolic. Qualitative research methods are used to understand the meaning of nyambai tradition and the changes. Location of this research carried out in the Padang Cahya village Liwa Lampung Barat. Data collection techniques were used is observasi partisipant and depth interviews. The results of this research indicate that nyambai tradition it is a constitute cultural identity, avidence the persistence of Aristocratic form of solidaritty and decency, as well as the changes status of single to marriage life. The changes that happened to the nyambai procesion is ; procedure dress up, dress motif, the tools used in nyambai procession, and nyambai process implementation. Keywords : meaning, tradition, nyambai and changes
Ritual-Ritual dalam Tradisi Ngumo: Studi tentang Kearifan Lokal pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun untuk Memelihara Lingkungan Alam Nurdin, Bartoven Vivit
Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lampung 2011 2011
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kata kunci: Ngumo, Ritual, Lingkungan Alam, Antropologi Ekologi, Lampung Pepadun
BUDAYA, PARIWISATA DAN ETHNO-ECOTOURISM: KAJIAN ANTROPOLOGI PARIWISATA DI PROVINSI LAMPUNG Nurdin, Bartoven Vivit
Sosiologi: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Sosiologi: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji antropologi pariwisata dan membangun sebuah model ethno-ecotourism yang berbasiskan pada potensi kearifan lokal untuk pengembangan pariwisata berbasiskan budaya lokal di Provinsi Lampung. Kajian –kajian pariwisata selama ini banyak didominasi oleh perspektif bidang ilmu fisik dan ekonomi, padahal kegagalan pariwisata selama ini adalah ada pada kurangnya kajian sosial-budaya yang menekankan pada aspek manusia dalam pengembangan pariwisata. Sehingga tulisan ini mencoba menganalisis secara teoritis hubungan kebudayaan, manusia dan pariwisata dalam bidang antropologi. Lampung  memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah untuk pengembangan pariwisata. Selama ini strategi pembangunan pengembangan pariwisata hanya mengandalkan potensi alam dan selalu menjagokan potensi fisik, insfrastruktur dan potensi sumber daya alam, tetapi tidak melibatkan faktor manusianya. Metode penelitian yang dilakukan adalah pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun potensi sumber daya alam sangat memiliki nilai jual pariwisata yang tinggi, namun tanpa diiringi oleh perubahan perilaku manusia tidak akan membuahkan hasil. Oleh karena itu model ethno-ecotourism berbasiskan kearifan lokal ini sangat relevan bagi pembangunan pariwisata di Provinsi Lampung, karena selama ini pengembangan wisata belum terlaksana secara maksimal. Kebijakan pembangunan pariwisata harus melakukan pendekatan holistik, karena pembangunan manusia sangat menentukan kemajuan sebuah pariwisata. Disamping itu Lampung, memiliki kearifan lokal yang sangat potensial dalam mengembangkan pariwisata.Kata kunci: Budaya, pariwisata, ethno-ecotourism, antropologi pariwisata
MARGA PUGUNG TAMPAK: STUDI KONFLIK KELUARGA DALAM SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT PESISIR UTARA LAMPUNG Riadi, Dedi Agus; Nurdin, Bartoven Vivit
Sosiologi: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya Vol 18, No 2 (2016)
Publisher : Sosiologi: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji sistem pembagian warisan di Marga Pugung Tampak dan menelusuri lebih lanjut potensi konflik keluarga yang terjadi dalam pembagian warisan di Marga Pugung Tampak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembagian warisan di Marga Pugung Tampak menggunakan sistem pewarisan mayorat, yang dimana anak Laki-laki pertama mendapatkan warisan lebih banyak dari anak-anak lainnya, sistem ini juga sudah diterapkan oleh masyarakat Marga Pugung Tampak dari sejak zaman dahulu dan belum adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Lebih lanjut, konflik yang terjadi di masyarakat berdasarkan informasi yang diberikan oleh informan dalam penelitian ini merupakan konflik yang terjadi akibat ketidaksesuaian cara berfikir masyarakat dengan sistem yang ada.Kata kunci:  Konflik keluarga, pewarisan, studi konflik
AWI BAMBAN : Merawat Pengetahuan Lokal Menjadi Potensi Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Pada Masyarakat Adat Sai Batin Keratuan Semaka Nurdin, Bartoven Vivit; Damayanti, Damayanti
Seminar Nasional FISIP Unila 2017: PROSIDING SEMINAR FISIP UNILA 2
Publisher : Seminar Nasional FISIP Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2024.846 KB)

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif yang berbasiskan pada pengetahuan lokal masyarakat. Selama ini pengetahuan lokal banyak diabaikan dan bahkan nyaris punah, padahal pengetahuan lokal memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk membangun ekonomi masyarakat. Awi bamban, adalah sebuah bambu yang hampir sama dengan alang-alang yang tidak diperdulikan oleh masyarakat saat ini terutama generasi muda. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bambu ini memiliki potensi yang besar dalam membuat kreatifitas, dahulunya bamboo ini dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam alat rumah tangga dengan motif yang unik, antik dan memiliki makna yang tinggi dalam masyarakatnya. Motif ini bisa dikembangkan untuk dilakukan inovasi dalam bentuk-bentuk lain sehingga dapat menjadi ekonomi kreatif bagi masyarakat sehingga mendatangkan pendapatan bagi masyarakat. Saat ini ide kreatif memang sangat sulit muncul dari pengetahuan lokal, ketika pengetahuan lokal itu dianggap sebagai sesuatu yang kuno, padahal perlu perawatan dan pelestarian yang mampu membangkitkan ekonomi masyarakat. Kata Kunci : Pengetahuan Lokal, Ekonomi Kreatif, dan Masyarakat Adat
Gerakan Sosial Pedagang Kaki Lima (Studi Tentang Hegemoni pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Bambu Kuning Kota Bandar Lampung) Hermanto, Dodi; Vivit Nurdin, Bartoven; Wirawan, Bintang
Humanus Vol 10, No 1 (2011)
Publisher : Pusat Kajian Humaniora FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.719 KB) | DOI: 10.24036/jh.v10i1.485

Abstract

This article is based on a research aiming to study the street vendors’ social movement in the city of Bandar Lampung, particularly in Bambu Kuning market, by using the Marxist conflict perspective. The Bandar Lampung municipal policy to sweep the street vendors has caused them to resist. This research is qualitative, using observation technique, participative observation, in-depth interviews, and library research for data collecting. There are five important discoveries in the research; 1) street vendors movement, in Marxist conflict perspective, is a resistant act both openly and closely or latent. 2) Sweeps by Bandar Lampung municipality, which is based on public agreement on certain values such as bylaws Perda No 8 Tahun 2000 which aims at the street vendors, is a form of hegemony. 3) Movement by the street vendors, both openly and latently, which is perceived as a resistance in this research, is a counter hegemony. 4) Hegemony, resistance, negotiation, and compromise are indispensable things in a conflict between the ruling class and the subject class. 5) In Bambu Kuning market, there are people who control the street vendors as well as subordinated by the Bandar Lampung municipality. They are the market thugs usually called preman. Their position in the Bambu Kuning case is in “grey area” or not clear; representing none of both the street vendors and the municipality. Key words: social movement, street vendors, hegemony, resistance
RITUAL NGEBUYU: MEMBUMIKAN PEWARIS DAN PERUBAHAN RITUAL KELAHIRAN PADA MARGA LEGUN, WAY URANG, LAMPUNG Bartoven Vivit Nurdin; Elis Febriani Jesica
SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya Vol 20 No 2 (2018): SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya
Publisher : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/sosiologi.v20i2.8

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang ngebuyu atau ngabuyu, sebuah ritual adat pada masyarakat Adat Marga Legun, Way Urang, Lampung untuk menyambut kelahiran seorang bayi. Kelahiran bayi adalah berita yang menggembirakan bagi setiap masyarakat dimanapun idealnya. Oleh karena itu hampir setiap suku bangsa di dunia memiliki ritual-ritual khusus dalam menyambut kelahiran bayi. Pada masyarakat Adat Marga Legun Way Urang, selain diadakan upacara keagamaan seperti Aqiqah, dilakukan juga ritual keadatan yaitu Ngebuyu. Ngebuyu tidak hanya sebuah proses menyambut kelahiran melainkan memiliki nilai-nilai, makna-simbol, identitas, dan status sosial yang penting dalam masyarakat adat. Penelitian ini menganalisis nilai-nilai tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai status sosial dan identitas sangat melekat pada ritual Ngebuyu. Sebagaimana masyarakat adat saibatin terikat pada kedudukan dan hierarki dalam adat. Perubahan sosial budaya banyak terjadi dalam ritual Ngebuyu, tetapi tidak merubah inti kebudayaan. Merujuk pada Van Gennep dalam rite de passage.
“BELUM MAKAN KALAU BELUM MAKAN NASI”: PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN Bartoven Vivit Nurdin; Yeni Kartini
SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya Vol 19 No 1 (2017): SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya
Publisher : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/sosiologi.v19i1.26

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang masalah-masalah sosial budaya dalam krisis ketahanan pangan di Indonesia. Masalah ketahanan pangan selama ini adalah isu sentral dalam pembangunan Indonesia, karena menyangkut kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Isu ketahanan pangan seringkali dikaitkan dengan teknologi dan peningkatan produksi pangan sebagai solusi dalam penanganannya, sehingga solusinya seringkali berupa pengendalian konversi lahan pertanian, menciptakan teknologi dan bahkan menciptakan infrastruktur baru. Padahal masalah sosial budaya merupakan isu penting dalam menanggulangi masalah ketahanan pangan. Ketahanan Pangan berkaitan dengan budaya makan masyarakat, dimana makanan bukan saja persoalan kebutuhan biologis namun merupakan persoalan kebiasaan, kebudayaan, kepercayaan dan keyakinan. Tulisan ini menganalisis sisi lain dari ketahanan pangan yang sering dilupakan para pengambil kebijakan dan peneliti, yakni perspektif sosial budaya dalam pembangunan ketahanan pangan.
NGEBETTEN Yuni Ratnasari; Bartoven Vivit Nurdin; Rescha Novita; Endry Fatimaningsih; I Gede Sidemen
SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya Vol 22 No 1 (2020): SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya
Publisher : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/sosiologi.v22i1.45

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini mengenai ngebetten, yaitu suatu proses rekontruksi identitas dalam pengambilan gelar adat (juluk adok) pada masyarakat adat Keratuan Melinting Lampung Timur. Meskipun dalam kekuatiran akan kepunahannya, namun saat ini orang berlomba-lomba lagi untuk mengambil gelar adat melalui ngebetten, meskipun bukan karena keturunan sekalipun. Prosesinya disebut dengan Bejeneng. Bejeneng merupakan salah satu rangkaian upacara pengambilan gelar adat pada masyarakat adat Keratuan Melinting Lampung. Penelitian ini sangat penting dilakukan karena dibalik kekuatiran akan kepunahan budaya Lampung, namun rekonstruksi identitas melalui pemberian gelar pada upacara adat semakin sering dilakukan. Hal ini berkaitan dengan pentingnya identitas baru bagi para komunitas tersebut. Sehingga penelitian akan difokuskan pada proses ritual ngebetten dan analisis rekonstruksi identitas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif, dengan teknik pengambilan data wawancara mendalam, pengamatan terlibat dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan triangulasi, peer review dan member check.