Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : SAJARATUN : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah

MAKNA BELIS GADING GAJAH (SUE) DALAM TRADISI PERKAWINAN ADAT BUDAYA MASYARAKAT RAJAWAWO DI DESA EMBUZOZO KECAMATAN NANGAPANDA KABUPATEN ENDE Cantikma, Adriana Sucinta; Dentis, Yosef; Kusi, Josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 2 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i2.5255

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apa Makna Belis Gading Gajah (Sue) Dalam Tradisi Perkawinan Adat Budaya Masyarakat Rajawawo Di Desa Embuzozo Kecamtan Nangapenda?. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Makna Dari Belis Gading Gajah (Sue) Dalam Tradisi Perkawinan Adat Budaya Masyarakat Rajawawo Di Desa Embuzozo Kecamtan Nangapenda Kabupaten Ende. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metodologi etnografi. Subjek penelitian terdiri dari 3 orang sebagai informan kunci dan 4 orang informan pendukung. Teknik pengumpulan data adalah: Reduksi data, Presentasi data, dan Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belis memiliki dua nilai, yaitu nilai historis dan budaya. Nilai historis dalam tradisi perkawinan adat budaya masyarakat Rajawawo merupakan salah satu tradisi yang diwariskan oleh leluhur terdahulu. Nilai budaya adalah bahwa semua masyarakat Rajawawo masih melaksanakannya tradisi peninggalan nenek moyang terdahulu. Benda yang diberikan oleh laki-laki kepada perempuan merupakan penghargaan kepada pihak perempuan. Benda tersebut berupa gading gajah, sapi, emas, dan uang yang merupakan warisan budaya leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan dari generasi ke generasi.
MAKNA SIMBOLIK MOTIF KHAS LAWO/SARUNG KELIMARA ENDE LIO Kusi, Josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 2 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i2.5280

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa makna simbol motif khas lawo/ sarung kelimara di kampung adat Wolotopo, Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan makna simbol motif khas lawo / Sarung kelimara di kampung adat Wolotopo Ndona Ende - Lio, Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi . Teknik analisis data dalam penelitian ini reduksi data, pemaparan data dan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa makna motif khas lawo/ sarung kelimara Ende –Lio adalah simbol kehidupan, kasih sayang serta cinta yang dicurahkan Tuhan adalah sumber kasih sejati kepada manusia. Selain itu mengadung makna kesuburan dan juga keindahan. Kelimara adalah salah satu lawo / sarung saat ini cukup terkenal dikalangan masyarakat Ende-Lio, hal dikarenakan motifnya yang indah, sehingga kebanyakan kaum perempuan sebagai sarung idola. Sarung lawo / sarung kelimara dikenakan pada berbagai acara seperti pesta perkawina, ritual adat, hari raya, pernikahan, dan juga busana bagi kelompok tertentu dalam membawakan suatu acara kedinasan dan acara kegiatan sosial lainnya . Keindahan lawo / sarung kelimara selain motif gunung yang indah, juga paduan aneka warna seperti warna kuning melambangkan kesuburan kaum perempuan, pratanda seorang gadis dapat dipersunting oleh seorang pemuda. Warna Putih melambangkan kesucian atau keperawanan seorang gadis. Warna merah melambangkan keberanian serta semangat kerja. Warna hitam melambangkan kekuatan, keagungan dan gagah. Warna biru tua melambangkan kebijksanaan dan dipercaya. Demikian halnya bila kaum perempuan Ende-Lio mengenakan lawo/sarung kelimara pada acara-acara tertentu nampak cantik, anggun, gagah, mempesona serta bijaksana sehingga memikat hati setiap orang yang memandangnya.
DINAMIKA MASYARAKAT NELAYAN GURITA DI KAMPUNG ARUBARA KELURAHAN TETANDARA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE Hanafiah, Azizah; Kusi, Josef; Bego, Karolus Charlaes
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1957

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Dinamika Masyarakat Nelayan Gurita di Kampung Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dinamika Masyarakat Nelayan Gurita di Kampung Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Reduksi Data, Pengumpulan Data, Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap gurita oleh masyarakat arubara mengalami perkembangan sesuai kemajuan jaman. Pada masa yang lalu nelayan gurita menggunakan anak panah dan ganco. Seiring perkembangan waktu masyarakat membuat alat tangkap gurita berupa pocong atau menggunakan beberapa alat tangkap menggunakan kain berupa gurita tiruan untuk menjadi umpan gurita. Alat tangkap berupa kain oleh komunitas gurita sering disebut pocong-pocong.
WURUMANA SEBAGAI REPRESENTASI KEARIFAN LOKAL SUKU LIO DALAM UPACARA PERKAWINAN DI DESA MA’UBASA TIMUR KECAMATAN NDORI KABUPATEN ENDE Muamalyah, Umriyah Handayani; Sulaiman, Hasti; Kusi, Josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2430

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah Bagaimana proses pelaksanaan Wurumana sebagai representasi kearifan lokal Suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende? Mengapa Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatannya deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan:pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan penarik kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan Wurumana ada 7 tahap yaitu (1) Pai Kunu (undang keluarga), (2) Deki Wurumana (penyampaian Wurumana), (3) Bou Mondo (kumpul keluaga), (4) Nelu Nika (penetapan hari perkawinan), (5) Akad nikah, (6) Mbana Tu (mengantar kedua mempelai dari rumah perempuan ke rumah laki-laki), (7) Tu Regu No’o Pata (mengantar beras, sarung, dan baju Ende Lio). Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan karena merupakan warisan nenek moyang dari dulu yang membantu perekonomian keluarga dan mempererat tali silaturahmi. Wurumana dalam ahli warisnya/ gen sangat dihormati, disantuni karena pada dasarnya manusia memiliki jiwa sosial dan tidak ada satu manusiapun yang tidak membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
MAKNA JOTO SEBAGAI NILAI BUDAYA KEARIFAN LOKAL SUKU API LEDU DI DESA WOLOLELU KECAMATAN MAUPONGGO KABUPATEN NAGEKEO Co'o, Kristina Fania; Djandon, Maria Gorety; Kusi, Josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2432

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah Apa makna Joto sebagai nilai budaya kearifan lokal Suku Api Ledu di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo? Apa fungsi Joto sebagai nilai budaya kearifan lokal Suku Api Ledu di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo?.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebudayaan yang digagas oleh Prof. M. Djojodigeno yang menegaskan bahwa kebudayaan “atau budaya” adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.Cipta yang artinya bawa kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengelamannya, Karsa yang berarti kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangkan paran”. Sedangkan rasa yang berarti kerinduan manusia akan keindahan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.Penelitian ini dilakukan di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo. Subjek yang dipilih adalah anggota suku Api Ledu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adala teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan : reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan verifikasi serta kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna Joto dibagi menjadi dua bagia yaitu makna estetika dan makna budaya. Sedangkan fungsi Joto dibagi menjadi tiga bagian yaitu fungsi religi, fungsi solidaritas dan fungsi persatuan.Makna peneliti menyimpulkan bawa Joto sebagai dasar atau pondasi dan sebagai simbol dalam suku yang dimana terdapat aturan-aturan yang sudah disepakati bersama melalui musyawarah bersama sehingga terjalin hubungan yang harmonis dalam suku.
FUNGSI RITUS GEWU DALAM TATA BERLADANG TRADISIONAL PADA MASYARAKAT DESA TENDAKINDE KECAMATAN WOLOWAE KABUPATEN NAGEKEO Sepu, Benediktus; Hoban, Nong; Kusi, Josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2442

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa fungsi ritual Gewu di Desa Tendakinde Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo?.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi ritus Gewu di Desa Tendakinde Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, panarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa fungsi ritus Gewu adalah (a) Fungsi religi: menunjukan bahwa masyarakat Tendakinde yakin dan percaya kepada wujud tertinggi (Dewa Rheta) dan leluhur (Ghae Rhade) yang telah memberi rejeki bagi masyarakat terhadap hasil panennya. (b) Fungsi persatuan: Kehadiran warga suku menyukseskan ritus Gewu merupakan ungkapan rasa persatuan dan kesatuan warga suku. (c) Fungsi solidaritas: Keterlibatan masyarakat dalam mengambil bagian pada saat upacara tu pa’a (sesajian) merupakan ungkapan atas kebersamaan. (d) Fungsi budaya: Pelaksanaan ritus Gewu seperti tu pa’a (acara sesajian) dan hiburan misalnya siram menyiram antara laki-laki dan perempuan sebagai tanda syukuratas hasil panen yang melimpah.
PROBLEMATIKA PERKAWINAN USIA DINI (STUDI KASUS DI DESA NGGESA BIRI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE) Badhi, Maria Katarina; Kusi, Josef; Bego, Karolus Charlaes
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 1 (2023): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i1.2892

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1). Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya problematika Perkawinan Usia Dini. 2). Bagaimana tanggapan orang tua, adat, lembaga, dan masyarakat terkait venomena Perkawinan Usia Dini. 3). Bagaimana upaya gereja dalam mengatasi perkawinan usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya problematika perkawinan usia dini. 2). Untuk mengetahui tanggapan orang tua, adat, lembaga, dan masyarakat terkait venomena perkawinan usia dini. 3). Mampu mengetahui upaya gereja dalam mengatasi perkawinan usia dini. penelitian ini menggunakan metode penelitian deskrriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang dipercaya untuk memberikan informasi dalam mendukung proses penelitian yakni pemerintah desa Nggesa Biri serta Masyarakat Desa Nggesa Biri. pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. teknik analisas data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, analisas data, pemaparan data, penarikan kesimpulan. hasil penelitian menunjukan bahwa pendorong terjadinya perkawinan pada usia dini di Desa Nggesa Biri adalah 1.)faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor pendidikan, faktor pergaulan dan faktor kemauan diri sendiri. 2.) Perkawinan usia dini menurut orang tua, perkawinan usia dini belum cukup umur tidaklah baik tidak ada keharmonisan dalam berrumah tangga, terjadi keributan, masalah ekonomi, dan perselingkuhan. 3). Gereja tidak melarang para remaja untuk menikah pada usia muda tetapi pada umumnya mereka harus terlebih dahulu memintah nasehat dan persetujuan dari orang tua, selain karena rasa hormat, juga karena nasehat mereka akan sangat berguna dan dibutuhkan untuk memasuki dunia hidup berkeluarga.
PROSESI UPACARA ADAT NEMPUNG DI MANGGARAI DESA KAKOR KECAMATAN RUTENG KABUPATEN MANGGARAI Asni Anggur, Maria; Kusi, Josef; Seto Se, Bonaventura R.
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 2 (2023): Sajaratun. Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i2.3622

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam peneliti ini adalah Bagaimana proses pelaksanaan upacara Adat Nempung di Desa Kakor Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai ? Apa makna dan nilai yang terkandung dalam Prosesi Upacara Adat Nempung di Desa Kakor Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. yakni dengan mewawancarai beberapa narasumber khususnya di desa Kakor, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Pengambilan data dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis daa yang digunakan dalam penelitian ini adalah : reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebudayaan menurut Koentjaranigrat yakni kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum upacara adat Nempung dilaksanakan tahapan – tahapan yang pertama tahap perkenalan, pertemuan orang tua, memberi makan para leluhur, dan meminang. Upacara Nempung merupakan puncak pengukuhan dalam upacara perkawinan adat masyarakat Manggarai juga merupakan bentuk kebudayaan yang secara khusus menyoroti salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia yaitu perkawinan. Karena tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera lahir batin. Dalam upacara Nempung, terdapat gagasan tentang kesatuan antara yang jasmani dan spiritual. Mempelai dan keluarga besar mewakili aspek jasmani, sedangkan para leluhur mewakili aspek spiritual. Upacara nempung juga mempertegas pengakuan atas perkawinan sebagai institusi sosial yang bermartabat. Artinya, Ketika upacara Nempung diadakan, maka secara legal-sosial, perkawinan itu diakui. Makna dan nilai yang terkandung dalam upacara Nempung.
SEJARAH PENDIDIKAN SEKOLAH ATAS KATOLIK SYURADIKARA DALAM PERSPEKTIF KARYA MISI SVD Ola Tei, Martin De Porres; Roe, Yosef Tomi; Kusi, josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 6 No 1 (2021): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v6i1.3827

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara Dalam Perspektif Karya Misi SVD. Dengan demikian masalah yang ditelaah adalah (1) bagaimana Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara Dalam Perspektif Karya Misi SVD dan (2) apa tujuan misionaris SVD membangun Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara? Adapun tujuan penelitian ini ialah mengetahui Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara Dalam Perspektif Karya Misi SVD dan mengetahui tujuan misionaris SVD membangun Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik dasar dan lanjutan kedua metode ini ialah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori gerak siklus sejarah. Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara umumnya berupa pembangunan gedung Syuradikara, peresmian Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara, dan visi, misi, serta tujuan sekolah. (2) Tujuan misionaris SVD membangun Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (generasi muda) manusia Nusa Tenggara Timur dalam konteks misi Ad Gentes yang artinya tanggung jawab Gereja terhadap keselamatan bangsa-bangsa, dan menggalang dialog melalui catur matra dialog profetis dengan agama lain, budaya lain, orang kecil, dan lingkungan hidup atau alam ciptaan dengan keempat dimensi hakiki yang menjadi prioritas SVD yakni: kerasulan kitab suci, animasi misi, keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.