Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Cermin Dunia Kedokteran

Metilasi Promoter Gen BRCA1 dan Pengaruhnya terhadap Karakteristik Kanker Payudara Premenopausal Sporadik Etnis Minang Harahap, Wirsma Arif; Khambri, Daan; Arisanty, Dessy; -, Yanwirasti; Mubarika, Sofia
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 3 (2015): Nyeri
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.314 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i3.1031

Abstract

Karsinoma payudara sporadik merupakan kanker yang paling sering pada wanita premenopause etnis Minang. Terdapat perbedaan faktor risiko dan karakteristik tumor jika dibandingkan dengan pasien Kaukasian. Diduga faktor metilasi pada promoter BRCA1 berperan dalam kejadian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kejadian metilasi promoter gen BRCA1 pada pasien kanker payudara premenopause sporadik etnis Minang. Penelitian menggunakan metoda deskriptif analitik pemeriksaan metilasi dengan teknik Bisulfit PCR pada promoter gen BRCA1 pada 43 jaringan kanker payudara sporadik usia premenopause etnis Minang yang diobati di RS M Jamil Padang. Faktor prognosis yang diperiksa adalah stadium, gradasi tumor, indeks mitosis, dan pemeriksaan imunohistokimia (Er,Pr,HER2,Ki67). Didapatkan 35 pasien kanker payudara yang memenuhi syarat, dengan perincian: 17,2% stadium II, 71,4% stadium III, dan 11,4% stadium IV. Subtipe adalah Luminal A 16 orang (17,1%), Luminal B 9 orang (25,7 %), HER2 3 orang (8,6%) dan TNBC 17 orang (48,6%). Metilasi pada jaringan kanker didapatkan pada 21 pasien (60 %). Metilasi berhubungan dengan derajat proliferasi tinggi (Ki67 >14%), stadium lanjut, dan subtipe jenis TNBC. Kanker payudara dengan metilasi pada promoter gen BRCA1 memiliki prognosis lebih buruk. Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat dampak klinis obat anti-metilasi pada penderita KPD dengan metilasi pada promoter BRCA1. Sporadic breast carcinoma is the most common cancer among premenopausal Minang ethnic women. There are differences of risk factors and tumor characteristics compared with Caucasian patients. It was assumed that promoter methylation in BRCA1 plays a role in this differences. This descriptive analytic study aimed to describe the incidence of promoter methylation in the BRCA1 gene in sporadic premenopausal ethnic Minang breast cancer patients. This research used methylation with bisulfate PCR technique method in the BRCA1 promoter in 43 sporadic premenopausal ethnic Minang breast cancer patients at M Djamil Hospital Padang. Stage, tumor grading, mitotic index, and immunohistochemical examination (Er, Pr, HER2, Ki67) are examined prognostic factor. Among eligible 35 breast cancer patients, 17.2% are stage II, 71.4% are stage III and 11.4% are stage IV. Cancer subtypes were Luminal A in 16 patients (17.1%), Luminal B in 9 patients (25.7%), HER2 in 3 patients (8.6%), and TNBCin 17 patients (48.6%). Methylation in cancer tissue was found in 21 patients (60%). Methylation associated with a high degree of proliferation (Ki67>14%), advanced stage and type of TNBC subtypes. Breast cancer with promoter methylation in the BRCA1 gene have a worse prognosis. Further research is needed to study the clinical impact of antimethylation in breast cancer patients with BRCA1 promoter methylation.
Hasil Pengobatan Adjuvan Tamoksifen pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. M. Djamil Padang Fadhil, Muhammad; Harahap, Wirsma Arif; Rusnita, Dewi
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 12 (2019): Kardiovaskular
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.672 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v46i12.395

Abstract

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak pada perempuan di dunia. Pada beberapa dekade terakhir, pengobatan adjuvan tamoksifen banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi disease-free survival, survival rate dan efek samping pengobatan tamoksifen. Penelitian deskriptif retrospektif pada bulan September hingga Desember 2016 di RSUP Dr. M. Djamil Padang menggunakan data sekunder 100 sampel dari rekam medik bagian Bedah Onkologi RSUP Dr. M. Djamil Padang dan data primer melalui wawancara. Analisis secara univariat dan metode Kaplan-Meier. Hasil penelitian ini didapatkan kelompok usia terbanyak adalah 50-59 tahun dengan rerata 52,3 tahun. Disease-free survival 5 tahun adalah 0,727 dan survival rate 5 tahun adalah 0,777. Efek samping paling banyak adalah hot-flashes 65%. Terdapat hubungan antara efek samping pengobatan tamoksifen dengan disease free survival dengan nilai p=0,001 (p < 0,05) kekuatan hubungan sedang (r=0,376).Breast cancer is the most commonly diagnosed cancer among women worldwide. For the last few decades, adjuvant tamoxifen is the most preferred therapy. This research aims to evaluate the disease-free survival, survival rate, and side effects of tamoxifen therapy. This retrospective descriptive research was conducted in September until December 2016 at Dr. M. Djamil Padang Hospital using 100 secondary data samples from medical records of Surgical Oncology Dept., Dr. M. Djamil Padang Hospital and primary data through interviews. Univariate analysis and Kaplan-Meier method are used. The result shows that the largest age group is 50-59 years old with average 52,3 years old. The 5-year disease-free survival is 0,727 and 5-year survival rate is 0,777, the most frequent side effect is hot flashes 65%. There is medium strength of the relationship (r = 0,376) between side effects of tamoxifen treatment with disease free survival (p = 0,001 <0,05). 
Rekonstruksi Pectoralis Major Myocutaneuos Flap untuk Defek Operasi Kanker Tiroid ., Oktahermoniza; Suyuthie, Heldrian Dwinanda; Oktavenra, Ari; Nora, Sondang; Khambri, Daan; Harahap, Wirsma Arif; Rustam, Rony; ., Azamris
Cermin Dunia Kedokteran Vol 49, No 1 (2022): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.487 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v49i1.1645

Abstract

Latar Belakang: Pembedahan kanker daerah kepala dan leher umumnya menimbulkan defek luas dan biasanya memerlukan flap. Meskipun free flap saat ini merupakan gold standard untuk rekonstruksi daerah kepala leher, pectoralis major myocutaneous flap (PMMC) masih digunakan. Kasus: Perempuan usia 47 tahun, dengan kanker tiroid papiler T4aN0M0 dengan ulserasi di kulit leher, menjalani tiroidektomi total dan defek operasi direkonstruksi dengan pectoralis major myocutaneous flap. Hasil rekonstruksi dapat diterima secara fungsional dan estetik. Tidak ada komplikasi hematom ataupun abses post operasi. Simpulan: Pectoralis major myocutaneous flap masih merupakan salah satu metode utama untuk rekonstruksi operasi kepala leher dan dapat diterima secara fungsional dan estetik jika free flap tidak dapat dilakukan. Background: Surgery for head and neck cancer generally leaves a wide defect that usually needed a flap. Although free flap is currently the gold standard for reconstruction of the head and neck, the pectoralis major myocutaneous flap is still popularly used. Case: A 47-year old female with thyroid carcinoma, underwent total thyroidectomy and the surgical defect was reconstructed with pectoralis major myocutaneous flap. The results were viable, functional, and aesthetically acceptable. No postoperative complications such as hematoma or abscess observed. Conclusion: Pectoralis major myocutaneous flap was still one of the main methods for head and neck reconstruction surgery. 
Metilasi Promoter Gen BRCA1 dan Pengaruhnya terhadap Karakteristik Kanker Payudara Premenopausal Sporadik Etnis Minang Wirsma Arif Harahap; Daan Khambri; Dessy Arisanty; Yanwirasti -; Sofia Mubarika
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 3 (2015): Nyeri
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v42i3.1031

Abstract

Karsinoma payudara sporadik merupakan kanker yang paling sering pada wanita premenopause etnis Minang. Terdapat perbedaan faktor risiko dan karakteristik tumor jika dibandingkan dengan pasien Kaukasian. Diduga faktor metilasi pada promoter BRCA1 berperan dalam kejadian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kejadian metilasi promoter gen BRCA1 pada pasien kanker payudara premenopause sporadik etnis Minang. Penelitian menggunakan metoda deskriptif analitik pemeriksaan metilasi dengan teknik Bisulfit PCR pada promoter gen BRCA1 pada 43 jaringan kanker payudara sporadik usia premenopause etnis Minang yang diobati di RS M Jamil Padang. Faktor prognosis yang diperiksa adalah stadium, gradasi tumor, indeks mitosis, dan pemeriksaan imunohistokimia (Er,Pr,HER2,Ki67). Didapatkan 35 pasien kanker payudara yang memenuhi syarat, dengan perincian: 17,2% stadium II, 71,4% stadium III, dan 11,4% stadium IV. Subtipe adalah Luminal A 16 orang (17,1%), Luminal B 9 orang (25,7 %), HER2 3 orang (8,6%) dan TNBC 17 orang (48,6%). Metilasi pada jaringan kanker didapatkan pada 21 pasien (60 %). Metilasi berhubungan dengan derajat proliferasi tinggi (Ki67 >14%), stadium lanjut, dan subtipe jenis TNBC. Kanker payudara dengan metilasi pada promoter gen BRCA1 memiliki prognosis lebih buruk. Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat dampak klinis obat anti-metilasi pada penderita KPD dengan metilasi pada promoter BRCA1. Sporadic breast carcinoma is the most common cancer among premenopausal Minang ethnic women. There are differences of risk factors and tumor characteristics compared with Caucasian patients. It was assumed that promoter methylation in BRCA1 plays a role in this differences. This descriptive analytic study aimed to describe the incidence of promoter methylation in the BRCA1 gene in sporadic premenopausal ethnic Minang breast cancer patients. This research used methylation with bisulfate PCR technique method in the BRCA1 promoter in 43 sporadic premenopausal ethnic Minang breast cancer patients at M Djamil Hospital Padang. Stage, tumor grading, mitotic index, and immunohistochemical examination (Er, Pr, HER2, Ki67) are examined prognostic factor. Among eligible 35 breast cancer patients, 17.2% are stage II, 71.4% are stage III and 11.4% are stage IV. Cancer subtypes were Luminal A in 16 patients (17.1%), Luminal B in 9 patients (25.7%), HER2 in 3 patients (8.6%), and TNBCin 17 patients (48.6%). Methylation in cancer tissue was found in 21 patients (60%). Methylation associated with a high degree of proliferation (Ki67>14%), advanced stage and type of TNBC subtypes. Breast cancer with promoter methylation in the BRCA1 gene have a worse prognosis. Further research is needed to study the clinical impact of antimethylation in breast cancer patients with BRCA1 promoter methylation.
Hasil Pengobatan Adjuvan Tamoksifen pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. M. Djamil Padang Muhammad Fadhil; Wirsma Arif Harahap; Dewi Rusnita
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 12 (2019): Kardiovaskular
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i12.395

Abstract

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak pada perempuan di dunia. Pada beberapa dekade terakhir, pengobatan adjuvan tamoksifen banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi disease-free survival, survival rate dan efek samping pengobatan tamoksifen. Penelitian deskriptif retrospektif pada bulan September hingga Desember 2016 di RSUP Dr. M. Djamil Padang menggunakan data sekunder 100 sampel dari rekam medik bagian Bedah Onkologi RSUP Dr. M. Djamil Padang dan data primer melalui wawancara. Analisis secara univariat dan metode Kaplan-Meier. Hasil penelitian ini didapatkan kelompok usia terbanyak adalah 50-59 tahun dengan rerata 52,3 tahun. Disease-free survival 5 tahun adalah 0,727 dan survival rate 5 tahun adalah 0,777. Efek samping paling banyak adalah hot-flashes 65%. Terdapat hubungan antara efek samping pengobatan tamoksifen dengan disease free survival dengan nilai p=0,001 (p < 0,05) kekuatan hubungan sedang (r=0,376).Breast cancer is the most commonly diagnosed cancer among women worldwide. For the last few decades, adjuvant tamoxifen is the most preferred therapy. This research aims to evaluate the disease-free survival, survival rate, and side effects of tamoxifen therapy. This retrospective descriptive research was conducted in September until December 2016 at Dr. M. Djamil Padang Hospital using 100 secondary data samples from medical records of Surgical Oncology Dept., Dr. M. Djamil Padang Hospital and primary data through interviews. Univariate analysis and Kaplan-Meier method are used. The result shows that the largest age group is 50-59 years old with average 52,3 years old. The 5-year disease-free survival is 0,727 and 5-year survival rate is 0,777, the most frequent side effect is hot flashes 65%. There is medium strength of the relationship (r = 0,376) between side effects of tamoxifen treatment with disease free survival (p = 0,001 <0,05). 
Rekonstruksi Pectoralis Major Myocutaneuos Flap untuk Defek Operasi Kanker Tiroid Oktahermoniza .; Heldrian Dwinanda Suyuthie; Ari Oktavenra; Sondang Nora; Daan Khambri; Wirsma Arif Harahap; Rony Rustam; Azamris .
Cermin Dunia Kedokteran Vol 49, No 1 (2022): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v49i1.1645

Abstract

Latar Belakang: Pembedahan kanker daerah kepala dan leher umumnya menimbulkan defek luas dan biasanya memerlukan flap. Meskipun free flap saat ini merupakan gold standard untuk rekonstruksi daerah kepala leher, pectoralis major myocutaneous flap (PMMC) masih digunakan. Kasus: Perempuan usia 47 tahun, dengan kanker tiroid papiler T4aN0M0 dengan ulserasi di kulit leher, menjalani tiroidektomi total dan defek operasi direkonstruksi dengan pectoralis major myocutaneous flap. Hasil rekonstruksi dapat diterima secara fungsional dan estetik. Tidak ada komplikasi hematom ataupun abses post operasi. Simpulan: Pectoralis major myocutaneous flap masih merupakan salah satu metode utama untuk rekonstruksi operasi kepala leher dan dapat diterima secara fungsional dan estetik jika free flap tidak dapat dilakukan. Background: Surgery for head and neck cancer generally leaves a wide defect that usually needed a flap. Although free flap is currently the gold standard for reconstruction of the head and neck, the pectoralis major myocutaneous flap is still popularly used. Case: A 47-year old female with thyroid carcinoma, underwent total thyroidectomy and the surgical defect was reconstructed with pectoralis major myocutaneous flap. The results were viable, functional, and aesthetically acceptable. No postoperative complications such as hematoma or abscess observed. Conclusion: Pectoralis major myocutaneous flap was still one of the main methods for head and neck reconstruction surgery. 
Rekonstruksi Pectoralis Major Myocutaneuos Flap untuk Defek Operasi Kanker Tiroid Oktahermoniza; Heldrian Dwinanda Suyuthie; Ari Oktavenra; Sondang Nora; Daan Khambri; Wirsma Arif Harahap; Rony Rustam; Azamris
Cermin Dunia Kedokteran Vol 49 No 1 (2022): Bedah
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v49i1.189

Abstract

Latar Belakang: Pembedahan kanker daerah kepala dan leher umumnya menimbulkan defek luas dan biasanya memerlukan flap. Meskipun free flap saat ini merupakan gold standard untuk rekonstruksi daerah kepala leher, pectoralis major myocutaneous flap (PMMC) masih digunakan. Kasus: Perempuan usia 47 tahun, dengan kanker tiroid papiler T4aN0M0 dengan ulserasi di kulit leher, menjalani tiroidektomi total dan defek operasi direkonstruksi dengan pectoralis major myocutaneous flap. Hasil rekonstruksi dapat diterima secara fungsional dan estetik. Tidak ada komplikasi hematom ataupun abses post operasi. Simpulan: Pectoralis major myocutaneous flap masih merupakan salah satu metode utama untuk rekonstruksi operasi kepala leher dan dapat diterima secara fungsional dan estetik jika free flap tidak dapat dilakukan. Background: Surgery for head and neck cancer generally leaves a wide defect that usually needed a flap. Although free flap is currently the gold standard for reconstruction of the head and neck, the pectoralis major myocutaneous flap is still popularly used. Case: A 47-year old female with thyroid carcinoma, underwent total thyroidectomy and the surgical defect was reconstructed with pectoralis major myocutaneous flap. The results were viable, functional, and aesthetically acceptable. No postoperative complications such as hematoma or abscess observed. Conclusion: Pectoralis major myocutaneous flap was still one of the main methods for head and neck reconstruction surgery.
Hasil Pengobatan Adjuvan Tamoxifen pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. M. Djamil Padang Muhammad Fadhil; Wirsma Arif Harahap; Dewi Rusnita
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46 No 12 (2019): Kardiovakular
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i12.392

Abstract

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak pada perempuan di dunia. Pada beberapa dekade terakhir, pengobatan adjuvan tamoxifen banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi disease-free survival, survival rate, dan efek samping pengobatan tamoxifen. Penelitian deskriptif retrospektif pada bulan September hingga Desember 2016 di RSUP Dr. M. Djamil Padang menggunakan data sekunder 100 sampel dari rekam medik bagian Bedah Onkologi RSUP Dr. M. Djamil Padang dan data primer melalui wawancara. Analisis dilakukan secara univariat dan metode Kaplan-Meier. Hasil penelitian ini didapatkan kelompok usia terbanyak adalah 50-59 tahun dengan rata-rata 52,3 tahun. Disease-free survival 5 tahun adalah 0,727 dan survival rate 5 tahun adalah 0,777. Efek samping paling banyak adalah hot flush (65%). Terdapat hubungan antara efek samping pengobatan tamoxifen dan disease free survival dengan nilai p=0,001 (p < 0,05) kekuatan hubungan sedang (r=0,376). Breast cancer is the most commonly diagnosed cancer among women worldwide. For the last few decades, adjuvant tamoxifen is the most preferred therapy. This research aims to evaluate the disease-free survival, survival rate, and side effects of tamoxifen therapy. This retrospective descriptive research was conducted in September until December 2016 at Dr. M. Djamil Padang Hospital using 100 secondary data samples from medical records of Surgical Oncology Dept., Dr. M. Djamil Padang Hospital and primary data through interviews. Univariate analysis and Kaplan-Meier method are used. The result shows that the largest age group is 50-59 years old with average 52.3 years old. The 5-year disease-free survival is 0.727 and 5-year survival rate is 0.777, the most frequent side effect is hot flush (65%). There is medium strength of the relationship (r = 0.376) between side effects of tamoxifen treatment with disease-free survival (p = 0.001 <0.05).