AbstrakPedesaan di Indonesia terus menghadapi tantangan signifikan terkait tingkat kemiskinan yang masih tinggi. Hingga tahun 2020, data menunjukkan bahwa wilayah pedesaan menyumbang sekitar 12,82% tingkat kemiskinan, sedangkan di perkotaan hanya sebesar 7,28%. Terdapat optimisme terkait potensi pembangunan pedesaan yang efektif, mengingat kedekatan pedesaan dengan sumber daya alam nasional. Salah satu aspek penting dalam pembangunan desa adalah inklusi sosial, yang menekankan pemenuhan hak-hak masyarakat, pemerataan ekonomi, partisipasi, dan pemberdayaan masyarakat. Fokus utama saat ini adalah pengembangan wilayah pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil. Peran kepemimpinan, terutama model kepemimpinan inklusif-kooptatif, semakin mendapat perhatian. Penelitian ini menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Metode ini bukan hanya untuk pengumpulan data, tetapi juga sebagai alat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, memperkuat kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan positif. Konsep struktur sosial dalam masyarakat tradisional Kulawi mencerminkan evolusi dalam kepemimpinan, khususnya melalui pendekatan inklusi-kooptatif. Meskipun ada konflik dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, terlihat bahwa inklusi sosial di pedesaan memiliki dampak positif pada pengentasan kemiskinan. Pendekatan ini menciptakan lingkungan inklusif yang memungkinkan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, memastikan keberlanjutan pengembangan ekonomi dan sosial. Adopsi model kepemimpinan inklusif-kooptatif menjadi kunci untuk menggerakkan pembangunan pedesaan yang efektif, efisien, merata, dan berkeadilan. Kata kunci: kepemimpinan, pembangunan desa, inklusi kooptative AbstractRural areas in Indonesia continue to face significant challenges related to high levels of poverty. Until 2020, data shows that rural areas account for around 12.82% of the poverty rate, while in urban areas it is only 7.28%. There is optimism regarding the potential for effective rural development, considering the proximity of villages to national natural resources. One important aspect of village development is social inclusion, which emphasizes fulfilling community rights, economic equality, participation and community empowerment. The main focus currently is the development of rural areas to improve the welfare of people in remote areas. The role of leadership, especially the inclusive-cooptative leadership model, is receiving increasing attention. This research uses the Focus Group Discussion (FGD) method. This method is not only for data collection, but also as a tool for education and community empowerment, strengthening community capacity and participation in planning and implementing positive activities. The concept of social structure in traditional Kulawi society reflects the evolution in leadership, especially through an inclusive-cooptative approach. Even though there are conflicts in carrying out leadership functions, it appears that social inclusion in rural areas has a positive impact on poverty alleviation. This approach creates an inclusive environment that allows active participation of all components of society, ensuring sustainable economic and social development. Adoption of an inclusive-cooptative leadership model is the key to driving effective, efficient, equitable and just rural development. Keywords: leadership, village development, co-optative inclusion