Claim Missing Document
Check
Articles

KAJIAN TERHADAP KAVITASI DAN PRESSURE DROP PADA BUKAAN CONTROL VALVE TIPE GLOBE VALVE DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) Anisa Aulia; Nasrul ZA; Novy Sylvia; Lukman Hakim; Syamsul Bahri
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 4 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - April 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i4.5874

Abstract

Kavitasi adalah pembentukan uap dalam suatu aliran fluida sebagai akibat turunnya tekanan pada saat temperature konstan. Fenomena ini sangat berbahaya dan diketahui sebagai fenomena yang bersifat merusak pada bagian-bagian penting instrumen dalam sebuah proses diantaranya control valve yang bila sangat tinggi akan mengakibatkan valve menjadi getas dan akhirnya pecah. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan munculnya Kavitasi seperti turunnya tekanan mencapai tekanan uap, besarnya pressure drop, dan kecilnya downstream pressure. Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan proses yaitu proses pembuatan geometri valve pada fusion 360 kemudian tahapan simulasi menggunakan CFD 2015 (Computational Fluid Dynamics) terakhir melakukan analisa Anova pada RSM DX-7. Pada laporan penelitian ini  dihasilkan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap fenomena kavitasi pada control valve, yaitu nilai indeks kavitasi, penurunana Tekanan dan Nilai Renold Number. Dari penelitian ini juga diperoleh rekomendasi atau saran mengenai tindakan yang harus dilakukan jika control valve terkena kavitasi serta bukaan valve terbaik untuk mencegah kavitasi pada control valve tipe Globe valve, untuk memudahkan penelitian Maka dilakukan simulasi menggunakan RSM (Respon Surface Metodology) dimana RSM menyediakan lima variasi presentase bukaan valve yaitu 50 %, 55,8579 %, 70 %, 84,1421%, dan 90 %. Setelah melalukan penelitian dengan menggunakan autodesk  CFD didapatkan nilai kavitasi terbesar pada bukaan 50 % dengan tekanan masuk 4 bar yaitu sebesar 28,9065 dengqn pressure drop sebesar 2,61625 bar dan Reynold Number sebesar 877341. Untuk nilai kavitasi terendah didapatkan pada bukaan valve 90 % dengan tekanana awal sebesar 4 bar kavitasi yang diperoleh sebesar 21.2878 penurunan tekanan sebesar 0,59465 bar dengan bilangan Reynold Number sebesar 754043. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kavitasi paling besar berpotensi terjadi pada presentasi bukaan yang lebih kecil dengan tekanan awal yang kecil, ini terjadi karena besarnya pressure drop yang terjadi yang melebihi tekanan uapnya.
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN BIDURI (Calotropis gigantae) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA LUNAK (Mild Steel) DALAM BERBAGAI MEDIUM KOROSIF Alfathan Anshori; Ishak Ishak; Jalaluddin Jalaluddin; Syamsul Bahri; Zulnazri Zulnazri
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 3 (2021): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Desember 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i3.5662

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan inhibitor daun biduri (Calotropis gigantea) pada baja karbon rendah (mild steel), untuk menganalisa pengaruh konsentrasi inhibitor dari ekstrak daun biduri terhadap berbagai medium korosif yaitu air laut, HNO3 0,1 N dan CH3COOH 0,1 N dan untuk menganalisa pengaruh berbagai medium korosif terhadap laju korosi baja karbon, untuk menganalisa pengaruh konsentrasi inhibitor dari ekstrak daun biduri terhadap laju korosi. Laju korosi dihitung dengan menggunakan metode kehilangan berat. Konsentrasi inhibitor yang digunakan yaitu 0 ppm (kondisi blanko), 200 ppm, 250 ppm, 300 ppm dan 350 ppm. Lama perendaman dijadikan sebagai variabel tetap yaitu selama 30 hari. Hasil kajian menunjukkan bahwa ekstrak daun biduri dapat digunakan sebagai bio-inhibitor korosi pada plat baja lunak (mild steel). Laju korosi terendah yaitu pada medium korosif air laut dengan penambahan konsentrasi inhibitor sebanyak 400 ppm yaitu sebesar 8,374 mpy, sedangkan laju korosi tertinggi yaitu pada medium korosif asam nitrat (HNO3) 0,1 N dengan tanpa adanya penambahan konsentrasi inhibitor yaitu sebesar 31,013 mpy. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tanin dari ekstrak daun biduri dapat mengurangi laju korosi.
Ekstraksi Kulit Batang Nangka menggunakan Air untuk Pewarna Alami Tekstil Syamsul Bahri
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 8, No 2 (2019): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2019
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v8i2.2683

Abstract

AbstakKulit batang nangka mengandung zat warna yang dapat dijadikan sebagai  sumber bahan pewarna yang dapat di ekstraksi dengan metode ekstraksi padat-cair, dengan menggunakan pelarut  air. Variabel yang digunakan  yaitu temperatur 25˚C, 50˚C, 75˚C dan 100˚C dan waktu ekstraksi yaitu 1, 2, 3 dan 4 jam, ukuran serbuk kulit batang nangka 30 mesh, 40 mesh dan 50 mesh. Perbandingan zat pelarut air adalah 1:10. Untuk membentuk serbuk zat warna, larutan hasil ekstraksi dikeringkan dalam oven pada temperatur 105˚C selama 3 jam. Sedangkan kenaikan waktu ekstraksi tidak mempengaruhi kenaikan endapan zat warna secara signifikan. Kadar zat warna maksimum diperoleh pada kondisi proses suhu ekstraksi 100˚C dan waktu ekstraksi 4 jam yaitu sebesar 1.90 gram. Warna yang dihasilkan coklat muda sampai coklat tua. Intensitas warna  yang paling gelap diperoleh adalah pada temperatur 75˚C pada waktu 3 jam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur ekstraksi mempengaruhi kenaikan zat warna yang dihasilkan.Kata kunci : kulit batang nangka, ekstraksi, evaporasi, pencelupan
PEMURNIAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI BIJI SALAK (Salacca Zalacca) SEBAGAI ADSORBEN ALAMI DENGAN AKTIVATOR H2SO4 Dinda Robiatul Al Qory; Zainuddin Ginting; Syamsul Bahri
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 10, No 2 (2021): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v10i2.4727

Abstract

Jumlah produksi minyak jelantah di Indonesia telah mencapai 4 juta ton/tahun. Karbon aktif merupakan suatu bahan berkarbon dengan luas permukaan dalam yang sangat tinggi dan mempunyai sifat sebagai penyerap, dan berkemampuan tinggi sebagai penyerap bahan kimia. Biji salak mengadung selulosa dan senyawa aktif lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai karbon aktif dalam pemurnian minyak jelantah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan karbon aktif dari biji salak dengan aktivator H2SO4 dan pengaruh massa karbon aktif, ukuran adsorben, dan waktu adsorpsi untuk proses pemurnian minyak jelantah sehingga minyak jelantah dapat digunakan kembali. Pada penelitian ini biji salak dihancurkan menjadi bagian yang lebih kecil kemudian dikeringkan lalu di furnace dengan suhu 3500C selama 1,5 jam lalu dihaluskan dan diayak 80 dan 100 mesh, kemudian diaktivasi menggunakan H2SO4. Minyak jelantah dipanaskan dan dimasukkan karbon aktif sesuai massa, waktu dan ukuran adsorben yang telah ditetapkan. Penelitian ini memvariasikan massa, waktu adsorpsi, dan ukuran adsorben. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu kondisi terbaik penurunan kadar FFA, bilangan asam, kadar air dan bilangan peroksida minyak jelantah yaitu pada massa karbon aktif 30 gram, ukuran adsorben 100 mesh, waktu adsorpsi 90 menit dan kadar air pada waktu adsorpsi 120 menit dengan nilai 0,108%; 0,244 mg KOH/g; 0,062%; dan 2,5 mek O2/kg  
TEPUNG LENGKUAS SEBAGAI ADSORBER UNTUK MENINGKATKAN MUTU MINYAK KOPRA Syamsul Bahri
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2013
Publisher : Chemical Engineering Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan minyak kopra sebagai bahan penggorengan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Namun minyak kopra yang relatif murah menghasilkan bau, rasa tidak enak dan warna yang keruh, dimana hal tersebut terjadi akibat proses oksidasi. Untuk mengantisipasi kerusakan minyak kopra ini ditambahkan tepung lengkuas yang digunakan sebagai adsorben pada minyak kopra, kemudian bersifat antioksidan alami, dan mudah diperoleh, dengan memvariasikan jumlah tepung lengkuas (2,5 gram, 5 gram, 7,5 gram, dan 10 gram), waktu pengadukan (10 menit, 15 menit, 20 menit), dan kecepatan pengadukan (150 rpm, 200 rpm, 250 rpm). Tingkat kerusakan minyak kopra diketahui dari nilai transmisi yang didapat dengan spektropotometer, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida yang didapat dengan cara mentitrasi sampel. Hasil penelitian menunjukkan pada berat tepung lengkuas 7,5 gram dengan kecepatan pengadukan 150 rpm, dan waktu pengadukan 10 menit, nilai transmisi, kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan kadar air menunjukkan kestabilan.
FORMULASI PEMBUATAN SHAMPO DENGAN BAHAN BAKU MINYAK KEMIRI (ALUERITES MOLUCCANA) UNTUK KESEHATAN RAMBUT Sulhatun Sulhatun; Evi Juliati; Novi Sylvia; Jalaluddin Jalaluddin; Syamsul Bahri
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v11i1.7247

Abstract

 Kemiri (Alueurites Moluccana)  merupakan tanaman yang mengandung asam lemak bebas seperti : asam linolenat, asam oleat, asam linoleat, asam palmitat, dan asam stearat yang dapat dimanfaatkan sebagai  bahan perawatan rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi proses jenis pelarut dan waktu pengadukan pada produk shampo yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan persiapan bahan baku minyak kemiri dan tahap selanjutnya thap proses pembuatan sampo dengan pencampuran minya kemiri dan bahan aditif  melalui variasi kadar minyak kemiri pada  16,6 %, 24,6 % dan 25,3 % dan waktu pengadukan 5, 10 dan 15 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kenaikan persentase minyak kemiri dan waktu pengadukan memberikan efek terhadap penurunan  kadar busa dalam produk shampo yang dihasilkan. Dan  kestabilan busa terjadi pada waktu pengadukan 15 menit.  Selain itu semakin tinggi volume minyak kemiri  maka akan menyebabkan kenaikan visikositas shampo. Nilai visicositas shampo terbaik terdapat pada kadar minyak kemiri  16,6 %  dan waktu  pengadukan 15 menit yaitu sebesar 35,10 cps. pH shampoo minyak kemiri yang terbaik pada shampo minyak kemiri sebesar 4,2  hal ini menunjukkan bahwa shampo yang diproduksi sesuai persyaratan SNI yang ditetapkan yaitu berkisar 4-6.
PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI HCl UNTUK PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) Amri Aji; Syamsul Bahri; Tantalia Tantalia
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 6, No 1 (2017): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2017
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v6i1.467

Abstract

Pektin adalah senyawa polimer yang dapat mengikat air, membentuk gel atau mengental cairan. Sifat inilah yang dapat dimanfaatkan sehingga selain untuk jelly, pektin juga dipakai dalam industri daging dan produk pangan lainnya yang membutuhkan pengikat air. Pektin dapat dihasilkan dari bahan yang banyak mengandung pektin seperti kulit jeruk bali. Kulit jeruk bali terdapat senyawa alkaloid, likopen, Vitamin C, serta yang paling dominan adalah pektin. Pektin dalam kulit jeruk bali dalam dimanfaatkan dengan ekstraksi menggunakan pelarut. Kulit jeruk bali diblender sampai halus dan ditimbang sebanyak 100gram , HCl sebanyak 300 ml dengan konsentrasi 0,1N dimasukan ke dalam labu Takar 500 ml kemudian diekstraksi selama 70 menit pada suhu 80C serta direndam selama 12 menggunakan etanol 96%. Kemudian disaring dan filtarnya diambil untuk dianalisis % yield, kadar air, akadar abu, asam galakturanat dan mektoksil dari bahan baku kulit jeruk bali. Selanjutnya diteruskan untuk waktu 80, 90, 100, dan 110 menit, kosentrasi HCl 0,15 N, 0,20 N, 0,25 N, dan 0,30 N dengan suhu tetap 80oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa % yield Pektin dari kulit jeruk bali meningkat dengan meningkatnya waktu ektraksi sampai waktu 90 menit setelah waktu tersebut %yield pektik mulai menurun. Kadar Air menurun dengan meningkatnya waktu etraksi dan konsentrasi pelarut. Sedangkan kadar asam galakturonat dan metoksil meningkat dengan meningkat waktu ektrasi dan konsentarai pelarut Persen yield pektin tertinggi didapat pada waktu etraksi 90 menit dengan konsentrasi pelarut etanol 0,25 N % Yield 49,76 % sedangkan % yield terendah 30,27% pada konsentrasi pelarut 0,1 N. Asam galakturonat tertinggi didapat pada waktu 110 menit sebesar 65,961 % dengan kosentrasi pelarut 0,25 N sedangkan terendah pada waktu ektraksi 70 menit dengan persen asam galakturonat 4,268 %. Kadar metoksil terendah 0,434 % dan tertinggi 5,5% dengan konsentrasi pelarut 0,1N dan 0,30 N dan waktu 70 menit dan 110 menit.
PEMBUATAN PESTISIDA DARI DAUN KERINYU DENGAN MENGUNAKAN SABUN COLEK DAN MINYAK TANAH SEBAGAI BAHAN PENCAMPUR (ACTIVE INGREDIENTS) Amri Aji; Syamsul Bahri; Sinta Raihan
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 5, No 2 (2016): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2016
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v5i2.85

Abstract

Kerinyu (Chromolaena Adorata) adalah gulma semak berkayu yang  berkembang cepat sehingga cukup mudah didapatkan untuk dijadikan bahan pembuatan pestisida nabati. Daun kerinyu dapat digunakan untuk pembuatan pestisida nabati karena mengandung senyawa bahan aktif Pyrrolizine Alkaloids sehingga efektif untuk pengendalian ulat dan hama pengisap di tanaman holtukultura. Untuk mendapatkan pestisida nabati dari daun kerinyu pertama daun kerinyu ditimbang sebanyak 150 gram kemudian diblender sampai halus. Serbuk daun kerinyu kemudian dimasukan kedalam wadah berukuran 2 liter air, selanjut ditambahkan 2 gram sabun colek dan 25 ml minyak tanah. Setelah serbuk terendam selama 2 jam, disaring dan fitratnya di uji pada belalang dan jangkrik dengan parameter uji LD50 , kontak langsung dengan pestisida, dan  melalui pakan yang mengandung residu pestisida nabati daun kerinyu. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan waktu perendaman 3,4, dan 5 jam dengan berat daun kerinyu 150 gram. Setelah 150 gram dilakukan penelitian 200, 250, dan 300 gram berat daun kerinyu dengan waktu perendaman tetap dan parameter uji tetap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu perendaman dan berat daun kerinyu sangat berpengaruh tercapainya katagori daya bunuh 50% (LD50 ), parameter kontak langsung, dan parameter konsentrasi residu pestisida dalam pakan terhadap hewan uji dengan pestisida dari jumlah hewan uji yang digunakan. Pada waktu perendaman tertinggi 5 jam jumlah belalang yang mati seluruhnya tercapai LD50 yaitu 5 ekor  dari jumlah hewan 10 ekor  untuk semua variasi berat daun kerinyu pada pengujian residu pada daun. Sedangkan jangkrik hanya 2 parameter yang tercapai.
EFEKTIVITAS PRODUK ANTI SEPTIK ALAMI DALAM MENCEGAH PENYEBARAN COVID-19 Zainuddin Ginting; Ishak Ishak; Syamsul Bahri
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 10, No 1 (2021): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v10i1.4178

Abstract

Kegiatan Penerapan Ipteks bagi masyarakat (IbM) ini bertujuan untuk memberikan keterampilan tentang pengolahan minyak nilam menjadi beberapa jenis olahan tambahan pada pembuatan gel antiseptik Berbasis Teknologi Tepat Guna. Pengabdian akan dilaksanakan di Desa Kilometer VIII, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara dengan sasaran mitra: Pemilik kebun tanaman nilam (Mitra 1) dan kelompok taruna (Mitra 2) di Desa Kilometer VIII, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara. Kedua mitra ini akan diperkenalkan teknologi pengolahan gel antiseptik (hand sanitizer). Perlakuan yang akan diterapkan dalam IbM ini terdiri dari sosialisasi dan pengenalan teknologi pembuatan gel antiseptik (hand sanitizer) dimana minyak nilam yang ada di Desa Kilometer VIII, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara hanya langsung dijual kepada pengumpul di Medan maupun kepada pembeli langsung dari luar negeri. Namun, harga produk ditentukan oleh pembeli yang tentu saja sering merugikan petani. Realisasi penerapan kegiatan ini akan dilakukan melalui sosialisasi manfaat minyak nilam untuk dijadikan usaha sampingan, serta pengenalan teknologi olahan minyak nilam menjadi gel antiseptik. Program olahan minyak nilam berbasis teknologi tepat guna akan dilakukan beberapa kegiatan yaitu : pembekalan teori, pengenalan teknologi, pelatihan, dan pengujian. Minyak nilam dari mitra 1 akan dimanfaatkan oleh mitra 2, dan saling bekerja sama dalam memproduksi gel antiseptik, peluang bisnis dan manfaat ekonomis produk. Selain itu perlu juga dikaji lebih lanjut tentang pengembangan produk gel antiseptik sebagai salah satu produk usaha baru kelompok taruna di Desa Kilometer VIII, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara.
KARAKTERISASI GLUKOSA DARI PROSES HIDROLISIS α-SELULOSA DARI LIMBAH KULIT KOPI ARABIKA Almia Permata Putri; Zulnazri Zulnazri; Rozanna Dewi; Sulhatun Sulhatun; Syamsul Bahri
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v11i1.7254

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kadar selulosa dan kadar glukosa dari kulit kopi arabika dengan mengekstraksi kulit kopi arabika menjadi selulosa sehingga didapatkan persen yield dari selulosa sebesar 27,36% serta dilakukan karakterisasi selulosa yang diperoleh dari kulit kopi arabika dengan melakukan uji XRD sehingga didapat persen kristalinitasnya sebesar 63,76%. Kemudian selulosa yang didapatkan dihidrolisis menggunakan katalis asam yaitu H2SO4 menjadi glukosa dengan memvariasikan konsentrasi H2SO4 yaitu 8%, 10%, dan 12% serta suhu pemanasannya yaitu 80oC, 90oC, dan 100oC dalam waktu 4 jam sehingga diperoleh persen yield dan kadar glukosa yang diuji menggunakan alat Refraktometer Brix. Dari hasil analisa kadar glukosa tertinggi didapat pada konsentrasi 10% dengan suhu 100oC yaitu 8% bukan pada konsentrasi 8%. Sedangkan kenaikan yield tertinggi terdapat pada konsentrasi H2SO4 8% dengan suhu 80oC yaitu sebesar 95,4%, hal tersebut dipengaruhi oleh suhu pemanasan yang semakin rendah sehingga persentase yield yang diperoleh semakin tinggi.