Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

The Effectivity of Marine Bio-activator and Surimi Liquid Waste Addition of Characteristics Liquid Organic Fertilizer from Sargassum sp. Putri Wening Ratrinia; Uju Uju; Pipih Suptijah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 19 No 3 (2016): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.689 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v19i3.15101

Abstract

AbstractOrganic fertilizer is highly recommended for soil and plant because it can improve the productivity and repair physical, chemical, and biological of soil. Sargassum sp. and surimi liquid wastes contain organic matter and nutrient needed by plants and soils. The addition of marine bio-activator which contains bacterial isolates from litter mangrove serves to accelerate the composting time and increases the activity of microorganisms in the decomposition process. The purpose of this study was to determine optimum time and the best formulation of decomposition process organic fertilizer. Raw materials used a waste of seaweed Sargassum sp., marine bio-activator and surimi liquid waste from catfish (Clarias sp.). The research was conducted six treatments control, Sargassum sp. + marine bio-activator, surimi liquid waste , Sargassum sp. + marine bio-activator + surimi liquid waste 80%, 90%, 100%. All treatments were fermented for 9 days and analysed the C-organic, total N, C/N ratio, P2O5, K2O on days 0, 3, 6 and 9. The results showed the optimum fermentation period was on the 6th day. The most optimum concentration of surimi liquid waste added was at a concentration of 90%, with characteristics of the products was C-organic 0.803±0.0115%, total N 740.063±0.0862 ppm, C/N ratio 10.855±0.1562, P2O5 425.603±0.2329 ppm, K2O 2738.627±0.2836 ppm.
Optimasi Tahap Demineralisasi pada Ekstraksi Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla sp.): Optimization of Demineralization Stage in Chitosan Extraction from Mud Crab Shell (Scylla sp.) Novi Luthfiyana; Putri Wening Ratrinia; Rukisah Rukisah; Asniar Asniar; Taufik Hidayat
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 25 No 2 (2022): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 25(2)
Publisher : Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v25i2.41853

Abstract

Limbah cangkang kepiting bakau yang dihasilkan dari industri pengolahan kepiting bakau di Kota Tarakan menjadi salah satu penyebab masalah pencemaran lingkungan. Salah satu cara untuk dapat mengurangi risiko pencemaran yaitu dengan mengolah limbah cangkang kepiting bakau menjadi kitosan. Penelitian terkait modifikasi pada tahap demineralisasi dilakukan karena kepiting bakau mengandung mineral yang tinggi sehingga akan mengurangi kualitas kitosan yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan optimasi tahapan demineralisasi pada ekstraksi kitosan dari cangkang kepiting bakau (Scylla sp.) melalui analisis rendemen, kadar air, abu, nitrogen total, FTIR, derajat deasetilasi, dan SEM-EDX. Perlakuan pada penelitian ini yaitu pada tahapan demineralisasi dilakukan perlakuan perbandingan berbeda antara serbuk cangkang kepiting bakau dan HCl 1N yaitu a (1:10) dan b (1:15). Hasil penelitian ini diketahui mutu kitosan cangkang kepiting bakau memiliki nilai rendemen, kadar air, kadar abu, dan nitrogen total sebesar (15,08±0,04%, 1,65±0,00%, 2,87±0,07%, 1,35±0,00%) pada perbandingan 1:10 dan (6,37±0,04%, 1,66±0,01%, 1,75±0,00%, 1,29±0,004%) pada perbandingan 1:15. Derajat deasetilasi pada kitosan a (47%) tidak sesuai dengan ketiga standar karena dibawah (≥70%), sedangkan kitosan b (76%) sesuai dengan standar Protan Laboratory dan SNI (≥70%). Unsur-unsur kitosan cangkang kepiting bakau yang terdeteksi dari analisis SEM EDX terdiri dari C, O, Ca, Mg, Al. Unsur C dan O yang terdeteksi adalah komponen pembentuk kitosan. Karakteristik mutu kitosan terbaik dihasilkan pada tahap deminerarisasi dengan perlakuan perbandingan sampel dan HCl 1N b(1:15) karena terbukti sesuai dengan standar mutu kitosan.
Pengaruh substitusi tepung buah mangrove (Sonneratia alba) terhadap karakteristik fisikokimiawi dan sensori roti tawar : Effect of mangrove (Sonneratia alba) fruit flour substitution on the physicochemical and sensory characteristics of white bread Sumartini, Sumartini; Hasibuan, Nirmala Efri; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Suryono, Muhamad
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 8 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(8)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i8.52210

Abstract

Roti tawar adalah produk makanan berbahan baku tepung terigu yang memiliki kandungan gluten tinggi. Gluten dapat berdampak negatif bagi kesehatan terutama pada individu dengan kondisi kesehatan tertentu, yaitu penyakit seliak, intoleransi gluten yang bersifat nonseliak, dan penyakit usus lainnya. Tepung alternatif diperlukan untuk mengurangi kandungan gluten pada roti tawar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi terbaik substitusi tepung buah mangrove terhadap roti tawar berdasarkan karakteristik sensori dan daya kembang. Perlakuan pembuatan roti tawar melalui substitusi tepung terigu dengan tepung buah mangrove, yaitu 0, 10, 20, 30, dan 40%. Parameter yang dianalisis meliputi proksimat, kadar serat kasar, daya kembang, hardness, cohesiveness, dan hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi kimia roti tawar, yaitu kadar air 13,21-17,86%, lemak 9,53-14,51%, protein 5,28-8,5%, abu 1,64-1,84%, karbohidrat 60,57-67,13%, serat kasar 2,91-8,26%, daya kembang 100,35-137,70%, nilai hardness 20,92-68,45 N, dan cohesiveness 0,58-0,82. Makin tinggi konsentrasi tepung buah mangrove pada roti tawar, maka makin menurunkan tingkat kesukaan panelis. Roti tawar substitusi tepung buah mangrove 10% memiliki tingkat kesukaan panelis tertinggi dengan rasa yang gurih, aroma harum, tekstur lembut, warna crust cokelat kekuningan dan crumb putih krim dan memiliki daya kembang yang baik.
Pengaruh pencampuran minyak ikan nila, stearin sawit, dan minyak biji karet terhadap karakteristik fisikokimia biskuit: The effect of blending tilapia fish oil, palm stearin, and rubber seed oil on the physicochemical characteristics of biscuits Sumartini, Sumartini; Hasibuan, Nirmala Efri; Pamaharyani, Luchiandini Ika; Saputra, Eko Novi; Suryono, Muhamad; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Basri, Basri
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 9 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(9)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i9.52211

Abstract

Biskuit dibuat dari campuran bahan dan lemak padat (shortening). Kualitas biskuit dipengaruhi oleh perbedaan jenis lemak yang digunakan. Limbah biji karet, tulang, kepala, sisik, kulit, dan isi perut ikan merupakan limbah perkebunan dan perikanan yang dapat dimanfaatkan menjadi lemak sebagai bahan baku shortening. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasio terbaik dari lemak padat stearin sawit, minyak ikan dan minyak biji karet yang di netralisasi serta dihilangkan baunya dengan rasio padatan terhadap sifat fisik dan tekstur adonan. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dengan 5 perlakuan (palm stearin/ minyak biji karet/ minyak ikan), yaitu rasio 1 (50:30:20), rasio 2 (60:35:5), rasio 3 (70:15 :15), rasio 4 (80:10:10), dan rasio 5 (90:5:5). Parameter uji meliputi diameter, hardness, ketebalan, tekstur, warna, kadar air, protein, lemak, kalori dan sensori. Analisis data menggunakan SPSS Versi 25 dengan ANOVA 95%. Hasil yang diperoleh lightness biskuit 74,57-78,55; ketebalan 0,54-0,94 mm; diameter 90,38-110,16 mm; hardness 2769,36-3648,53g; kadar lemak 18,61-20,64%; protein 10,38-10,88% dan nilai kalori 623,680-625,367 kcal. Hasil pengujian sensori tertinggi pada rasio 4 (80: 10: 10). Proporsi rasio shortening yang tepat memengaruhi karakteristik fisik dan kimia biskuit yang dihasilkan dengan rasio terbaik 80:10:10.
Pengaruh penambahan bahan pengikat yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan sensori tablet effervescent Sonneratia caseolaris: Effect of different binding agents on the physical and sensory characteristics of effervescent tablets of Sonneratia caseolaris Ratrinia, Putri Wening; Sumartini, Sumartini; Azka, Aulia; Hasibuan, Nirmala Efri; Nusaibah, Nusaibah; Triyastuti, Meilya Suzan
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 10 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(10)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i10.52204

Abstract

Sonneratia caseolaris dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional dalam bentuk tablet effervescent. Tablet effervescent merupakan minuman dalam sediaan tablet yang larut dalam air menghasilkan gelembung dan berkarbonasi serta memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Bahan pengikat diperlukan untuk meningkatkan kualitas serta menjaga kestabilan sediaan tablet effervescent. Bahan pengikat berfungsi untuk menyatukan bahan-bahan menjadi satu kesatuan tablet yang kohesif sehingga bahan aktif yang terkandung di dalam effervescent terdistribusi secara merata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bahan pengikat terbaik berdasarkan karakteristik fisik dan sensori tablet effervescent yang dihasilkan. Pembuatan tablet effervescent diawali dengan pencampuran filtrat S. caseolaris dengan bahan pengikat yang berbeda masing-masing konsentrasi 2,5%, yaitu polyvinyl pyrolidone (PVP), gelatin, pulvis gummi arabicum (PGA), dan maltodekstrin. Hasil campuran dikeringkan menggunakan spray dryer. Padatan hasil pencampuran diformulasikan sesuai bahan pembuatan tablet effervescent. Parameter yang dianalisis meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, warna, kelarutan, waktu larut, kadar air, dan sensori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengikat yang berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap keseragaman bobot, kekerasan tablet, warna, kelarutan, waktu larut, dan kadar air. Penambahan gelatin 2,5% merupakan perlakuan terbaik dengan karakteristik kekerasan 4,86 kg/cm2, kelarutan 98,32%, waktu larut <70 detik dan kadar air 2,15% telah memenuhi standar dari Farmakope Indonesia. Hasil penilaian sensori berdasarkan ketampakan, aroma, warna, rasa, dan keseluruhan menunjukkan bahwa semua perlakuan tablet effervescent sangat disukai oleh panelis.
Karakteristik fisikokimia mi basah substitusi jenis ikan berbeda dengan penambahan egg white powder: Physicochemical characteristics of wet noodles substitution of different types of fish with the addition of egg white powder (EWP) Amalia, Ayu Rizki; Sumartini, Sumartini; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Suryono, Muh; Saputra, Eko Novi; Hasibuan, Nirmala Efri
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 11 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(11)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i11.52207

Abstract

Mi merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh semua kalangan dan digunakan sebagai alternatif variasi makanan pengganti nasi. Kandungan gizi protein pada produk mi sangat rendah sehingga perlu ditambahkan protein dari berbagai jenis ikan. Kelemahan mi berbahan dasar ikan adalah karakteristik fisiknya yang mudah putus dan tidak kenyal sehingga kurang disukai konsumen. Oleh sebab itu, perlu adanya bahan pengenyal egg white powder (EWP). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tepung jenis ikan terbaik pada mi basah berdasarkan karakteristik fisikokimia dan kesukaan konsumen. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan jenis ikan yang berbeda, yaitu tanpa ikan, ikan patin, lomek, kembung, dan tongkol. Parameter yang diuji adalah sensori, proksimat dan karakteristik fisik. Mi dengan jenis ikan berbeda mengandung kadar air 51,50-76,65%; protein 4,40-17,21; lemak 0,20-6,53%; abu 1,00-2,82%; cooking loss 3,50-8,25%; daya rehidrasi 35,00-65,24%; cooking time 75,75-115,28 detik; elastisitas 11,38-29,79%; dan nilai hardness 881,40-4.155,01 gf. Tepung jenis ikan yang paling disukai sebagai bahan baku mi basah berdasarkan tingkat penerimaan panelis adalah ikan tongkol. Penggunaan ikan sebagai bahan baku dapat meningkatkan nutrisi mi basah.
Aktivitas antioksidan dan hedonik teh hijau berbahan baku daun mangrove Avicennia sp. dan Sonneratia sp.: Antioxidant activity and hedonic of green tea made from mangrove leaves Avicennia sp. and Sonneratia sp. Hasibuan, Nirmala Efri; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Sumartini, Sumartini; Pamaharyani, Luchiandini Ika; Suryono, Muh; Basri, Basri
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 28 No. 2 (2025): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 28(2)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v28i2.60944

Abstract

Teh hijau telah lama dikenal sebagai minuman yang memiliki berbagai manfaat kesehatan, terutama karena kandungan antioksidannya yang tinggi. Daun mangrove berpotensi sebagai bahan baku teh hijau karena memiliki senyawa metabolit sekunder yang bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan spesies mangrove terbaik yang berpotensi sebagai teh hijau melalui parameter kimia, antioksidan, dan penilaian hedonik. Teh hijau diproduksi dari daun muda bagian pucuk mangrove Avicennia sp. dan Sonneratia sp. yang diperoleh dari kawasan ekosistem Bandar Bakau, Kota Dumai dan teh komersial (Camellia sinensis) sebagai pembanding. Parameter yang dianalisis meliputi karakteristik kimia (kadar air, abu, abu tak larut asam, sari larut air, dan serat), fitokimia, persentase inhibisi antioksidan metode DPPH, serta penilaian hedonik (rasa, aroma, warna, dan overall). Hasil penelitian menunjukkan ketiga jenis teh memiliki kadar air 7,84-25,45%, abu 6,69-16,12%, abu tak larut asam 0,65-1,23%, sari larut air 2,82-4,27%, dan serat 5,80-7,11%. Senyawa fitokimia lebih banyak terdeteksi pada teh komersial dibandingkan teh daun mangrove. Perbedaan jenis bahan baku teh hijau berpengaruh nyata terhadap persentase inhibisi antioksidan dan penilaian hedonik panelis. Perlakuan terbaik teh hijau dengan daun mangrove Sonneratia sp. dengan persentase inhibisi antioksidan tertinggi (87,59%) dan penilaian hedonik keseluruhan (overall) sangat disukai panelis. Teh ini memenuhi standar teh hijau sesuai SNI 3945:2016 pada kadar abu, abu larut asam, dan serat kasar, namun belum pada kadar air dan sari larut air. Hasil penelitian mengindikasikan daun mangrove berpotensi sebagai bahan baku teh hijau.