Sektor telekomunikasi nirkabel Indonesia menghadapi tekanan yang semakin besar untuk tetap menguntungkan di tengah jenuhnya pasar, persaingan yang ketat, dan kemajuan teknologi yang pesat. Dalam lingkungan seperti itu, konsolidasi melalui merger dan akuisisi (M&A) muncul sebagai kebutuhan strategis untuk mendorong keberlanjutan dan persaingan yang sehat. Studi ini bertujuan untuk menyediakan kerangka rekomendasi akuisisi dengan memetakan perusahaan telekomunikasi nirkabel yang terdaftar di Indonesia menggunakan pengelompokan K-Means berdasarkan kinerja keuangan mereka. Penelitian ini mencakup 15 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan memanfaatkan data keuangan yang diambil dari laporan tahunan mereka tahun 2023 dan 2024. Indikator utama yang dianalisis meliputi Price to Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM), di antara metrik keuangan penting lainnya. Proses pengelompokan menggunakan SPSS menghasilkan lima klaster berbeda (Kategori A hingga E). Kategori A mewakili perusahaan dengan kondisi keuangan yang kuat namun terlalu premium untuk diakuisisi, sementara Kategori C dan Kategori D terdiri dari perusahaan dengan kondisi keuangan yang relatif lebih lemah dan peluang akuisisi yang lebih baik. Sebagai hasil dari proses ini, terdapat dua potensi akuisisi terhadap PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) dan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) dengan mempertimbangkan ukuran perusahaan di antara rasio keuangan lainnya. Beberapa strategi juga diinduksi sebagai rekomendasi untuk memastikan proses merger dan akuisisi dapat diselaraskan sehingga menghasilkan entitas baru yang sehat dan lebih kuat.