Claim Missing Document
Check
Articles

Application of Lean Thinking in Reducing Turn Around Time on the Quality Control Process at Nickel Processing Plant Sagita, Pendra; Singgih, Moses Laksono
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2020): 6th International Seminar on Science and Technology 2020 (ISST 2020)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2020i6.11089

Abstract

This work presents a case study focused on reducing the turn around time in the quality control process at Nickel processing plant, using Lean Thinking tools. The Nickel industry, the process is drying, reducting, smelting, and converting. This process needs to be controlled to get the optimal result, and the process needs to be controlled quickly. So the analysis data must be generated in a short time. They are recording time and activities from sampling until reporting the data carried out to analyze the current situation using value stream mapping to identify the main problem, such as high waiting times. The root cause of the main problem is sought by using the fishbone diagram and given an improvement suggestion according to the origins of the problem. The application of these improvements can reduce the analysis time in the quality control process by 98.52% of the total cycle time.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN MANUFAKTUR BERKELANJUTAN Dewanti Anggrahini; Rindi Kusumawardani; Yudha Prasetyawan; Putu Dana Karningsih; Moses Laksono Singgih; Hari Supriyanto; Nani Kurniati; Inggrita Putri Kusuma Wardani; Amelia Santoso; Muhammad Ryan Nur Haq; Sofyan Atsauri; Adji Sepvian Fadillah Budiono
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2020: 3. Kapasitas Daya Saing UMKM dan BUMDES
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.16 KB) | DOI: 10.18196/ppm.33.231

Abstract

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan sektor strategis yang memberikankontribusi sangat besar pada pendapatan negara. Dua daerah yang memiliki potensi besar dalampengembangan UMKM di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri, yang memilikihampir 500.000 UMKM. Kualitas merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan olehUMKM. Secara umum, UMKM memahami bahwa kualitas perlu untuk dijaga dan ditingkatkan, namunsebagian besar UMKM belum memahami bagaimana cara untuk dapat mengimplementasikan pada sistemyang telah berjalan. Berdasarkan analisa kondisi eksisting tersebut, kegiatan pengabdian kepadamasyarakat ini didesain untuk membantu meningkatkan pengetahuan UMKM di Desa Sanankerto,Kabupaten Malang dan Desa Papar Kabupaten Kediri terkait dengan bagaimana meningkatkanproduktivitas dengan pendekatan manajemen berkelanjutan. Berdasarkan data yang terkumpul baik melaluipengamatan di lapangan dan FGD dengan beberapa UMKM, dihasilkan empat jenis modul pelatihan yangterdiri dari Modul 1 Pengembangan Produk dan Voice of Customer, Modul 2 Layout Produksi danPersediaan, Modul 3 Waktu Produksi dan Availabilitas, dan Modul 4 Pemasaran dan Produktivitas. Darihasil pelatihan modul 2 didapatkan rata-rata waktu skenario 2 lebih cepat yaitu 51,76 detik dibandingkanskenario 1 yaitu 138.89 detik. Untuk modul 3 didapatkan hasil skenario 2 lebih cepat yaitu 90,40 detikdibandingkan dengan skenario 1 yaitu 194,88 detik. Dalam jangka panjang, diharapkan terciptapengembangan UMKM secara mandiri.
Holonic Manufacturing System: Current Development and Future Applications Moses Laksono Singgih
International Conference on Engineering and Technology Development (ICETD) 2014: 3rd ICETD 2014
Publisher : Bandar Lampung University (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.832 KB)

Abstract

Holonic Manufacturing Systems (HMS) provides a flexible architecture to the changes and uncertainties of the manufacturing conditions. HMS has developed to meet the needs of consumers who are adapted to the capability of the company.This paper explains holon and holonic manufacturing system, analyzing the needs of the manufacturing system at the upcoming conditions, summarizes the current development of HMS and estimates HMS ability for dealing with the needs of a manufacturing system that will come.
Pengendalian Risiko Kecelakaan HSSE pada Proses Pembuatan Pipa Baja Kristin Mei Nora Aruan; Moses Laksono Singgih
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.62628

Abstract

Steel Pipe Company (SPC) merupakan industri yang memproduksi pipa baja yang digunakan untuk menyalurkan migas. Berdasarkan data historis kecelakaan kerja terdapat total kejadian kecelakaan kerja sebanyak 72 kasus sehingga menyebabkan kerugian. Peneliti melakukan analisis risiko terjadinya kecelakaan kerja yang dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ditimbulkan pada lingkungan kerja dengan menggunakan metode hazard
Penurunan Waktu Pra-Operasi Antar Tindakan Pembedahan Menggunakan Analisa Changeover Time Pratiwi Anggreini; Moses Laksono Singgih
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.66802

Abstract

Changeover time adalah waktu jeda antar tindakan pembedahan yang dihitung ketika lampu operasi dimatikan pada tindakan pembedahan sebelumnya sampai dengan kembali dihidupkan sebagai tanda tindakan pembedahan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengIndentifikasi dan menganalisa faktor yang menyebabkan tingginya waktu jeda antar tindakan pembedahan dalam ruang operasi atau dikenal dengan changeover time proses pra-operasi dengan menggunakan analisa changeover time. Indentifikasi dan analisa dilakukan dengan memperhatikan waktu internal dalam dan luar kamar operasi serta delay itself. Waktu internal adalah waktu kegiatan yang dihitung selama lampu operasi dalam keadaan mati. Delay itself adalah keterlambatan yang mengakibatkan panjangnya changeover time pra-operasi dikarenakan dari kegiatan itu sendiri. Value Stream Mapping (VSM) digunakan sebagai tools untuk menggambarkan kondisi rill akivitas changeover time pra-operasi serta Indentifikasi waste. Berdasarkan data survei langsung selama penelitian pada bulan Juni 2021, changeover time terpendek untuk tindakan pembedahan yang singkat adalah 86 menit dan 146 menit untuk tindakan pembedahan terpanjang. Analisa VSM ditemukan lead time pasien sebesar 98,5 menit dengan non-value added sebesar 66,5 menit dan value added 32 menit. Selain itu turut ditemukan 2 jenis waste, waiting dan transportation. Analisa delay itself dilakukan pada kegiatan persiapan bedah dan pemasangan infus. Pada persiapan bedah 5 akar penyebab ditemukan yaitu kekurangan tenaga kerja, petugas kurang berpengalaman, slow learner, tidak memiliki runag khusus menata alat bedah dan alat bedah disimpan berdasarkan jenis alat. Pada pemasangan infus 2 akar penyebab ditemukan yaitu petugas kurang berpengalaman dan ruang operasi tidak memiliki alat vein finder. Dua usulan prioritas dipilih yaitu memindahkan kegiatan keluar dari ruang operasi dan melakukan pekerjaan secara bersamaan. Hasil perkiran perbaikan yang diterima adalah terjadi penurunan sebesar 37 menit (43%) untuk tindakan pembedahan yang singkat dan 79 menit (54%) untuk tindakan pembedahan yang panjang.
Pengurangan Waktu Setup pada High Frequency Welding Perusahaan Manufaktur Pipa Baja dengan Metode SMED Fajrur Rido Ataubakumarwa; Moses Laksono Singgih
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.68796

Abstract

Perusahaan Manufaktur Pipa Baja (PMPB) merupakan salah satu perusahaan dalam negeri yang memproduksi pipa baja untuk oil and gas dengan sistem engineering to order (ETO) sesuai dengan standar API-5L. Peneliti memilih lini produksi high frequency welding (HFW) karena permasalahan waktu setup yang lebih lama dari waktu produksi. Waktu setup saat ini adalah 2.846 menit yang terdiri dari waktu setup internal adalah 1.922 menit dan waktu setup eksternal 922 menit. Waktu setup tersebut tidak sebanding dengan kecepatan produksi pipa baja, yaitu 12-20 meter per menit atau hanya membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk menghasilkan 70 pipa baja. Berdasarkan kondisi tersebut biaya setup yang dibutuhkan adalah sebesar Rp180.264.372. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah single minute exchange of dies (SMED) dengan pengurangan waktu setup secara keseluruhan adalah 2.504 menit (12,02%) yang terdiri dari pengurangan waktu setup internal sebesar 8,95% dan waktu setup eksternal sebesar 18,22%.
Implementasi Lean Manufacturing pada Perusahaan Beras Jatim (PBJ) Daniel Setyo Budi; Moses Laksono Singgih
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.81135

Abstract

Perusahaan Beras Jatim (PBJ) merupakan perusahaan yang memproduksi beras dengan kualitas premium. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin meningkat, PBJ melakukan efisiensi kerja dengan menerapkan Lean Manufacturing yaitu melakukan perbaikan proses pada lantai produksi. Penelitian ini berfokus untuk melakukan eliminasi waste yang terjadi pada Departemen Produksi. Batasan pada penelitian ini adalah pemetaan seluruh aktivitas proses produksi dari pemesanan gabah kering dan beras standar hingga menjadi beras premium dengan menggunakan Value Stream Mapping, kemudian semua aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dikelompokkan ke dalam seven waste manufacturing, selanjutnya mencari wastes dominan dengan menggunakan tool Pareto Chart. Waste dominan yang terjadi pada Perusahaan Beras Jatim adalah waste motion dan waiting. Waste motion dan waiting memiliki akar penyebab permasalahan yang sama yaitu ketidaksesuaian penempatan fasilitas dan layout pada lantai produksi. Dua perbaikan yang perlu dilakukan adalah: mengubah kegiatan material handling yang dilakukan dengan manusia menjadi menggunakan troli pada bagian pengeringan gabah dan pabrik beras standar, serta melakukan perbaikan layout pada pabrik beras premium yang bertujuan untuk menghasilkan aliran kerja yang lancar. Terjadinya penghematan dari segi biaya sebesar Rp 4.471.245 hingga Rp 6.391.500, motion sebesar 9 hingga 17 kali dari kondisi semula dan waktu proses melalui dua skenario perbaikan.
Minimasi Waste dan Lead Time Pada Proses Produksi Leaf Spring Dengan Pendekatan Lean Manufacturing Riza Nur Madaniyah; Moses Laksono Singgih
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.046 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.26863

Abstract

Perusahaan leaf spring (PLS) adalah perusahaan yang memproduksiĀ  leaf spring di Indonesia. Perusahaan ini mengalami beberapa permasalahan seperti terjadinya complaint customer dan internal defect. Dimana kedua permasalahan tersebut tidak sejalan dengan target perusahaan. Sehingga untuk dapat mencapai target yang diinginkan PLS amatan, maka diperlukan sebuah pendekatan untuk mengetahui berbagai aktivitas yang bernilai tambah, waste yang terjadi serta lead time proses produksi. Salah satunya dengan pendekatan lean manufacturing. Dengan strategi lean, perusahaan diharapkan mampu mengurangi terjadinya waste dan mengurang lead time proses produksi serta mampu meningkatkan rasio aktivitas yang bernilai tambah. Kondisi proses produksi leaf spring jenis multi leaf spring lokal pada perusahaan amatan akan digambarkan dalam value stream mapping. Waste yang terjadi akan diidentifikasi menggunakan metode waste assessment model, lalu dilakukan pemetaan secara detail menggunakan VALSAT dan analisis akar penyebabnya dengan root cause analysis (5 why), serta mengadopsi perhitungan RPN pada FMEA untuk mencari nilai RPN tertinggi dari akar penyebab hasil 5 Why. Pada kondisi awal, lead time yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 100 unit multi leaf spring lokal adalah 901.64 menit, serta waiting 651.68 menit. Sedangkan pada kondisi setelah perbaikan adalah total lead time sebesar 824.97 menit dan waiting 416.66 menit. Sehingga dengan perbaikan yang diusulkan dapat menurunkan lead time 8.5% dan penurunan waiting 36.06%.
Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma Ikha Sriutami; Moses Laksono Singgih
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.916 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.26882

Abstract

Kacang Garing merupakan produk pertama dan menjadi salah satu produk unggulan dari sebuah Perusahaan Kacang (PK). Kacang garing memiliki tiga jenis varian produk, yaitu Kacang Garing, Garlic, dan Sangrai. Masing-masing varian tersebut terbagi menjadi dua tingkatan kualitas, yaitu kualitas first grade dan kualitas medium grade. Dalam proses produksi Kacang Garing medium grade, masih sering ditemukan beberapa produk yang defect. Terdapat lima jenis defect, yaitu berat gramatur yang tidak sesuai, kemasan terlipat, end seal bermasalah, long seal bermasalah, dan kemasan bocor. Adanya defect mengindikasikan adanya waste dalam proses produksi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma. Value Stream Mapping digunakan untuk menggambarkan aliran fisik dan informasi yang terjadi pada proses produksi. Berdasarkan identfikasi waste yang telah dilakukan, didapatkan waste kritis adalah waste defect. Hasil dari kapabilitas proses menunjukkan nilai level sigma untuk defect gramatur tidak sesuai, kemasan terlipat, dan end seal bermasalah masih sangat rendah, yaitu 2,69; 2,21; dan 2,24. Sedangkan nilai level sigma untuk defect long seal bermasalah dan kemasan bocor adalah 3,02 dan 3,45. Kemudian dilakukan analisis akar penyebab waste untuk kelima defect tersebut dengan menggunakan 5 whys. Dari semua akar penyebab waste, dipilih akar penyebab yang paling kritis dengan menggunakan matriks penilaian risiko. Rekomendasi perbaikan diberikan untuk mengurangi terjadinya akar permasalahan tersebut. Apabila rekomendasi tersebut diterapkan maka akan terjadi peningkatan level sigma.
Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran Dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah; Moses Laksono Singgih
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.107 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.26885

Abstract

Perusahaan Flat Glass (PFG) merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi kaca lembaran dengan proses pengambangan (floating process). Perusahaan ini memiliki tiga jenis produk kaca lembaran (indo clear, panasap dan stopsol). Perusahaan Flat Glass (PFG) berupaya untuk menghasilkan produk bermutu tinggi. Dalam memenuhi permintaan, perusahaan ini memproduksi kaca lembaran di line produksi A1 dan line produksi A2. Namun, proses produksi tersebut masih menghasilkan produk defect yang tinggi. Perusahaan ini telah menetapkan Key Performance Indicator (KPI) mengenai tingkat kecacatan yaitu maksimal sebesar 4.48% dari jumlah produksi perusahaan. Akan tetapi, tingkat kecacatan masih melebihi target tersebut khususnya di line produksi A1. Jenis kaca Light Green Flat Glass (LNFL) merupakan produk yang dihasilkan dari line produksi A1 dengan tingkat kecacatan melebihi batas KPI. Setelah dilakukan perhitungan sigma level, didapatkan nilai hanya sebesar 3.63 sigma. Dari analisis pareto chart didapatkan tiga jenis defect kritis yaitu cullet defect, chipping defect dan bubble defect. Masing-masing jenis defect kritis tersebut dicari akar permasalahannya menggunakan Root Cause Analysis (RCA) dan dicari akar permasalahan kritis menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Kemudian, dilakukan usulan-usulan perbaikan terhadap akar permasalahan kritis. Lalu, dilakukan penentuan target perbaikan serta membandingkan sigma level antara kondisi eksisting dan target perbaikan.