Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MERENGGA MOTIF BATIK DENGAN MEMANFAATKAN TUMBUHAN SEBAGAI SUMBER GAGASAN DI SMP NEGERI 12 BANDUNG Wita Afriani; Bandi Sobandi
GRADASI Vol 1, No 3 (2013): ANTOLOGI SENI RUPA FPBS UPI EDISI
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/grd psr.v1i3.279

Abstract

ABSTRACT This study has not been optimal set of students in understanding merengga motif and the use of plants as a source of ideas. Formulation of the problem in this study: 1) How does learning improvement plan 2) How does the repair process of learning? 3) How do the results of the learning improvement, as a result of improving students' skills in merengga motif by using plants as a source of ideas in SMP Negeri 12 Bandung?The research methodology used is PTK with observation techniques, test and documentation techniques.Results obtained in the form of an increase of the improvement plan, implementation and improvement of learning outcomes with an average cycle of 1: 77.8, 2 cycles: 3 cycles of 80.7 and: 83.2. Students know the right way merengga motif by utilizing plants as ideas.Conclusion that the activities of the learning process in subjects merengga motif by using plants as a source of ideas to improve the ability of students to learn. ABSTRAKPenelitian ini berangkat dari belum optimalnya siswa dalam memahami merengga motif batik dan pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber gagasan. Rumusan masalah pada penelitian ini: 1) Bagaimana rencana perbaikan pembelajaran 2) Bagaimana proses perbaikan pembelajaran? 3) Bagaimana hasil perbaikan pembelajaran, sebagai hasil meningkatkan kemampuan siswa dalam merengga motif batik dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber gagasan di SMP Negeri 12 Bandung?Metodologi penelitian yang digunakan adalah PTK dengan teknik observasi, tes dan teknik dokumentasi.Hasil yang diperoleh berupa peningkatan dari rencana perbaikan, pelaksanaan dan hasil perbaikan pembelajaran dengan rata-rata siklus 1: 77,8 , siklus 2: 80,7 dan  siklus 3: 83,2. Siswa mengetahui benar cara merengga motif batik dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai gagasannya.Kesimpulan bahwa kegiatan proses pembelajaran dalam pokok bahasan merengga motif batik dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber gagasan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.Kata Kunci: Kemampuan Siswa, Merengga, Gagasan, dan Motif Batik
KAJIAN GAMBAR EKSPRESI KARYA SISWA TINGKAT SEKOLAH DASAR (Studi Deskriptif Analitik terhadap Karakteristik Gambar Karya Siswa Kelas 3 SDN 01 Gandrungmangu Kabupaten Cilacap) Septian Nurfatoni; Maman Tocharman; Bandi Sobandi
GRADASI Vol 1, No 3 (2013): ANTOLOGI SENI RUPA FPBS UPI EDISI
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/grd psr.v1i3.557

Abstract

ABSTRAK      Karakteristik gambar ekspresi karya siswa kelas 3 dipilih karena tingkat ekpresi kreatifnya sedang dalam masa emas atau puncak. Penelitian dilakukan di SDN 01 Gandrungmangu Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap. Kepala Sekolah, Guru Wali Kelas 3, dan gambar ekspresi karya siswa-siswi kelas 3 SDN 01 Gandrungmangu menjadi narasumber dan objek yang diteliti. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui tipe dan gaya pada gambar ekspresi karya siswa kelas 3 tersebut. Pendekatan kualitatif merupakan metode yang cocok dalam menggali makna yang terdapat pada objek penelitian yang dikaji peneliti. Selanjutnya dalam pemilihan metode, peneliti menggunakan metode deskriptif  dalam penggambaran data. Setelah penelitian dilakukan, diperoleh hasil penelitian yang kemudian disimpulkan bahwa karakteristik umum yang muncul dalam gambar karya siswa laki-laki maupun perempuan sebagian besar adalah tipe visual. Tipe haptik sebagian kecil ditemukan pada hasil gambar anak. Gaya yang tampak pada gambar karya siswa kelas 3 yaitu sebagian bergaya structural form, sebagian kecil bergaya lyrical, rhythmical pattern, dan romantic. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan agar tenaga profesional atau guru pengajar di bidang kesenirupaan lebih memperdalam pengetahuan dan wawasan mengenai teori kreativitas dan ekspresi kreatif siswa.Kata Kunci: Gambar Ekspresi; Karakteristik; Siswa; Sekolah Dasar. ABSTRACT      The characteristics of expression drawings made by class 3 students  have been choosen because of their creative expression levels are in the golden age or top period. The research is located in SDN 01 Gandrungmangu subdistrict Gandrungmangu, Cilacap regency. The Headmaster, Teacher of Class 3, and expression drawings made by class 3 students of SDN 01 Gandrungmangu become an informant and research object. The purpose of the research was to determine the type and style of class 3 student’s expression drawings. A qualitative approach is a suitable method to explore the meaning of the object contained in the studies reviewed research. Furthermore, in the selection of methods, researcher used the descriptive method of data depiction. Once the research is done, the result of research concluded that the common characteristics that appear in the drawings of boys and girls students are mostly visual type. Only a little amount of Haptic type found in the results of the children drawings. Styles shown in the drawings of the class 3 students are mostly stylized structural form, another few amount lyrical style, rhythmical pattern, and romantic. Based on these results, it is suggested that professionals or teachers teaching in the field of artistic further deepening of knowledge and insight about the theory of creativity and creative expression of students.Keywords: Expression drawings; Characteristics; Students; Elementary School.KAJIAN GAMBAR EKSPRESI KARYA SISWATINGKAT SEKOLAH DASAR(Studi Deskriptif Analitik terhadap Karakteristik Gambar Karya Siswa Kelas 3 SDN 01 Gandrungmangu Kabupaten Cilacap)
KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM (Analisis Deskriptif Oranamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) Genisa Meira; Tity Soegiarty; Bandi Sobandi
GRADASI Vol 1, No 3 (2013): ANTOLOGI SENI RUPA FPBS UPI EDISI
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/grd psr.v1i3.558

Abstract

ABSTRACTWeaving village is a production house which is under the supervision of weaving Weaving Cita Indonesia (CTI) and Perusahaan Gas Negara (PGN). Weaving Village 's existence provides evidence that the development of weaving in West Java is growing and seeks to preserve the existing cultural heritage from generation to generation to the decline of this. Weaving using raw materials imported from China.The method used is descriptive method of analysis with a qualitative approach  this study is the location of Alam Sutera Family which is the production center in Kampung Weaving Panawuan Garut Panawuan located in Loa, Sukajaya Village, Tarogong Kidul District, Garut regency, West Java. Data collecting techniques used in this study include: observation, interviews, library research, and documentation.Based research concludes that the process of making ikat weaving in the village of Alam Sutera particularly in the Family are still using the traditional loom loom machines (Lurik). The manufacturing process is divided to two stages. First is the preparation stage of weaving called gumingan the cooking process to remove the silk yarn resin contained in suteta thread. The second process is the process of weaving which is divided into two parts before weaving, the process is the process of making lungsi and weft threads. Idea / notion of making these ornaments were taken from the natural surroundings in Garut regency and that became the hallmark of Garut. Judging from the kind of ornaments that were studied were type of ornament Diamonds, Ethnic modifications NTT, Bali and Kalimantan, Flower Puspa, Tread Dara Flowers, Flowers Gambir, Kusuma Flower, Bird Stork, Sumping, Garut and ukel modification Ethnic Borneo. Ornaments that looked at Kampung Weaving is geometric and non-geometric ornaments and ornaments are modifications of other areas. Key Words: String Tenun, Ornament, Silk, ATBM ABSTRAKKampung Tenun adalah sebuah rumah produksi tenun yang merupakan binaan dari Cita Tenun Indonesia (CTI) dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Adanya Kampung Tenun ini memberikan bukti bahwa perkembangan tenun di Jawa Barat semakin berkembang dan berupaya untuk melestarikan warisan budaya yang sudah ada secara turun-menurun dari generasi ke genarasi ini. Pengolahan sutera sebagai bahan baku di Kampung Tenun menggunakan bahan baku yang diimpor dari Cina.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, lokasi penelitian ini adalah Sutera Alam Family yang merupakan pusat produksi di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut yang berlokasi di Panawuan Loa, Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan kain tenun ikat di Kampung Tenun khususnya di Sutera Alam Family masih menggunakan alat tenun tradisional yaitu alat tenun bukan mesin (ATBM). Proses pembuatannya itu terbagi kepada dua tahapan. Pertama adalah tahap persiapan menenun yang disebut gumingan yaitu proses pemasak benang sutera untuk menghilangkan resin yang terdapat pada benang sutera. Proses yang kedua adalah proses menenun yang dibagi menjadi dua bagian sebelum menenun, proses tersebut yaitu proses pembuatan benang lungsi dan pakan. Ide/gagasan pembuatan ornamen ini diambil dari alam sekitar di wilayah Kabupaten Garut dan yang menjadi ciri khas Garut. Dilihat dari jenis ornamen yang diteliti adalah jenis ornamen Wajik, Etnik modifikasi NTT, Bali dan Kalimantan, Bunga Puspa, Bunga Tapak Dara, Bunga Gambir, Bunga Kusuma, Burung Bangau, Sumping, Etnik Garut dan Ukel modifikasi Kalimantan. Ornamen yang tampak pada Kampung Tenun adalah ornamen geometris dan non geometris serta terdapat ornamen modifikasi dari daerah lain. Kata Kunci: Tenun Ikat, Oranamen, Sutera, ATBM
THE BAHASA RUPA APLIKASI EDUKASI BATIK NUSANTARA Farid Abdullah Abdullah; Bandi Sobandi; Dewi M. Sya’bani; Nurul Hidayah; Bambang Tri Wardoyo; Akkapurlaura ,
Desain Komunikasi Visual, Manajemen Desain dan Periklanan (Demandia) Vol 6 No 1 (2021): demandia - Jurnal Desain Komunikasi Visual, Manajemen Desain dan Periklanan
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/demandia.v6i1.2941

Abstract

Permasalahan selama dalam mempelajari batik adalah sesuatu yang rumit, kurang menyenangkan, serius, dan relatif sulit dipahami bagi usia awal. Mempelajari Batik Nusantara sesungguhnya dapat dilakukan melalui berbagai cara, namun terbaik disajikan edukatif, menyenangkan, bermain, dan mudah dipahami. Batik Nusantara merupakan salah satu media aplikasi edukasi yang sangat interaktif, memiliki tampilan rupa (user interface) mudah dipahami berbagai usia, mudah diunduh (download), dan tanpa berbayar. Metode tulisan ini adalah deskriptif-kualitatif, dengan mengunduh berbagai tampilan visual muka aplikasi edukasi Batik Nusantara kemudian dikaji memakai prinsip-prinsip Bahasa Rupa Primadi Tabrani. Hasil kajian aplikasi edukasi Batik Nusantara memakai Bahasa Rupa memperlihatkan kesesuaian visual Bahasa Rupa dengan pemahaman pengguna (user) untuk mengenal lebih dalam Batik Nusantara. Manfaat penelitian ini adalah aplikasi edukasi Batik Nusantara dan aplikasi-aplikasi digital lainnya dapat dikaji melalui prinsip-prinsip Bahasa Rupa yang membantu pemahaman pengguna menjadi lebih mudah. Kata kunci: desain, Bahasa Rupa, aplikasi edukasi, Batik Nusantara
Implementasi Program Ekstrakurikuler Kesenian pada Jenjang Sekolah Dasar di Jawa Barat Fathurrahman, Moh; Sobandi, Bandi; Putra, Galih Mahardika Christian
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i1.2188

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk mengungkap apa saja hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembinaan ekstrakurikuler kesenian di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan sumber data dari 80 pengawas dan atau pelatih ekstrakurikuler kesenian yang bersal dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui angket. Hasil penelitian menunjukan: 1) Disdik kabupaten/kota telah memiliki kebijkan dan tatakelola implementasi pembinaan ekstrakurikuler kesenian  di sekolah  dasar mencapai 68.21%, kondisi ini perlu ditingkatkan. 2) Jenis ekstrakurikuler kesenian yang telah dilakukan pembinaan di sekolah di antaranya pada bidang seni rupa 65,50 %, Seni Musik (69,00 %), Seni tari (61,00%), dan seni teater (47,50%). Pembinaan ekstrakurikuler kesenian dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan siswa, memperkuat nilai-nilai budaya lokal, dan ketersediaan SDM serta SDA. 3) Pelaksanaan pembinaaan ekstrakurikuler sudah mendapat dukungan 72,60 % dari stakeholder. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler kesenian di sekolah menghadapi hambatan 59.25% yang berasal dari kebijakan disdik, kepala sekolah, guru, orang tua, minat siswa,biaya, fsilitas dan ketersdiaan SDM.
Batik Mega Mendung sebagai Ide Perancangan Kemasan Abdullah, Farid; Riyanti, Menul Teguh; Basar, Suhaila bt.; Sobandi, Bandi; Rinjani, Dian
ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia Vol. 7 No. 02 (2021): August 2021
Publisher : Dian Nuswantoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/andharupa.v7i2.3811

Abstract

Abstrak Permasalahan kemasan (packaging) pada saat ini berkait erat dengan masih rendahnya pemahaman produsen dalam membuat kemasan yang mampu mengangkat nilai isi produk di dalamnya. Bahkan masih banyak produk berkualitas yang belum dikemas secara baik, kurang estetik, dan mampu menjelaskan isi produk dengan memadai. Potensi budaya setempat seperti motif batik, juga masih berjalan sendiri dan belum banyak diangkat menjadi bagian dari suatu kemasan. Motif batik Mega Mendung, Cirebon sudah menjadi ikon motif batik Jawa Barat adalah satu motif yang dapat diangkat menjadi bagian dari kemasan. Tulisan ini memakai metode deskriptif-kualitatif untuk menciptakan kemasan sesuai potensi daerah Trusmi, Cirebon, Jawa Barat. Temuan dari tulisan ini adalah suatu produk yang didesain kemasan secara estetis dan ergonomis, memudahkan pembeli dalam mengenal budaya setempat menjadi lebih baik. Kata Kunci: batik, desain, ide, kemasan, Mega Mendung AbstractThe problem of packaging at this time is closely related to the minor understanding of producers in making packaging that can lift the value of the contents of the product. There are still many quality products that have not the package properly, limited aesthetic, and can’t be able to explain the contents of the product adequately. Potential of local culture such as batik motifs, also still run by themselves, and not many have designated as part of a package. Mega Mendung, Trusmi, Cirebon batik pattern has become an icon of West Java batik pattern that delegated as part of the package medium. This paper uses a descriptive-qualitative method to create packaging according to the regional potential of the Trusmi, Cirebon, West Java region. The findings of this paper are a product that designed aesthetically and ergonomically designed, making it easier for buyers to get to know the local culture better. Keywords: batik, design, idea, Mega Mendung, packaging
Increasing creativity, production innovation and commercialization through the new teaching factory model based on life skills Sutianah, Cucu; Sobandi, Bandi; Yamin, Alfian Azhar; Trang, Phan Doang Kieu
Jurnal Pendidikan Vokasi Vol. 14 No. 2 (2024): June
Publisher : ADGVI & Graduate School of Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpv.v14i2.67400

Abstract

This research aims to implement and develop a new teaching and learning factory model based on life skills in Vocational Secondary Education (SME) Creative and Production Crafts Expertise Program. This model is designed to support the needs of the Industrial Revolution 4.0 by integrating project-based learning through collaboration between the school curriculum and the industrial world. This research usesmixed methods, with a quasi-experimental design involving control and experimental groups using pre-test and post-test. The results showed that the new teaching and learning factory model was valid and reliable based on expert validation tests. The implementation of this model successfully increased students' creativity in product design, production, and commercialisation, and it developed social skills such as critical thinking, communication, collaboration, and interpersonal skills. In conclusion, the implementation of the life skills-based teaching factory model is effective in preparing students to face the challenges of the world of work, improving innovation skills, and supporting production processes that are relevant to industry needs. The contribution of this research is in the development of an innovative learning model that integrates the education curriculum with the world of work, thus producing graduates who are better prepared to face the challenges of the Industrial Revolution 4.0.
Implementasi Program Ekstrakurikuler Kesenian pada Jenjang Sekolah Dasar di Jawa Barat Fathurrahman, Moh; Sobandi, Bandi; Putra, Galih Mahardika Christian
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i1.2188

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk mengungkap apa saja hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembinaan ekstrakurikuler kesenian di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan sumber data dari 80 pengawas dan atau pelatih ekstrakurikuler kesenian yang bersal dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui angket. Hasil penelitian menunjukan: 1) Disdik kabupaten/kota telah memiliki kebijkan dan tatakelola implementasi pembinaan ekstrakurikuler kesenian  di sekolah  dasar mencapai 68.21%, kondisi ini perlu ditingkatkan. 2) Jenis ekstrakurikuler kesenian yang telah dilakukan pembinaan di sekolah di antaranya pada bidang seni rupa 65,50 %, Seni Musik (69,00 %), Seni tari (61,00%), dan seni teater (47,50%). Pembinaan ekstrakurikuler kesenian dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan siswa, memperkuat nilai-nilai budaya lokal, dan ketersediaan SDM serta SDA. 3) Pelaksanaan pembinaaan ekstrakurikuler sudah mendapat dukungan 72,60 % dari stakeholder. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler kesenian di sekolah menghadapi hambatan 59.25% yang berasal dari kebijakan disdik, kepala sekolah, guru, orang tua, minat siswa,biaya, fsilitas dan ketersdiaan SDM.
Tamarind (Tamarindus indica L.): Source of Ideas Behind the Semarang Batik Motifs to Strengthen Local Cultural Identity Syakir, Syakir; Sobandi, Bandi; Fathurrahman, Moh.; Isa, Badrul; Anggraheni, Dini; Verayanti R., Sri
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 22, No 1 (2022): June 2022
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v22i1.36579

Abstract

Tamarind (Tamarindus indica L.), a type of tropical plant that grows in Indonesia has various benefits and has been widely studied by various disciplines. The study of Tamarind as a source of ideas for art creation, on the other hand, has not been widely carried out. The aims of this study are: (1) To explain the process of creating Semarang batik motifs using the idea of Tamarind through the stylization of forms; (2) to analyze the shape of the Tamarind batik motif to strengthen the identity of Semarang’s local culture. This study uses a qualitative approach with phenomenological methods to examine phenomena related to the creation process and the uniqueness of locality-based batik motifs on batik artisans in Semarang City. The data collection techniques used were observation, in-depth interviews, and document studies. The data that has been collected was analyzed interactively through data reduction, presentation, and conclusions with the scope of analysis in intra-aesthetic and extra-aesthetic studies. The results showed that: (1) Tamarind is a typical plant that is closely related to the toponym of the city of Semarang so it becomes a source of ideas for the creation of locality-based batik motifs through the stylization technique by Semarang batik artisans; (2) Visualization of the shape of the Tamarind batik motif that has been produced shows the diversity and uniqueness of the form as an aesthetic expression of the batik artisan in responding to the beauty of the natural and socio-cultural environment in Semarang City according to the level of knowledge and aesthetic experience. This research contributes to the batik artisan in exploring the diversity of local plant species as a source of ideas for creating environmentally-based batik motifs to strengthen the value of local cultural identity.
Analysis of Cognitive Development Theory by Jean Piaget on Color Games on Early Childhood Development Indriyani, Ratih; Taswadi; Sobandi, Bandi
EduLine: Journal of Education and Learning Innovation Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : PT ARRUS Intelektual Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35877/454RI.eduline3068

Abstract

This study analyzes the application of Jean Piaget's cognitive development theory through color play in early childhood development. This study uses a systematic literature review approach with secondary data obtained from journals searched through Google Scholar, Scopus, and PubMed. A total of 10 journals met the inclusion criteria after going through the selection, coding, and quality assessment processes. The results of the analysis show that color play functions as a visual stimulus that stimulates cognitive development, including logical thinking skills, classification, and problem solving in early childhood. The main findings of this study reveal that the application of Jean Piaget's theory through color play has a significant effect on children's cognitive and fine motor development. This study emphasizes the importance of learning media that are adjusted to the child's developmental stage to increase the effectiveness of learning.