Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Publika Budaya

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA HARIAN JAWA POS DAN KOMPAS Subaharianto, Andang; Zaini, Zaini; Sariono, Agus
Publika Budaya Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.72 KB)

Abstract

Penggunaan bahasa dalam penyampaian berita pada harian Jawa Pos dan Kompas berbeda. Perbedaan tersebut bisa terjadi berkaitan dengan penerbitan pers yang memiliki segmen pasar tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di bidang leksikon dan konstruksi kalimat dalam rubrik politik dan ekonomi pada harian Jawa Pos dan Kompas dengan menggunakan metode komparatif. Berdasarkan analisis data, bahasa Kompas cenderung menggunakan kata kajian, kata baku serta penyampaian kesantunan bahasa yang lebih baik dibandingkan Jawa Pos. Sebaliknya, Jawa Pos cenderung menggunakan kata-kata yang sederhana, mengalir (hampir serupa dengan bahasa tutur), serta memiliki penyampaian kesantunan bahasa yang lebih rendah dibandingkan harian Kompas. Kompas lebih banyak menggunakan kalimat panjang (kalimat majemuk) dibandingkan Jawa Pos. Penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Kompas lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke atas. Begitu sebaliknya, penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Jawa Pos lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke bawah.
ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN PADA ACARA RITUAL PETIK PARI OLEH MASYARAKAT JAWA DI DESA SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG (KAJIAN ETNOLINGUISTIK) Kamsiadi, Bebetho Frederick; Wibisono, Bambang; Subaharianto, Andang
Publika Budaya Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.362 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk, makna, dan penggunaan istilah-istilah yang digunakan pada ritual petik pari oleh masyarakat Jawa di Desa Sumberpucung Kabupaten Malang. Figur Dewi Sri menjadi simbol dan kerangka acuan berpikir bagi orang Jawa khususnya petani Jawa di dalam prosesi siklus hidup yaitu perkawinan, memperlakukan rumah dan tanah pertaniannya. Untuk melaksanakan tradisi petik pari terdapat beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain, nyiapne weneh terdapat istilah kowen, ngekum pari dan ngentas pari; bukak lahan terdapat istilah tamping, ngisi banyu, mbrojol, mopok, nglawet, nggaru dan ndhadhag; tandur terdapat istilah ndhaut, nas atau geblake dina, ngerek dan tandur; ngrumat terdapat istilah lep, kokrok, ngemes dan matun; petik pari terdapat istilah uborampen, sega ingkung, sega gurih, sega tumpeng atau sega gunungan, sega golong, iwak, kulupan, gedhang raja, bumbu urap dan cok bakal yang berisi bumbu pepek, wedhi, dhedhek lembut, kaca, suri, wedhak, janur kuning, kembang telon, menyan, dhuwit receh dan badhek; dan panen terdapat istilah ngerit, nggeblok, nyilir, nampeni dan ngiteri ghabah. Istilah-istilah yang terdapat dalam setiap tahapan tersebut mengalami perluasan makna, penyempitan makna dan tidak mengalami perubahan makna. Analisis etnolinguistik dalam penelitian ini membandingkan istilah pertanian yang digunakan masyarakat Jawa di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang dengan istilah pertanian yang digunakan masyarakat Madura di Kabupaten Jember.
ISTILAH-ISTILAH PERKEBUNAN PADA MASYARAKAT MADURA DI DESA HARJOMULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER (SUATU TINJAUAN ETNOLINGUISTIK) Kusnadi, Kusnadi; Akhmad, Sofyan; Andang, Subaharianto
Publika Budaya Vol 2, No 1 (2014): Maret
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.821 KB)

Abstract

Artikel ini membahas tentang bentuk-bentuk, penggunaan dan makna istilah bahasa Madura pada bidangperkebunan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Data diperoleh melalui wawancarayang dilengkapi dengan teknik dasar pancing. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik cakap semuka yangdilanjutkan dengan teknik catat. Analisis data menggunakan metode padan intralingual dan metode padanekstralingual yang dilanjutkan dengan metode deskriptif. Data diklasifikasikan atas beberapa bentuk yaitu:nomina, verba, ajektiva dan frasa. Data berupa nomina terdiri atas nomina dasar, nomina turunan, nominatempat, dan nomina kuantita dan penggolong. Data berupa verba terdiri atas verba asal dan verba turunan.Berdasarkan ada tidaknya nomina yang mendampinginya, data berupa verba terdiri atas verba transitif dan verbaintransitif, sedangkan berdasarkan maknanya, data berupa verba terdiri atas verba kausatif. Secara semantik,data yang dianalisis memiliki makna istilah antara lain berupa makna khusus, makna deskriptif, dan maknareferensial. Berdasarkan penggunaannya, dihasilkan bentuk-bentuk istilah yang secara etnolinguistik hanyadigunakan dan dapat dipahami oleh masyarakat pemilik budaya dan pengguna bahasa tersebut.Kata Kunci: Istilah, Perkebunan, bahasa Madura, Etnolinguistik.
PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA HARIAN JAWA POS DAN KOMPAS Zaini Zaini; Agus Sariono; Andang Subaharianto
Publika Budaya Vol 1 No 1 (2013): November
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan bahasa dalam penyampaian berita pada harian Jawa Pos dan Kompas berbeda. Perbedaan tersebut bisa terjadi berkaitan dengan penerbitan pers yang memiliki segmen pasar tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di bidang leksikon dan konstruksi kalimat dalam rubrik politik dan ekonomi pada harian Jawa Pos dan Kompas dengan menggunakan metode komparatif. Berdasarkan analisis data, bahasa Kompas cenderung menggunakan kata kajian, kata baku serta penyampaian kesantunan bahasa yang lebih baik dibandingkan Jawa Pos. Sebaliknya, Jawa Pos cenderung menggunakan kata-kata yang sederhana, mengalir (hampir serupa dengan bahasa tutur), serta memiliki penyampaian kesantunan bahasa yang lebih rendah dibandingkan harian Kompas. Kompas lebih banyak menggunakan kalimat panjang (kalimat majemuk) dibandingkan Jawa Pos. Penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Kompas lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke atas. Begitu sebaliknya, penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Jawa Pos lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke bawah.
ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN PADA ACARA RITUAL PETIK PARI OLEH MASYARAKAT JAWA DI DESA SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG (KAJIAN ETNOLINGUISTIK) Bebetho Frederick Kamsiadi; Bambang Wibisono; Andang Subaharianto
Publika Budaya Vol 1 No 1 (2013): November
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk, makna, dan penggunaan istilah-istilah yang digunakan pada ritual petik pari oleh masyarakat Jawa di Desa Sumberpucung Kabupaten Malang. Figur Dewi Sri menjadi simbol dan kerangka acuan berpikir bagi orang Jawa khususnya petani Jawa di dalam prosesi siklus hidup yaitu perkawinan, memperlakukan rumah dan tanah pertaniannya. Untuk melaksanakan tradisi petik pari terdapat beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain, nyiapne weneh terdapat istilah kowen, ngekum pari dan ngentas pari; bukak lahan terdapat istilah tamping, ngisi banyu, mbrojol, mopok, nglawet, nggaru dan ndhadhag; tandur terdapat istilah ndhaut, nas atau geblake dina, ngerek dan tandur; ngrumat terdapat istilah lep, kokrok, ngemes dan matun; petik pari terdapat istilah uborampen, sega ingkung, sega gurih, sega tumpeng atau sega gunungan, sega golong, iwak, kulupan, gedhang raja, bumbu urap dan cok bakal yang berisi bumbu pepek, wedhi, dhedhek lembut, kaca, suri, wedhak, janur kuning, kembang telon, menyan, dhuwit receh dan badhek; dan panen terdapat istilah ngerit, nggeblok, nyilir, nampeni dan ngiteri ghabah. Istilah-istilah yang terdapat dalam setiap tahapan tersebut mengalami perluasan makna, penyempitan makna dan tidak mengalami perubahan makna. Analisis etnolinguistik dalam penelitian ini membandingkan istilah pertanian yang digunakan masyarakat Jawa di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang dengan istilah pertanian yang digunakan masyarakat Madura di Kabupaten Jember.
ISTILAH-ISTILAH PERKEBUNAN PADA MASYARAKAT MADURA DI DESA HARJOMULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER (SUATU TINJAUAN ETNOLINGUISTIK) Kusnadi Kusnadi; Sofyan Akhmad; Subaharianto Andang
Publika Budaya Vol 2 No 1 (2014): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas tentang bentuk-bentuk, penggunaan dan makna istilah bahasa Madura pada bidangperkebunan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Data diperoleh melalui wawancarayang dilengkapi dengan teknik dasar pancing. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik cakap semuka yangdilanjutkan dengan teknik catat. Analisis data menggunakan metode padan intralingual dan metode padanekstralingual yang dilanjutkan dengan metode deskriptif. Data diklasifikasikan atas beberapa bentuk yaitu:nomina, verba, ajektiva dan frasa. Data berupa nomina terdiri atas nomina dasar, nomina turunan, nominatempat, dan nomina kuantita dan penggolong. Data berupa verba terdiri atas verba asal dan verba turunan.Berdasarkan ada tidaknya nomina yang mendampinginya, data berupa verba terdiri atas verba transitif dan verbaintransitif, sedangkan berdasarkan maknanya, data berupa verba terdiri atas verba kausatif. Secara semantik,data yang dianalisis memiliki makna istilah antara lain berupa makna khusus, makna deskriptif, dan maknareferensial. Berdasarkan penggunaannya, dihasilkan bentuk-bentuk istilah yang secara etnolinguistik hanyadigunakan dan dapat dipahami oleh masyarakat pemilik budaya dan pengguna bahasa tersebut.Kata Kunci: Istilah, Perkebunan, bahasa Madura, Etnolinguistik.