Articles
CRITICAL THINKING ABOUT TRUTH IN TEACHING (An Educational Philosophy Perspective)
Ariwidodo, Eko
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 3, No 2 (2008)
Publisher : STAIN Pamekasan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Abstrak : Pemikiran kritis harus disesuaikan dengan kebenaran yang sesuai dengan kapasitasnya. Boleh jadi beberapa pertimbangan tentang pemikiran dari tujuan pendidikan harus lebih dikhususkan sesuai dengan bidangnya, serta lebih berharga, yang selanjutnya disebut kritis, berhubungan dengan pertimbangan standar epistemic yang menginformasikan tentang filsafat Barat melalui Thales, lebih jelasnya sejak Socrates dan Plato. Tulisan ini akan lebih memfokuskan pada pertanyaan tentang mengajar kebenaran, pada saat pemikiran terbentuk di dalam suatu epistemologi kehidupan. Hal tersebut akan disertai pembelajaran tentang kebenaran, yang hanya terlihat sama kritisnya dengan pemikiran yang didapatkan.
PROBLEMATIKA DALAM BELAJAR LISTENING COMPREHENSION YANG DIHADAPI OLEH MAHASISWA SEMESTER III TADRIS BAHASA INGGRIS STAIN PAMEKASAN
Ummah MS, S. Sumihatul;
Ariwidodo, Eko;
Nikmatul Rabiyanti, Eva
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol 9, No 1 (2012)
Publisher : STAIN PAMEKASAN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (365.059 KB)
|
DOI: 10.19105/nuansa.v9i1.23
Keterampilan mendengarkan bahasa inggris yang diucapkan secara verbal (Spoken English) merupakan salah satu keterampilan yang ada dalam English Language Skills. Memahami kata atau kalimat bahasa Inggris yang diucapkan oleh penutur asli (Native Speaker) merupakan suatu persoalan yang sangat komplek yang dihadapi oleh yang belajar bahasa kedua khususnya mahasiswa semester III TBI STAIN Pamekasan. Tujuan penelitian ini, yaitu pertama, mendeskripsikan tekhnik yang digunakan dosen dalam mengajar Listening Comprehension. Kedua, merumuskan problematika yang dihadapi mahasiswa semester III TBI STAIN Pamekasan dalam belajar Listening Comprehension. Ketiga, merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar Listening Comprehension. Keempat, merumuskan cara mengatasi masalah-masalah tersebut. Hasil Penelitian ini membahas tentang problematika pembelajaran Listening Comprehension pada mahasiswa semester III TBI STAIN Pamekasan karena pada kenyataannya hasil belajar mereka masih jauh dari standart. Oleh karena itu, problemsolving dalam pembelajaran Listening Comprehension ini diharapkan akan meminimalisir masalah yang dihadapi mahasiswa dalam proses belajarnya sehingga mendapat hasil belajar yang memuaskan.
RELEVANSI PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG LINGKUNGAN DAN ETIKA LINGKUNGAN DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN
Ariwidodo, Eko
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : STAIN PAMEKASAN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (158.439 KB)
|
DOI: 10.19105/nuansa.v11i1.179
Berdasarkan realitas yang sering dijumpai bahwa kehidupan masyarakat Barurambat di kabupaten Pamekasan, tentang partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan atau pelestarian lingkungan masih tergolong rendah, tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan lokasi tertentu yang terlihat kotor dan kumuh. Tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui: (1) hubungan antara pengetahuan tentang lingkungan hidup dengan partisipasi masyarakat Barurambat kabupaten Pamekasan dalam pelestarian lingkungan; (2) hubungan antara etika lingkungan hidup dengan partisipasi anggota masyarakat Barurambat dalam pelestarian lingkungan hidup; dan (3) hubungan antara pengetahuan tentang lingkungan dan etika lingkungan secara bersama-sama dengan partisipasinya dalam pelestarian lingkungan hidup di Barurambat kabupaten Pamekasan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sampel populasi penelitian ini adalah anggota masyarakat khususnya di wilayah Barurambat Pamekasan yang berjumlah 441 orang, dengan menggunakan teknik random sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara pengetahuan tentang lingkungan dengan parisipasi dalam pelestarian lingkungan dalam masyarakat Barurambat kota Pamekasan yang ditunjukkan dengan besaran korelasi antara X1 dan Y yaitu dilihat dari koefisien Beta (β), menunjukkan bahwa H1 diterima, sehingga  terdapat hubungan yang positif antara variabel pengetahuan (X1 ) dengan partisipasi (Y) secara sangat signifikan; (2) pengaruh variabel etika lingkungan di samping sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variable etika lingkungan (X2 ) dengan partisipasi (Y); (3) setiap kenaikan satu unit rata-rata pengetahuan dan etika lingkungan secara bersama-sama, akan diikuti kenaikan partisipasi sebesar 2.77, sehingga memiliki relevansi yang sangat signifikan.
TRADISI OTOâ-OTOâ; INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT URBAN MADURA DI SURABAYA
Mujib, Fatekhul;
Ariwidodo, Eko;
Mushollin, Mushollin
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol 12, No 1 (2015)
Publisher : STAIN PAMEKASAN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (203.76 KB)
|
DOI: 10.19105/nuansa.v12i1.695
Tradisi otoâ-otoâ merupakan tradisi khas etnis Madura yang berjalan secara turun menurun, semakin lama semakin banyak pengikutnya dan semakin luas jangkauan wilayahnya hingga di kota Surabaya. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat yang berhimpun dalam kelompok organisasi informal. Prinsip dasar otoâ-otoâ adalah setiap anggota menyerahkan sejumlah uang kepada yang lungguh (penyelenggara). Jumlah uang yang diserahkan tidak ditentukan besarannya dan uang yang telah diserahkan adalah âsimpananâ dan baru bisa dinikmati ketika kelak dia lungguh. Penelitian difokuskan pada tiga hal, yaitu; Bagaimana pemahaman masyarakat urban Madura terhadap tradisi otoâ-otoâ; Bagaimana Sistem penyelenggaraannya di tengah-tengah masyarakat urban kota Surabaya yang sangat kompleks; dan bagaimana integrasi sosial masyarakat urban asal Madura melalui tradisi otoâ-otoâ tersebut. Melalui tradisi ini masyarakat etnis Madura di Surabaya dapat mengekspresikan eksistensi dirinya dalam masyarakat majemuk. Mereka dapat membangun solidaritas sosial, mengembangkan kerjasama bisnis, serta mampu menjalin integrasi sosial antar etnis Madura maupun dengan etnis lainnya yang ada di kota Surabaya.
KONTRIBUSI PEKERJA PEREMPUAN SEKTOR RUMPUT LAUT DI BLUTO KABUPATEN SUMENEP
Ariwidodo, Eko
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol 13, No 2 (2016)
Publisher : STAIN PAMEKASAN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (304.127 KB)
|
DOI: 10.19105/nuansa.v13i2.1389
Seaweed is one of the marine resources as capital for livelihood development in addition to the fishermen catch fish. Seaweed cultivation can support the survival of fishermen especially in Bluto Sumenep. Seaweed also can produce a wide variety of products that can provide benefits to the villagers. Seaweed farming activities is not only performed only by men, but women (or wives) can do as well. The purpose of this study is try to describe the characteristics of fishing seaweed; describe the division of labor between husband and wife fishing seaweed; analyze differences in access to and control over production resources between husband and wife; and the contribution of women to the household incomes of seaweed fishermen. The methods used quantitative method that is supported by qualitative method. The role and contribution of the wife can be seen from the amount of time devoted to each activity carried out both on productive activity, reproductive, and social activities. Wifes involvement in productive activities also contribute income to their household income. Wife revenues can contribute the household expenses when their husbands are still missing. Husband tends to play a role in productive activity, whereas the wife role in reproductive and social activities.
LOGOSENTRISME JACQUES DERRIDA DALAM FILSAFAT BAHASA
Ariwidodo, Eko
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture Vol 21, No 2 (2013): ISLAM, BUDAYA DAN BAHASA
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19105/karsa.v21i2.38
Tradisi filsafat Barat sepenuhnya didasarkan pada apa yang disebut sebagai logosentrisme atau ‘metafisika kehadiran’ (metaphysics of presence). Logosentrisme merupakan sistem metafisik yang mengandaikan logos atau kebenaran transendental di balik segala hal yang tampak di permukaan atau segala hal yang terjadi di dunia fenomenal. Makna tidak pernah hadir kecuali dalam intertekstualitas tanda. Derrida mengajak untuk melampaui bahasa seperti yang dihasilkan oleh sistem linguistik dan logika. Hubungan antara bahasa dan pikiran merupakan hubungan yang timpang. Pikiran selalu diperlakukan lebih tinggi danpada kata-kata, Pikiran menjadi sumber dari bahasa, sementara bahasa hanya kepanjangan tangan dari pikiran. Bahasa bertugas menyampaikan sesuatu yang ingin diekspresikan oleh pikiran. Derrida menolak supremasi pikiran sebagai fakultas tersendiri yang bebas dari bahasa, dan sebaliknya menegaskan bahwa pikiran juga terkontaminasi oleh bahasa dan diferensialitas tanda-tanda. Derrida mengoperasikan differance untuk membedah kelemahan internal dari metafisika Barat. Pengaruh dari differance juga melebar ke institusi-institusi pengetahuan lainnya yang membentuk nalar epistemik dari setiap pemikiran yang baku, tertutup, dan final. Differance menjadi anasir yang tak terelakkan dalam setiap disiplin keilmuan. Sistem-sistem pemikiran dibangun di atas ‘teks’ dan beroperasi dengan cara kerja teks, tak dapat menghindar dari differance. Kehadiran differance juga menggerakkan seluruh permukaan teks yang terlihat datar dengan memfungsikan kembali ‘logika permainan’ yang direpresi oleh logika yang dominan. Kebenaran, makna, atau referens dalam teks tidak menjadi prioritas utama yang dicari. Semua ini dialami lebih sebagai proses. Differance secara terus-menerus mempertanyakan asumsi-asumsi yang mapan dan mengujinya dengan kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih radikal, paradoksal, atau bahkan absurd.
The Symbolic Interaction of Tandhe’ in Sumenep Madurese
Al Humaidy, Mohammad Ali;
Ariwidodo, Eko
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture Vol 28, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19105/karsa.v28i1.1584
Local culture everywhere presents meaning space as a guideline for people’s lives, even the presence of tradition can be a medium of social transformation. The tandhe’ as one of the local cultural treasures in Sumenep Madura, emerged as an appreciation of past civilizations that believe that tandhe’ is not a mere spectacle but also as a communication medium that contains the values of goodness. Signs implicitly or explicitly important to learn because it often contains the essence of da’wah which calls on humans to remember God. Tandhe’ as a manifestation of local wisdom will be an effective communication medium for building communities when properly packaged, because cultural anomalies can occur at any time. The researcher uses a qualitative approach in the form of field research so that researchers can directly make observations and even participate in contributing ideas as feedback from informants ideas. The presence of tandhe’ has until now experienced a shift in the function and purpose of tandh’ itself. The ancient kings tandhe’ functioned as the media for the propaganda used by Walisongo in order to spread the teachings of Islam. The religious value of the tandhe’ began to fade because the lovers of the tandhe’ began to abandon the teachings taught by the Walisongo. Tandhe’ at the moment is more dominant in the nature of entertainment which aims only for worldly purposes only. Tandhe’ essentially has a symbolic communication used by Walisongo in preaching Islam to the community which is also a symbol of tirakat by human.
Shifting Paradigm of Modern Islam Fundamentalism as Islamized Space Autonomy in Indonesia
Ariwidodo, Eko
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture Vol 25, No 1 (2017)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19105/karsa.v25i1.1357
Idealism various groups of political Islam failed to change the political landscape of the Middle East and some other regions. Political Islam is not won power, while the old regimes are still in power. Western powers are increasingly plugging hegemony (political, economic, cultural) in the region. Political Islam is also not always successfully display the values contained in the ideals of fundamentalism in the form of the application of religious laws in politics. Islamic fundamentalists in some places only produce changes that are not significant in the fields of law, politics and economics. In this case, fundamentalism does emphasize the application of Sharia totally, but often do not care about the character of the political system. The variant of the traditional and modern fundamentalism fundamentalism can be seen also shift to the neo-fundamentalism. Orientation and strategy of neo-fundamentalism is the master of society through social action, far from being revolutionary, neo-fundamentalists are now entering into civil society and political classes. Although the character of the revolution is lost, the symbols of Islam seeped into the public and political discourse of Islam. Neo-fundamentalism seeks re-islamization society at grassroots level, and no longer through the country. Fundamentalists are directing the struggle in the birth of an Islamic society and Islamic space. This shift has seen as a symbol of Islamic fundamentalism in the political failure that resulted in a significant change in the weight of thought and movement.Copyright (c) 2017 by KARSA. All right reserved DOI: 10.19105/karsa.v25i1.1357
LOGOSENTRISME JACQUES DERRIDA DALAM FILSAFAT BAHASA
Eko Ariwidodo
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture Vol. 21 No. 2 (2013): ISLAM, BUDAYA DAN BAHASA
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19105/karsa.v21i2.38
Tradisi filsafat Barat sepenuhnya didasarkan pada apa yang disebut sebagai logosentrisme atau ‘metafisika kehadiran’ (metaphysics of presence). Logosentrisme merupakan sistem metafisik yang mengandaikan logos atau kebenaran transendental di balik segala hal yang tampak di permukaan atau segala hal yang terjadi di dunia fenomenal. Makna tidak pernah hadir kecuali dalam intertekstualitas tanda. Derrida mengajak untuk melampaui bahasa seperti yang dihasilkan oleh sistem linguistik dan logika. Hubungan antara bahasa dan pikiran merupakan hubungan yang timpang. Pikiran selalu diperlakukan lebih tinggi danpada kata-kata, Pikiran menjadi sumber dari bahasa, sementara bahasa hanya kepanjangan tangan dari pikiran. Bahasa bertugas menyampaikan sesuatu yang ingin diekspresikan oleh pikiran. Derrida menolak supremasi pikiran sebagai fakultas tersendiri yang bebas dari bahasa, dan sebaliknya menegaskan bahwa pikiran juga terkontaminasi oleh bahasa dan diferensialitas tanda-tanda. Derrida mengoperasikan differance untuk membedah kelemahan internal dari metafisika Barat. Pengaruh dari differance juga melebar ke institusi-institusi pengetahuan lainnya yang membentuk nalar epistemik dari setiap pemikiran yang baku, tertutup, dan final. Differance menjadi anasir yang tak terelakkan dalam setiap disiplin keilmuan. Sistem-sistem pemikiran dibangun di atas ‘teks’ dan beroperasi dengan cara kerja teks, tak dapat menghindar dari differance. Kehadiran differance juga menggerakkan seluruh permukaan teks yang terlihat datar dengan memfungsikan kembali ‘logika permainan’ yang direpresi oleh logika yang dominan. Kebenaran, makna, atau referens dalam teks tidak menjadi prioritas utama yang dicari. Semua ini dialami lebih sebagai proses. Differance secara terus-menerus mempertanyakan asumsi-asumsi yang mapan dan mengujinya dengan kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih radikal, paradoksal, atau bahkan absurd.
Shifting Paradigm of Modern Islam Fundamentalism as Islamized Space Autonomy in Indonesia
Eko Ariwidodo
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture Vol. 25 No. 1 (2017)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19105/karsa.v25i1.1357
Idealism various groups of political Islam failed to change the political landscape of the Middle East and some other regions. Political Islam is not won power, while the old regimes are still in power. Western powers are increasingly plugging hegemony (political, economic, cultural) in the region. Political Islam is also not always successfully display the values contained in the ideals of fundamentalism in the form of the application of religious laws in politics. Islamic fundamentalists in some places only produce changes that are not significant in the fields of law, politics and economics. In this case, fundamentalism does emphasize the application of Sharia totally, but often do not care about the character of the political system. The variant of the traditional and modern fundamentalism fundamentalism can be seen also shift to the neo-fundamentalism. Orientation and strategy of neo-fundamentalism is the master of society through social action, far from being revolutionary, neo-fundamentalists are now entering into civil society and political classes. Although the character of the revolution is lost, the symbols of Islam seeped into the public and political discourse of Islam. Neo-fundamentalism seeks re-islamization society at grassroots level, and no longer through the country. Fundamentalists are directing the struggle in the birth of an Islamic society and Islamic space. This shift has seen as a symbol of Islamic fundamentalism in the political failure that resulted in a significant change in the weight of thought and movement.Copyright (c) 2017 by KARSA. All right reserved DOI: 10.19105/karsa.v25i1.1357