Kabupaten Klungkung menghadapi krisis ketersediaan air akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan air yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk dan perubahan tata guna lahan. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya dukung lingkungan berbasis air menggunakan pendekatan koefisien limpasan untuk menghitung ketersediaan air dari curah hujan dan penggunaan lahan, serta estimasi kebutuhan air berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan hidup layak. Metode yang digunakan adalah pendekatan koefisien limpasan untuk menghitung ketersediaan air berdasarkan data curah hujan dan penggunaan lahan, serta perhitungan kebutuhan air berdasarkan jumlah penduduk dan standar kebutuhan hidup layak sesuai Permen LH No. 17 Tahun 2009.  Hasil analisis menunjukkan bahwa total ketersediaan air (permukaan dan tanah) sebesar 299,78 juta m³/tahun pada 2029, sedangkan kebutuhan air mencapai 399,72 juta m³/tahun, menghasilkan defisit sebesar 99,94 juta m³ (indeks daya dukung 0,75). Secara spasial, Kecamatan Nusa Penida masih surplus 76,75 juta m³ (indeks 1,56), sementara Kecamatan Klungkung mengalami defisit terbesar sebesar 85,89 juta m³ (indeks 0,28). Ketimpangan akses terjadi karena keterbatasan infrastruktur dan kondisi geografis, terutama di desa pesisir Nusa Penida yang mengalami krisis air meskipun wilayahnya surplus. Hasil kajian ini penting untuk perencanaan strategis dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan berkeadilan.