Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan tiga bahasa dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar di Kecamatan Lambitu, Kabupaten Bima, yaitu Bahasa Lambitu (bahasa ibu lokal), Bahasa Bima (bahasa daerah umum), dan Bahasa Indonesia (bahasa nasional). Subjek dalam penelitian ini adalah enam guru sekolah dasar yang aktif mengajar matematika pada siswa kelas rendah dan tinggi. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara mendalam sebagai instrumen utama pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaksesuaian bahasa pengantar dengan latar belakang linguistik siswa menghambat pemahaman konsep matematika, terutama ketika istilah-istilah matematis tidak diterjemahkan atau dijelaskan dalam bahasa yang familiar bagi siswa. Para guru mengungkapkan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pengantar sering menyebabkan kebingungan, kurangnya keterlibatan siswa, dan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Sebaliknya, ketika guru menggunakan pendekatan yang responsif terhadap bahasa, seperti menjelaskan kembali konsep dalam Bahasa Bima atau Bahasa Lambitu, pemahaman siswa meningkat secara signifikan. Temuan ini mendukung teori bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga mediasi kognitif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, penggunaan bahasa pengantar yang sesuai dengan kondisi sosial-budaya dan linguistik siswa menjadi kunci dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika di daerah multibahasa.