Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

SEISMIC-DERIVED ROCK TRUE RESISTIVITY (R) REVISITED. PARTI: REFORMULATION OF COMBINED GASSMANN - SHALY SAND MODELS Bambang Widarsono; Merkurius. F. Mendrofa
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 29 No. 2 (2006): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The last decade has observed frantic efforts bygeoscientists to extract as much Information as pos-sible from seismic data. From the traditional role ofestablishing subsurface structural geometry, seismicProcessing and interpretations have evolved into anever increasing role in providing rock physical prop-erties such as acoustic impedance (Al) and porosity(<(>).
A LABORATORY STUDY TO IMPROVE ACID STIMULATION IN SANDSTONES Septi Anggraeni; Junita Trivianty; Bambang Widarsono
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 29 No. 3 (2006): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The main purpose of acidizing is to improve wellproductivity. Acids are useful for this reason becauseof their ability to dissolve undesired formation mineralsand materials which may either be intrinsic in natureor be introduced into the formation during theprocesses of drilling, completion, and production.
SEISMIC-DERIVED ROCK TRUE RESISTIVITY (Rt) REVISITED. PART II: REFORMULATION USING WYLLIE’S TIME-AVERAGE MODEL Bambang Widarsono; Merkurius. F. Mendrofa
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 29 No. 3 (2006): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper is the second of a three-part presentation.As highlighted in the previous paper (Part I,Widarsono & Mendrofa, 2006), the main objective ofthe study is to re-evaluate the potential of acousticimpedance as a source of resistivity data.
A METHOD FOR CORRECTING BIAS IN SPONTANEOUS POTENTIAL (SP) LOG READING DUE TO HEAVY PRESENCE OF METALLIC MINERALS Bambang Widarsono
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 28 No. 1 (2005): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In reservoir characterization and modeling, informa-tion derived from well log surveys (Figure 1) plays animportant role.
NMR T, CUT OFF: WHICH ONE IS TO BE USED FOR APPLICATION? Bambang Widarsono; Junita Trivianty Musu
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 30 No. 3 (2007): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Recent developments in petroleum industry have been -witnessing the surge of the use of nuclearmagnetic resonance (NMR) log. Despite some remaining problems the NMR technology appearsto gain more acceptance as petrophysical tool for evaluating reservoir quality. Comprehensiveformation evaluation requires determination of irreducible fluids, movable fluids, and permeabil-ity. Hoyvever, rock heterogeneity introduces complexity in any formation evaluation activities.This can also cause problem for NMR log interpretation. In the presence of clays the most com-monly used T, cut off values, a constant value throughout a formation, seem to eventually yieldinaccurate irreducible yvater saturation estimates, as yvell as other output such as permeability.This study focuses at finding a solution for finding the best way of choosing the most representa-tive T, cut off value to be used in NMR log interpretation. This is indeed a common pressingproblem for heterogeneous formation rocks such as in the case of Tirrawarra sandstones used inthis study. The main part of the study is devoted to comparison between the use of single aver-aged T,c value and establishment of empirical correlations enabling the provision of T,c for anylevel of heterogeneity (i.e. various levels of shaliness). The study hoyvever surprisingly shoyvsthat, in spite of the theoretical soundness of the empirical correlations established, simple aver-aging of T,c values yielded by a reliable method proves itself adequate. This conclusion thereforehelps considerably in reducing complexity in NMR log interpretation. Key yvords: T,e irreducible yvater saturation, ductile components, empirical correlation, aver-aged T2c
KAJIAN REGULASI PENGUSAHAAN OIL SANDS KEDALAMAN DANGKAL DENGAN METODE OIL MINING Usman Pasarai; Hazman; Endras Pribadi; Anda Lucia; Bambang Widarsono
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 53 No. 1 (2019): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk mengurangi kesenjangan antara kemampuan produksi dan kebutuhan minyak bumi nasional yang semakin lebar ke depan, maka diperlukan kegiatan penganekaragaman sumber daya minyak bumi, diantaranya dari oil sands kedalaman dangkal. Teknologi eksploitasi oil sands kedalaman dangkal dengan cara penambangan terbuka yang dikenal sebagai oil mining sangat berbeda dengan teknologi eksploitasi minyak bumi konvensional, sehingga diperlukan regulasi khusus sebagai landasan hukum operasional oil mining. Tujuan kajian ini adalah menelaah aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu rezim dan aturan hukum yang diperlukan terkait pengusahaan oil sands kedalaman dangkal. Metodologi kajian menggunakan pendekatan hukum normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka terhadap data sekunder serta bahan hukum primer dan sekunder. Hasil kajian menyimpulkan bahwa karakteristik minyak bumi yang ditemukan pada endapan dangkal oil sands di Indonesia memenuhi kriteria pengertian minyak bumi yang dimaksud Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, sehingga undang-undang ini dapat menjadi payung hukum pengusahaan oil sands dengan teknologi oil mining. Dukungan formal dari Pemerintah kepada Kontraktor Hulu Migas pada tahap uji coba diperlukan karena belum ada regulasi khusus sebagai landasan hukum operasional kegiatan oil mining. Teknologi oil mining perlu diakomodir dalam definisi Eksploitasi dalam Undang Undang Migas untuk menjadi landasan hukum positif pengembangan oil sands kedalaman dangkal untuk peningkatan cadangan dan produksi minyak bumi nasional.
Perubahan Sifat Kebasahan Fluida dan Sifat Kelistrikan Batuan Reservoir: Isu Lama, Persoalan Aktual Bambang Widarsono
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 42 No. 1 (2008): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Eksponen saturasi (n) adalah salah satu parameter yang memainkan peran penting sekali dalam pengestimasian saturasi air dengan menggunakan data log sumur. Permasalahan yang telah diketahui secara meluas tetapi belum ditangani dengan optimum sampai sat ini adalah adanya perbedaan yang berarti antara data eksponen saturasi yang diukur pada kondisi atmosferdan pada kondisi reservoir, akibat adanya perubahan sifat kebasahan (wettability) batuan, sedangkan fakta menunjukkan bahwa sebagian besar data tersebut diukur pada kondisi atmosfer. Artikel ini menyoroti kembali permasalahan lama yang masih tetap aktual ini dengan tujuan memperingatkan kembali pentingnya masalah ini. Penyebab-penyebab terjadinya perbedaan tersebut seperti perubahan sifat kebasahan, efek ekstrasi, efek cara pensaturasian, dan efek akibat kompresi dan pemanasan dibahas dengan cukup mendalam. Efek dari ketidakpastian dalam estimasi saturasi air akibat data eksponen saturasi yang tidak representatif juga disajikan secara grafis. Tulisan ini ditutup dengan diskusi mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat diambil dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya perubahan sifat kebasahan batuan agar batuan percontoh yang hendak diukur di laboratorium memiliki sifat kebasahan yang merepresentasikan keadaan di reservoir.
Hubungan antara Porositas dengan Kedalaman untuk Reservoir-Reservoir Batupasir di Indonesia Barat Bambang Widarsono
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 42 No. 3 (2008): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Porositas batuan sebagai data penting bagi kegiatan produksi minyak dan gas (migas) memiliki hubungan yang unik, meskipun bervariasi, dengan kedalaman. Secara umum porositas mengecil dengan bertambahnya kedalaman, dan pengetahuan ini menjadi suatu aset yang sedikit banyak dapat digunakan untuk berbagai aplikasi di industri migas antara lain untuk mengontrol keakuratan porositas hasil evaluasi log sumuran. Pertanyaan yang selalu hadir adalah apakah hubungan antara porositas dan kedalaman yang ada di literatur cukup valid untuk kasus-kasus di Indonesia. Tulisan ini menyajikan usaha untuk mencari validitas bagi hubungan porositas – kedalaman yang ada di literatur. Sebagai data penguji diambil porositas 157 percontoh batuan dari 15 lapangan minyak yang berasal dari 6 cekungan di Indonesia bagian Barat. Hasil utama dari studi ini adalah tidak validnya hubungan porositas – kedalaman yang ada dan bukti bahwa tingginya tingkat sementasi dan heterogenitas dari batuan-batuan reservoir di Indonesia. Hasil penting lainnya adalah sebuah hubungan matematis porositas – kedalaman yang sedikit banyak dapat dianggap mewakili untuk reservoir-reservoir di Indonesia Barat.
Apakah Estimasi Porositas dari Log Akustik Cukup Akurat untuk Batuan yang Tersaturasi Secara Parsial – Sebuah Alternatif Sederhana untuk Mengurangi Heru Atmoko; Rosidelly Rosidelly; Bambang Widarsono; Fakhriyadi Saptono
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 38 No. 1 (2004): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam memperkirakan harga besaran porositas dapat digunakan bermacam-macam metode, antara lain dengan merambatkan gelombang akustik pada media berpori dengan memberikan interpretasi kecepatan gelombang tersebut. Pada tahun 1956 Wyllie dkk mengajukan persamaan waktu rata-rata (time average), yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas berdasarkan hasil penelitian terhadap batuan pasir (sandstone) di laboratorium. Persamaan Wyllie di atas sebenarnya hanya berlaku pada kondisi dimana batuan yang diukur porositasnya mengandung hanya air saja, dengan porositas yang seragam, bersih dari lempung, dan kompak. Contoh yang dapat dianggap paling relevan adalah daerah di sekitar lubang bor. Fakta di sekitar lubang bor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan bias dalam memperkirakan harga besaran porositas batuan karena asumsi yang lazim dalam menggunakan persamaan Wyllie adalah batuan tersaturasi secara penuh oleh satu jedis fluida saja. Beragamnya saturasi fluida di formasi ternyata dapat mempengaruhi akurasi perhitungan porositas yang dihasilkan dari log akustik. Untuk mendapatkan besaran porositas yang akurat diperlukan pemilihan waktu transit matriks batuan dan waktu transit fluida yang cukup mewakili. Suatu bentuk koreksi atas perhiitungan porositas akustik pada kondisi saturasi air kurang dari 100% telah dibangun beserta penerapan di laboratorium. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap litologi lainnya seperti pada formasi karbonat untuk mengetahui sejauh mana validasinya atas bentuk koreksian yang telah dibangun
Kajian Singkat atas Syarat Kenonkonduktifan Matriks Batuan dalam Model Saturasi Air Archie Heru Atmoko; Bambang Widarsono; Rosidelly
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 36 No. 2 (2002): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seperti diketahui secara umum model estimasi saturasi air Archie dibangun dengan anggapan dasar hahwa model tersehut hanva valid pada batupasir yang bebas dari mineral konduktif apa pun. Ketidakpastian dalam pemilihan model saturasi air yang tepat menjadikan bahwa anggapan tersebut harus dikaji kembali dengan pengujian langsung di laboratorium. Tulisan ini menyajikan hasil dari pengukuran sifat kelistrikan dari dua buah percontoh batupasir sintetik berkandungan lempung kaolinit 10%, dan 25% dari volume matriks. Penerapan model Archie dan Waxman & Smits memperlihatkan adanva korelasi yang baik antara saturasi air terestimasi dan data saturasi air yang teramati langsung. Bukti ini memperlihatkan hahwa syarat kenonkonduktifan matriks bagi model Archie tidak perlu diterapkan secara ketat. Dengan demikian telah dibuktikan hahwa model Archie dapat diterapkan untuk batupasir berkandungan mineral konduktif/semi-konduktif sampai pada tingkat yang dapat diterima.