Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PENAMBAHAN KARAGENAN SEBAGAI STABILIZER TERHADAP KARAKTERISTIK OTAK-OTAK IKAN KURISI (Nemipterus nematophorus) Putra, Dimas Ahmad Priangga; Agustini, Tri Winarni; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.324 KB)

Abstract

Otak-otak ikan merupakan salah satu produk diversifikasi hasil perikanan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat luas. Selama kurun waktu terakhir ini karagenan mulai marak digunakan dalam proses pengolahan pangan, namun masih jarang pengolahan otak-otak ikan yang menggunakan bahan tambahan karagenan. Karagenan diduga dapat menstabilkan sistem emulsi pada otak-otak ikan, karena karagenan memiliki sifat sebagai penstabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda terhadap kualitas produk otak-otak ikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) dan karagenan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan konsentrasi berbeda penambahan karagenan yaitu 0%; 0,5%; 1% dan 1,5% dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan uji sensori. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik sedangkan Kruskal-Wallis dilanjut dengan uji Mann-Whitney untuk data non-parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan karagenan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, dan kadar protein. Otak-otak ikan kurisi dengan penambahan karagenan 1,5% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: stabilitas emulsi 88,80%; aktivitas air (Aw) 0,86; kekuatan gel 873,99 g.cm; kadar air 56,57%; kadar abu 1,98%; kadar lemak 2,26% dan kadar protein 12,95%. Nilai proksimat otak-otak ikan tersebut memenuhi persyaratan mutu SNI. “Otak-otak” is one of fish product diversification that has long been known by the community. Recently the use of carrageenan in food processing becoming popular, but there is few study regarding to processing of “otak-otak” using carrageenan. Carrageenan could be used as stabilizer on emulsion system of fish “otak-otak”, because carrageenan has its properties on. The aim of this research was to know the effect of carrageenan with different concentrations on product quality of “otak-otak”. The material used in this research were threadfin bream  (Nemipterus nematophorus) and carrageenan. This research used completely randomized experimental design which consists of 4 different treatments, i.e: addition of carrageenan with different concentration of 0%; 0.5%; 1% and 1.5% with 3 replication. The testing parameters were emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, fat content, protein content, and sensory test. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To find out the different between the treatments, data was analyzed by Honestly Significant Difference (HSD) for parametric data, while Kruskal-Wallis Test for non-parametric data then continued with the Mann-Whitney Test. Research results showed that the addition of carrageenan gave significant effect (P <0.05) on emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, and protein content. “Otak-otak” made of threadfin bream with the addition of 1.5% carrageenan is the best product with the quality criteria: stability of emulsion 88.80%; water activity (Aw) 0.86; gel strength 873.99 g.cm; moisture content 56.57%; ash content 1.98%; fat content 2.26% and protein content 12.95%. Proximate value of “otak-otak” fulfilled the quality requirements of Indonesia National Standard.
PENGARUH METODA PENGASAPAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS DAN DAYA CERNA PROTEIN KASAR IKANBANDENG ASAP SECARA IN VIVO PADA MENCIT (Musmusculus) Mahendra, Galih; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengawetan dan pengolahan ikan dengan cara pengasapan (smoking) sudah sangat lama dilakukan oleh manusia. Suatu produk makanan dapat dikatakan bergizi apabila kandungan gizi yang terkandungdicerna oleh tubuh.Penelitian ikan bandeng asap yang diolah dengan liquid smoke dan smoking cabinet telah dilakukan untuk mengetahui kualitas dan daya cerna protein kasar pada mencit. Berdasarkan uji Kruskal-wallis diperoleh hasil tekstur ikan asap liquid smoke memperoleh hasil lebih baik (P<0,05) yaitu berbeda nyata, sedangkan rasa ikan bandeng asap memperoleh hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan hasil uji  t-test. Kadar fenol ikan bandeng asap mendapatkan t hitung (764,302) > t tabel 0,01 (63,657) yang menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01), dengan smoking cabinet memperoleh hasil yang lebih tinggi. Kadar air ikan bandeng asap memperoleht hitung (28,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Kadar protein ikan bandeng asap memperoleht hitung (49,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Untuk presentase daya cerna protein memperoleht hitung (2,301)< t tabel 0,05 (4,303) yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05).Perbedaan  metode pengasapan mempengaruhi kualitas ikan asap dan kecenderungan ikan asap liquid smoke memiliki kecernaan protein kasar lebih baik.
PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI YANG BERBEDA DAN KARAGENAN TERHADAP KARAKTERISTIK SOSIS IKAN PATIN (Pangasius pangasius) Kharisma, Mega; Dewi, Eko Nurcahya; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.339 KB)

Abstract

Sosis ikan dapat dibuat dengan produk berbasis surimi, hal ini disebabkan protein miofibril dalam ikan Patin dapat berperan dalam pembentukan gel. Kekuatan gel sosis yang dihasilkan rendah sehingga dapat ditambahkan dengan isolat protein kedelai (IPK) yang berfungsi menstabilkan emulsi dan karagenan berfungsi pembentuk gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan penambahan IPK dan karagenan terhadap karakteristik sosis ikan Patin selain itu untuk mengetahui konsentrasi IPK serta karagenan terbaik pada sosis ikan Patin. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Patin. Penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor, tiap perlakuan tiga kali pengulangan. Perlakuan pada pembuatan sosis yaitu penambahan IPK 4%, 5% dan 6% serta karagenan 0,5%. Variabel mutu yaitu kekuatan gel, stabilitas emulsi, kadar air, kadar protein dan kadar lemak. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Data pengujian sensori sosis ikan, uji lipat dan uji gigit diuji dengan uji Kruskall-Wallis dilanjutkan dengan uji Multiple Comparison. Hasil penelitian menunjukkan sosis ikan dengan konsentrasi isolat protein kedelai 4% dan karagenan 0,5% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: kekuatan gel 761,36 g.cm; uji gigit 7,73; uji lipat 4,90 (A); kadar air 68,34%; kadar protein 59,42% (bk); kadar lemak 4,04% (bk) dan stabilitas emulsi 83,51%. Nilai rata-rata pengujian sensori diperoleh nilai kenampakan 8,40; aroma 7,80; rasa 7,93; tekstur 8,40. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan IPK dan karagenan memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakteristik sosis ikan Patin. Fish sausage can be made from surimi based product, it possibly caused by Patin fish’s myofibril protein function is as a gel former. However, gel strength from catfish sausage is low, therefore it can be added with Soy Protein Isolate (SPI) which have function to stabilized the emulsion and carrageenan that can form a gel. The purposed of this study were to determine the influence of various addition of SPI and carrageenan to catfish sausage characteristics and to choose the best concentration of SPI and carrageenan addition to catfish sausage based on it’s characteristics. The material of this study was catfish. The method used was completely randomized design with one factor, in triplicates on each treatments. The main study was using the various SPI concentrations about 4%, 5%, 6%  and carrageenan about 0.5%. The parameters measured were gel strength, emulision stability, water content, protein content and lipid content. Data analized by ANOVA and Honestly Significant Difference Test (HSDT). The data of fish sausage sensory test, folding test and teeth cutting test used Kruskall-Wallis test then continued by Multiple Comparison test. The result showed that fish sausage with SPI concentration about 4% and carrageenan about 0,5% was the best product with the parameters value : gel strength 761.36 g.cm; teeth cutting test 7.73; folding test 4.90 (A); water content 68.34%; protein content 59.42% (dw); lipid content 4.04% (dw) and emulsion stability 83.51%. The average value of sensory test showed general appearance 8.4; odor 7.8; flavor 7.93; texture 8.4. Based on the research result, the addition of SPI and carrageenan significantly affect on the characteristics of sausage Patin fish.
PENGARUH METODE PENGASAPAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS DAN DAYA SIMPAN IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) ASAP SUHU RUANG Wibowo, Salim Ari; Riyadi, Putut Har; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) termasuk ikan yang bergizi tinggi dan potensial untuk dimanfaatkan sebagai ikan Mujair asap. Penelitian tentang kualitas ikan Mujair asap dengan metode yang berbeda dan lama simpan yang berbeda belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas ikan asap yang diolah secara tungku (MT) dan dengan smoking cabinet (MSC) selama penyimpanan 0 – 4 hari (H0, H1, H2, H3 dan H4). Hasil penelitian perbedaan metode pengasapan dan lama penyimpanan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) pada parameter kadar air, nilai Aw, TPC dan TBA. Nilai organoleptik MT yang masih sesuai standar adalah MTH2 sebesar 7.133 + 0.125. Organoleptik MSC yang masih sesuai standar adalah MSCH1 sebesar 7.378 + 0.133. Kadar air (%) MT yang masih sesuai standar adalah MTH1 sebesar 58.852. Kadar air (%) MSC yang masih sesuai standar adalah MSCH0 sebesar 57.610. Nilai Aw MT yang terbaik adalah MTH0 sebesar 0.974. Nilai Aw MSC yang terbaik adalah MSCH0 sebesar 0.967. Nilai TPC (Log cfu/gr) MT yang masih sesuai standar adalah MTH2 sebesar 3.771. Nilai TPC MSC yang masih sesuai standar adalah MSCH2 sebesar 3.322. Nilai TBA (mg malonaldehida/Kg) MT yang masih sesuai standar adalah MTH4 sebesar 1.801. Nilai TBA MSC yang sesuai standar adalah MSCH4 sebesar 1.901. Kualitas ikan Mujair asap smoking cabinet tidak jauh berbeda dengan ikan Mujair asap tungku selama penyimpanan. Daya simpan ikan Mujair asap bertahan pada hari ke 2.
PENGARUH PERBANDINGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN BUBUR RUMPUT LAUT Ulva lactuca TERHADAP KARAKTERISTIK KERUPUK Novania, Anita; Sumardianto, Sumardianto; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 1 (2017): Wisuda Periode Bulan Januari 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.56 KB)

Abstract

Tulang ikan mengandung kalsium. Konsumsi kalsium masyarakat Indonesia masih kurang dari kebutuhan kalsium yang dianjurkan. Serat juga merupakan komponen penting pada diet manusia. Salah satu sumber serat adalah selada laut. Pemanfaatan kedua bahan pangan tersebut dapat ditambahkan pada kerupuk, sehingga dapat meningkatkan nutrisi dalam produk tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kimia, fisik dan sensori kerupuk dengan penambahan tepung tulang ikan nila dan bubur rumput laut Ulva lactuca. Materi penelitian adalah tepung tulang ikan nila dan bubur rumput laut U. lactuca, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan perbandingan konsentrasi tepung tulang ikan nila dan bubur rumput laut yaitu 0%:0% (K); 5%:20% (F1); 10%:15% (F2); 15%:10% (F3); 20%:5% (F4) dengan pengulangan 3 kali. Data parametrik dianalisis menggunakan ANOVA. Data nonparametrik dianalisis dengan Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerupuk dengan penambahan tepung tulang ikan nila dan bubur rumput laut berpengaruh terhadap kadar kalsium, proksimat, volume pengembangan dan hedonik. Pada kerupuk F4 memiliki kandungan kalsium tertinggi (3,69 ± 0,11), kadar air terendah (11,43 ± 0,06), kadar abu terbesar (15,99 ± 0,09), kadar protein tertinggi (8,27 ± 0,10). Serat kasar tertinggi pada F1 (4,45 ± 0,03). Nilai hedonik warna dan rasa tertinggi pada F2 yaitu warna (4,23±1,04) dan rasa (4,33±0,88).
PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK BAKSO DARI SURIMI IKAN SWANGI (Priacanthus tayenus) Astuti, Rahayu Tri; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.097 KB)

Abstract

Ikan swangi memiliki daging yang berwarna putih sehingga dapat diolah menjadi berbagai macam produk berbasis fish jelly seperti surimi. Bakso ikan merupakan salah  satu  usaha  diversifikasi  produk  perikanan  yang  dapat  dikembangkan dan berpeluang menambah nilai  tambah  (added  value). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan isolat protein kedelai dalam bakso dari surimi ikan swangi (Priacanthus tayenus) terhadap karakteristik fisik, kimia dan sensori. Ikan diolah menjadi surimi dengan 3 kali proses pencucian. Surimi yang dihasilkan lalu diolah kembali menjadi bakso dengan penambahan isolat protein kedelai 4%,7% dan 10%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang berbeda (penambahan isolat protein kedelai 4%, 7% dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan penambahan isolat protein kedelai konsentrasi 7% pada pengolahan bakso ikan swangi memperoleh hasil yang terbaik dengan kekuatan gel (1229,19gf), stabilitas emulsi (88,3%), kadar protein (20,2%), kadar lemak (5,36%), kadar air (55,66%), nilai pH (6,37), uji lipat (4,9), uji gigit (7,57) dan uji hedonik disukai. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan isolat protein kedelai pada bakso ikan swangi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, stabilitas emulsi, kadar protein, kadar lemak, kadar air, nilai pH, uji lipat dan uji hedonik parameter tekstur, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap uji gigit, uji hedonik parameter kenampakan, aroma dan rasa. Bigeye Snapper have white meat that can be processed into variety of jelly fish-based products such as surimi. A fish meatballs is one of efforts to diversify the fishery products can be developed and chance to add to the value added. The purpose of doing this research is knowing influence the soy protein isolate in meatballs of surimi bigeye Snapper (Priachantus tayenus) by analyzing physical characteristic chemical and sensory. Fish processed into surimi with 3 times the process of leaching. Surimi is produced and processed back into the meatballs eith the addition of soy protein isolate, 4%, 7% and 10%. The research experimental design used Completely Randomize Design (CRD) with different treatments (addition of soy protein isolate, 4%, 7% and 10%). The results Showed the addition of soy protein isolate concentration of 7% in the processing of fish balls swangi obtain the best results with gel strength (1229,19gf), emulsion stability (88,3%), protein (20,2%), fat (5,36%), moisture (55,66%), pH value (6,37), folding test (4,9), teeth cutting test (7,57), and hedonic test is preferably. Based on the results of this study concluded that the addition of soy protein isolate on fish balls swangi showed significant differences (P < 0.05) on levels of gel strength), emulsion stability, levels of protein, level of water, pH value, folding test, teeth cutting test, and hedonik-test the parameters of  texture, but didn’t  showed significant differences  on teeth cutting test, hedonik-test the parameters of appearance, smell and taste.
APLIKASI ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER DALAM PEMBUATAN KAMABOKO IKAN KUWE (Carangoides malabaricus) PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN Prakoso, Hendika Aris; Riyadi, Putut Har; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.948 KB)

Abstract

Alginat digunakan sebagai pengemulsi suatu bahan terutama pada bahan pangan.Kamaboko merupakan produk diversifikasi hasil perikanan yang terbuat dari lumatan daging ikan.Tujuan dari penelitian ini adalah peranan alginat sebagai subtitusi tepung tapioka untuk meningkatkan kestabilan emulsi kamaboko ikan kuwe dan juga untuk melihat pengaruh kestabilan emulsi dalam penyimpanan suhu dingin. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratories. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu pertama penambahan konsentrasi alginat yang berbeda (0% dan 2,5%) dan kedua penyimpanan suhu dingin (hari ke-0, 7, 14, 21). Hasil penelitian pendahuluan didapatkan konsentrasi terbaik subtitusi alginat 2,5% dan tepung tapioka 7,5%. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa jenis kamaboko yang berbeda dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap nilai stabilitas emulsi, nilai gel strength dan kadar air. Sedangkan pada nilai Aw hanya memberikan pengaruh yang nyata pada faktor penyimpanan. Nilai emulsi kamaboko ikan dengan subtitusi alginat penyimpanan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 berturut-turut yaitu 80,44%, 80,22%, 80,031% dan 79,64%, sedangkan tanpa subtitusi alginat (Kontrol) penyimpanan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 berturut-turut yaitu 79,96%, 79,66%, 79,29% dan 78,74%. Pengaruh jenis kamaboko yang berbeda dan lama penyimpanan menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap nilai hedonik. Kamaboko ikan subtitusi alginat dan kamaboko ikan tanpa subtitusi alginat (Kontrol) pada parameter kenampakan, aroma,dan rasa  diterima panelis selama penyimpanan hari ke-0, ke-7 dan ke-14. Sedangkan pada tekstur hanya penyimpanan hari ke-0 dan ke-7 yang diterima panelis. Alginate used as an emulsifier for food materials. Kamaboko is diversified fishery products made from minced fish. The objective of this researchwas the role of alginate as a substitute for tapioca flour to improve emulsion stability of malabar trevally fish kamaboko and even if to see the effect of emulsion stability during chilledstorage temperature. The research method used was experimental laboratories. The experimental design was factorial design which was consisted of 2 factors, firstly the addition of alginate concentration (0% and 2,5%) and secondly the kamaboko storage at chilled temperature (0, 7th, 14th, and 21st days of storage). The preliminary study showed that the best alginate concentration was 2,5%. The main research results showed that the different kamaboko and storage time showed significantly different (p<0,05) to the emulsion stability, gel strenght value, and moisture content. However, water activity showed significantly different (p<0,05) to storage time. The fish kamaboko emulsion at 0, 7th, 14th, and 21st days of storage were 80,44%, 80,22%, 80,03%, and 79,64% respectively. Whereas untreated kamaboko at 0, 7th, 14th, and 21st days of storage were 79,96%, 79,66%, 79,29%, and 78,74% respectively. The different kamaboko and time of storage showed significantly different (p<0,05) to hedonic value. The treated kamaboko and untreated kamaboko were accepted by panelist on the appearance, flavour, and taste during 0, 7th, 14th days of storage. However only texture was accepted by panelist at 0 and 7th days of storage.
PENGARUH TEPUNG KARAGENAN TERHADAP MUTU NAGET IKAN BANDENG (Chanos chanos) YANG DITAMBAHKAN TEPUNG TULANG IKAN BANDENG Najibullah, Moh Rustom; Agustini, Tri Winarni; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Naget ikan adalah suatu bentuk produk olahan daging ikan giling yang diberi bumbu-bumbu halus serta dicampur dengan bahan pengikat lalu dicetak menjadi bentuk tertentu, dicelupkan ke dalam batter dan breading kemudian digoreng atau disimpan. Penambahan tepung tulang ikan pada naget sebagai nilai tambah kadar kalsium, membuat tekstur adonan naget yang dihasilkan kasar. Karagenan adalah salah satu bahan tambahan makanan yang berfungsi sebagai penstabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tepung karagenan terhadap mutu naget ikan bandeng (Chanos chanos) yang ditambahkan dengan berbagai konsentrasi tepung tulang ikan bandeng.          Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang ikan 12,5% dan karagenan sebanyak 1,5 % dan 2% mempunyai kekerasan dan kalsium yang lebih tinggi dari pada kontrol dan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap naget ikan tanpa karagenan. Perbedaan penambahan konsentrasi tepung karagenan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap hardness, kadar kalsium, air, protein, lemak, dan abu. Perbedaan penambahan konsentrasi karagenan juga memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap tekstur dan rasa naget ikan.
PENGARUH ”SOGA TINGI” (Cerios tagal) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA KULIT IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk) Zulfa, Feniya; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.047 KB)

Abstract

Penyamakan adalah proses konversi protein kulit mentah menjadi kulit samak yang stabil, tidak mudah membusuk, dan cocok untuk beragam kegunaan, salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyamak nabati adalah soga tingi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan tanin soga tingi terhadap kualitas fisik dan kimia dari kulit ikan bandeng samak. Materi yang digunakan yaitu kulit ikan bandeng yang diperoleh dari home industry Fania Food, Yogyakarta. Larutan soga tingi diperoleh dari desa Jetis Baran, Sleman Yogyakarta. Parameter pengujian meliputi kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, suhu kerut, kadar air, kadar minyak, dan kadar zat larut dalam air. Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan perlakuan konsentrasi 27,5%, 30%, 32,5% dan 20% mimosa sebagai kontrol. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa soga tingi dengan konsentrasi bahan penyamak yang berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, suhu kerut, kadar air, kadar minyak, dan kadar zat larut dalam air. Kulit samak ikan bandeng dengan konsentrasi soga tingi 27,5% merupakan hasil yang terbaik dengan kriteria mutu : kekuatan tarik (1923,51N/cm2), kemuluran (24,86%), kekuatan sobek (420,28 N/cm2), suhu kerut (90,67°C), kadar air (14,13%), kadar minyak (8,43%), dan kadar zat larut dalam air (5,12%). Tanning is the process of converting raw skin protein into stable leather which not decompose easily, and suitable for various uses. One of the ingredients that can be used as a tanning materials is soga tingi. The research aimed was to determine the effect of the soga tingi tannins towards the physical and chemical the quality of fish skin leather. The material which used in this research were milkfish skin that obtained from Fania Food home industry, Yogyakarta. Soga tingi solution obtained from Jetis Baran village, Sleman, Yogyakarta. All samples were analyzed for tensile strength, elongation, tear strength, wrinkle temperature, moisture content, oil content, and levels of water-soluble substances. This research was charactereized as experimental laboratories using Completely Randomized Design (CRD) in triplicates with three different treatment concentrations (27.5%, 30%, 32,5% and 20% mimosa as a control). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To determine differences among the treatments the data was tested using, Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that Soga tingi with different concentrations of tanner gave the significant result (p<0,05) for tensile strength, elongation, tear strength, wrinkle temperature, moisture content, oil content, and levels of water-soluble substances. Leather fish with a concentration of 27,5% soga tingi was the best result with the quality criteria : tensile strength (1923,51 N/cm2), at break elongation (24,86%), tear strength (420,28 N/cm2), wrinkle temperature (90,67°C), moisture content (14,13%), oil content (8,43%), and the levels of substances soluble in water (5,12%).
PERBEDAAN KONSENTRASI MIMOSA PADA PROSES PENYAMAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Kholifah, Nunung; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.336 KB)

Abstract

Penyamakan kulit merupakan suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah hides maupun skines menjadi kulit tersamak atau leather. Kulit mentah mudah sekali membusuk dalam keadaan kering, keras dan kaku, sedangkan kulit tersamak memiliki sifat sebaliknya. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi mimosa terbaik terhadap kualitas  kulit ikan nila samak ditinjau dari kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, kadar air dan pH. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan nila (Oreochromis niloticua) yang didapat dari PT Aquafarm Nusantara, Semarang. Parameter pengujian adalah kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, pH dan kadar air. Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi mimosa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas fisik yaitu kekuatan kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek dan tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas kimia yaitu kadar air dan pH. Kulit ikan nila tersamak dengan perlakuan penambahan mimosa 30% memiliki kekuatan fisik dan kimia terbaik yaitu, kekuatan tarik (2164.97 N/cm2); kemuluran (10.71 %); kekuatan sobek (234.69 N/cm2); kadar air (17 %) dan pH (4.2), namun kulit samak dengan penambahan mimosa 10% merupakan produk yang sudah memenuhi kriteria mutu : kekuatan tarik (1671.17 N/cm2); kemuluran (12.49%); kekuatan sobek (192.07 N/cm2); kadar air (16.99%); dan pH (4.22). Tanning is a raw hides and skins conversion process into leather skines or leather. Raw skin can be rot easily in dry, hard and stiff conditions, while leather has the skin instead. The objective of this research was to determine the best mimosa concentration on quality fish tilapia leather skin in terms of tensile strength, elongation, tear strength, water content and pH. The material used in this research was skin tilapia (Oreochromis niloticua) bought from PT Nusantara Aquafarm, Semarang. The testing parameters were tensile strength, elongation, tear strength, moisture content and pH. This research used Completely Randomized Design (CRD) with three replication. Data were analyzed using analysis of varians (ANOVA). Comparison of means was carried out by Honestly Significant Difference Test (HSDT). Results of this research showed that different concentration of mimosa has significantly effected (p. < 0.05) against physical quality that is the strength of tensile strength, elongation and tear strength and not significantly effected on the chemical qualities that is  water content and pH. Tilapia fish leather skin with 30% mimosa adding was the best product which had the quality criteria : tensile strength (2164.97 N/cm2); elongation (10.71 %); tear strength (234.69 N/cm2); moisture content (17%) and pH (4.2), but leather skin with 10% mimosa adding was already fulfilled quality criteria : tensile strength (1671.17 N/cm2); elongation (12 %); tear strength (192.07 N/cm2); water content (16.99 %); and pH (4.22).