Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Bioconversion of Glycerol to Biosurfactant by Halophilic Bacteria Halomonas elongata BK-AG18 Mieke Alvionita; Rukman Hertadi
Indonesian Journal of Chemistry Vol 19, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.496 KB) | DOI: 10.22146/ijc.26737

Abstract

The increasing production of biodiesel is typically followed by the increasing number of glycerol as co-product. The abundance of glycerol will cause an environmental problem since it can be used as the carbon source for bacterial growth including pathogenic bacteria. In this study, four moderate halophilic bacteria indigenous from Bledug Kuwu Mud Crater, Central Java, Indonesia were screened based on their capability to bioconvert glycerol to biosurfactant. This study found Halomonas elongata BK-AG18 as the potential bacterium that able to perform such bioconversion. The optimum condition for the bioconversion of glycerol into biosurfactant was attained when the bacterial inoculum was grown in the medium containing 2% (v/v) glycerol, 0.3% (w/v) urea, and 5% (w/v) NaCl at 35 °C and pH 6. The resulted biosurfactant has emulsification index (EI24) about 53.6% and CMC about 275 mg/L. Preliminary structural analysis using FTIR and 1H-NMR indicated that biosurfactant produced by H. elongata BK-AG18 was likely a glycolipid type. The biosurfactants have antibacterial activity against Staphylococcus aureus with a minimum inhibitory concentration of 433 mg/L. Our study thus showed that H. elongata BK-AG18 was the potential halophilic bacteria that can bioconvert glycerol into glycolipid type of biosurfactant with antibacterial activity.
Pengaruh Jenis Sumber Nitrogen Pada Produksi Biosurfaktan Oleh Bakteri Halofil Mieke Alvionita; Rukman Hertadi
Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA) Vol. 4 No. 1 (2021): Indonesian Journal of Chemical Analysis
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/ijca.vol4.iss1.art2

Abstract

Bakteri halofil merupakan bakteri yang membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya. Salah satu potensi bakteri halofil adalah dapat menghasilkan biosurfaktan yang aktif pada konsentrasi garam yang tinggi. Oleh karena itu, biosurfaktan tersebut dapat diaplikasikan dalam industri minyak terutama pada bidang enhanced oil recovery (EOR). Selain itu, biosurfaktan diketahui secara luas diaplikasikan dalam industri farmasi dan makanan. Sifatnya yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan surfaktan sintetis menyebabkan ketertarikan untuk produksi biosurfaktan dalam skala besar semakin meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi biosurfaktan adalah dengan melakukan optimasi sumber nitrogen pada medium produksi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber nitrogen terbaik yang dapat digunakan untuk produksi biosurfaktan secara optimal. Penelitian ini menggunakan lima jenis sumber nitrogen antara lain urea, NH4Cl, NaNO3, (NH4)2SO4, dan KNO3 sedangkan jenis bakteri halofil yang digunakan adalah Halomonas elongata BK-AG18. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa urea merupakan sumber nitrogen terbaik yang digunakan untuk medium produksi biosurfaktan. Hal ini ditunjukkan dari hasil yang diperoleh dari diameter penyebaran minyak sebesar 3 cm.
Analisis Perbandingan Proses Pengolahan Ikan Lele terhadap Kadar Nutrisinya Endang Ciptawati; Ihsan Budi Rachman; Hanumi Oktiyani Rusdi; Mieke Alvionita
Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA) Vol. 4 No. 1 (2021): Indonesian Journal of Chemical Analysis
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/ijca.vol4.iss1.art5

Abstract

Telah dilakukan riset pengaruh proses pengolahan bahan makanan terhadap kandungan nutrisi ikan lele. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui pengaruh proses pengolahan dalam hal ini pengukusan dan penggorengan terhadap kandungan nutrisi ikan lele. Penelitian ini difokuskan pada penentuan kadar air karena mempengaruhi keawetan makanan, kadar abu karena merepresentasikan kandungan mineral dalam ikan dan kadar protein karena ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang potensial. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian kandungan air dengan thermogravimetri, kandungan abu memakai dry ashing, dan kandungan protein menggunakan metode Lowry-Folin. Jika dibandingkan dengan ikan lele segar, pada ikan lele yang digoreng, terjadi penurunan persentase air sebanyak 32,64%, kandungan abu meningkat 1,40% dankandungan protein menurun sebanyak 112,97 mg/L. Sementara pada proses pengukusan, kadar protein menurun sebesar 99,58 mg/L jika dibandingkan dengan ikan lele segar. Penurunan kadar protein pada ikan yang diolah disebabkan karena terjadinya denaturasi protein pada ikan lele oleh pemanasan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada masyarakat mengenai pengaruh penurunan kadar nutrisi akibat proses pengolahan ikan lele. 
VARIASI SUMBER KARBON TERHADAP PRODUKSI BIOSURFAKTAN OLEH BAKTERI HALOFILIK ISOLAT TAMBAK GARAM KAJHU ACEH BESAR Rahmad Rizki Fazli; Latifah Hanum; Mieke Alvionita; Said Ali Akbar
Lantanida Journal Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : UIN AR-RANIRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/lj.v10i1.14108

Abstract

This research has isolated one type of halophilic bacterial strain from the salt pond of Kajhu Village with the code KJ-AB2. This bacterium grew optimally at 10% (w/v) NaCl so it was classified as moderate halophilic bacteria. Several types of halophilic bacteria are known to produce biosurfactants. Biosurfactants are surface active agents that are widely used in several pharmaceutical, food dan petroleum industries. The production of biosurfactants is strongly influenced by the type of carbon source used for bacterial growth. Olive oil, palm oil, sunflower oil, glucose dan glycerol are types of carbon sources used to see their effect in producing biosurfactants. This isolate growed well on the five carbon sources with an average OD600 2.001±0.293 at 72 hours of fermentation. Biosurfactant production was measured by oil spreading test (OST) every 24 hours until 120 hours of fermentation. The highest OST value was obtained when KJ-AB2 isolate was grown on biosurfactant production media using olive oil, sunflower oil dan palm oil with an average OST value of 5.6±0.6 cm, 4.7±0.6 cm, dan 4.6±0.7 cm, respectively.
Sosialisasi Pembuatan Makanan dan Minuman dari Bunga Rosella yang Aman Bagi Kesehatan Mieke Alvionita; Endang Ciptawat; Danar Danar; Adilah Aliyatulmuna; Muntholib Muntholib
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 4 (2021): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Post Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bunga rosella merupakan salah satu potensi hayati Indonesia yang dapat dijadikan bahan makanandan minuman, seperti ekstrak minuman, dodol, selai dan stik. Bunga rosella diketahui dapatmencegah penyakit diabetes dan obesitas. Salah satu kelompok masyarakat yang berinovasi dalammembuat makanan dan minuman dari bunga rosella adalah PKK Griya Asri yang terdapat di DesaSumberdem, Kabupaten Malang. Dalam rangka pembuatan produk-produk yang aman bagikesehatan khususnya yang berbahan dasar bunga rosella, tim pengabdian dari Jurusan Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang memberikansosialisasi tentang bahan tambahan pangan sintetis. Kegiatan ini dilakukan melalui dua tahapberikut, yaitu pemaparan materi tentang bahan tambahan pangan dan pembagian kuisioner melaluigoogle form. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner, sebanyak 100% responden mengetahuipengertian dan jenis-jenis bahan tambahan pangan sintesis, 100% jarang menggunakan bahantersebut, dan sebanyak 100% tahu karakteristiknya. Selain itu, responden yang menyatakan bahwakegiatan sosialisasi penting untuk dilakukan adalah sebanyak 93,8%. Semua responden jugaberpendapat bahwa kegiatan tersebut bermanfaat dan sangat bagus pelaksanaannya. Kata Kunci : sosialisasi, makanan, minuman, rosella, kesehatan
The Study of Biosurfactant Stability and The Effect on Lipase Activity Alvionita, Mieke; Hertadi, Rukman; Fazli, Rahmat Rizki; Dewi, Andi Alfira Ratna Faradisa; Rose, Tasyang Oktavia
Biology, Medicine, & Natural Product Chemistry Vol 13, No 1 (2024)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & Society for Indonesian Biodiversity

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/biomedich.2024.131.235-238

Abstract

Lipase is one of hydrolase enzyme that catalyzed hydrolysis reaction of triacylglycerols into free fatty acids and monoglycerides or glycerol. These biocatalysts are widely used in several industries, namely food and pharmaceutical industry. The activity of lipase can increase significantly if the substrate forms an emulsion. Since biosurfactant has been known to have emulsification characteristic, the effect of biosurfactant addition into lipase is necessary to be investigated. It is the first report that evaluate the effect of microbial surfactant on lipase activity. The purpose of this research is to analyze the stability of biosurfactant emulsion under various conditions, such as salinity and pH as well as their potential to enhance lipase activity. Biosurfactant used was Halomonas elongata BK-AG18 from the collection of Biochemistry Research Group ITB, Bandung, Indonesia. It was found that after the addition of NaCl, there was no significant decrease in the emulsification activity of the biosurfactant. The emulsification index (IE24) of biosurfactant with several NaCl concentrations (2, 5, 10, 15, 20, and 25%) was obtained around 50%. Stability test of biosurfactant at pH range 4-10 showed the highest IE24 of biosurfactant was obtained at pH 6. The effect of biosurfactants on lipase hydrolysis activity is also discussed in this article. Lipase hydrolysis activity was tested using p-nitrophenyl palmitate substrate. The highest lipase activity was obtained after the addition of 70% biosurfactant (v/v) at 0.026 units. This study shows that biosurfactant from H. elongata BK-AG18 has the potential to increase lipase activity.
Analisis Kualitas Air Tanah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ilegal Di Desa Toyomarto Singosari Malang Sanjaya, Eli Hendrik; Suharti; Alvionita, Mieke
BANTENESE : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 2 (2024): Bantenese: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Pusat Studi Sosial dan Pengabdian Masyarakat Fisipkum Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/taq24f78

Abstract

Desa Toyomarto adalah salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Mata air yang ada menjadi sumber air utama bagi kehidupan masyarakat Desa Toyomarto sekaligus menjadi tempat wisata air seperti tempat wisata Pentungan Sari Waterpark. Tidak hanya menjadi tempat wisata, bahkan beberapa sumber mata air juga digunakan masyarakat sekitar sebagai sumber irigasi utama untuk kebun teh di Wonosari, namun di desa tersebut juga terdapat TPA ilegal. Keberadaan TPA ilegal tersebut dikhawatirkan dapat mencemari dan mempengaruhi kualitas mata air yang ada di Desa Toyomarta, mengingat sangat fitalnya sumber mata air tersebut bagi kehidupan masyarakat sekitar. Jika air tanah tercemar maka bukan hanya kesehatan masyarakat Desa Toyomarto yang terancam, namun perputaran ekonomi di daerah tersebut dan sekitarnya juga terancam. Program pengabdian ini bertujuan untuk melakukan pengujian kualitas air tanah menggunakan alat bantu teknis dan secara laboratorium bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang serat dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat Desa Toyomarto tentang pentingnya kualitas air bagi kesehatan, kehidupan sehari-hari, dan kualitas air sebagai tempat wisata serta cara meningkatkan dan menjaga kualitas air tersebut sehingga tetap layak digunakan. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut, program melibatkan langkah-langkah seperti penilaian awal, pengambilan sampel air, pengujian sampel air, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Desa Toyomarto, pemantauan, dan evaluasi berkelanjutan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan terutama pada ekosistem air serta memberikan manfaat positif bagi seluruh masyarakat Desa Toyomarto.
EKSTRAK GLUKOMANAN UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) ASAL PIDIE JAYA SEBAGAI BAHAN SEDIAAN MASKER ORGANIK YANG DIPERKAYA SERBUK DAUN KELOR Fazli, Rahmad Rizki; Hendriani, Rosa; Erlidawati, Erlidawati; Alvionita, Mieke
Lantanida Journal Vol 13 No 1 (2025): June 2025
Publisher : UIN AR-RANIRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/lj.v13i1.28994

Abstract

The combination of D-mannose and D-glucose with β-1,4-glycosidic bonds with a ratio of 1.6:1 forms a straight chain polymer of glucomannan. Glucomannan flour is widely used in industry to make paper, adhesives, food ingredients, cosmetics, and cleaners. An organic mask preparation from glucomannan flour enriched with moringa leaf powder has been made from suweg tubers from Pidie Jaya, which is expected to be widely used, one of which is as a cosmetic ingredient. The purpose of this study was to determine the glucomannan content in suweg tubers from Pidie Jaya and to obtain the best formula of an organic mask based on panelist preferences. Glucomannan flour was extracted with 60% ethanol solvent and the glucomannan content test was carried out using the DNS method. The formulation of organic mask preparations includes glucomannan flour, moringa leaf powder, and H2O with different concentration ratios, namely F1 (50% glucomannan flour: 50% moringa leaf powder), F2 (75% glucomannan flour: 25% moringa leaf powder) and F3 (25% glucomannan flour: 75% moringa leaf powder). Then the physical properties were tested including pH test, homogeneity test, spreadability test, drying time test, and organoleptic test. The results of the study obtained a glucomannan content of 26.39%. The results of organoleptic testing showed that users preferred organic mask preparations from glucomannan flour enriched with moringa leaf powder formula F1 (50% glucomannan flour and 50% moringa leaf powder) both in terms of color, texture, odor/aroma, and general preference.
Pelatihan Pembuatan Media Tanam Termodifikasi Menggunakan Limbah Popok Bayi Sebagai Upaya Pengembangan Kewirausahaan Ramah Lingkungan di Desa Permanu Rose, Tasyang Oktavia; Alvionita, Mieke; Rahmawati, Wanda Putri; Sholihah, Mir’atus; Aliyatulmuna, Adilah; Pramesti, Nur Indah; Danar, Danar
BANTENESE : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol. 7 No. 1 (2025): Bantenese: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Pusat Studi Sosial dan Pengabdian Masyarakat Fisipkum Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/ps2pm.v7i1.10015

Abstract

Popok bayi merupakan salah satu penyumbang terbesar sampah padat (solid waste) dunia. Penguraian popok bayi sendiri membutuhkan waktu kurang lebih selama 500 tahun. Faktanya saat ini, penggunaan limbah popok bayi seringkali tidak diiringi dengan sistem pengelolaan sampah yang baik sehingga dapat memicu kerusakan lingkungan. Padahal limbah popok bayi dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi. Popok bayi diketahui mengandung Superabsorbent Polymer (SAP) yang dapat menyerap dan menahan cairan hingga 100 kali massanya. Berdasarkan karakteristiknya tersebut, SAP dapat digunakan untuk media pengganti tanah maupun campuran media tanam. Oleh karena itu, tujuan kegiatan pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan dan pelatihan tentang pengolahan limbah popok bayi menjadi media tanam termodifikasi. Pengabdian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu 1) Melakukan sosialisasi tentang sampah dan pengelolaannya, 2) Memberikan sosialisasi tentang program 3R dan zero waste serta melakukan pendampingan untuk pengolahan sampah organik, 3) Melakukan pelatihan dan pendampingan secara langsung dalam membuat media tanam termodifikasi dari limbah popok bayi, 4) Memberikan pelatihan kewirausahaan dan sosialisasi tentang cara memasarkan atau promosi produk media tanam di media digital, dan 5) Pembuatan laporan. Hasil pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa limbah popok bayi yang digunakan untuk media tanam dapat membantu mengurangi jumlah sampah serta untuk strategi baru menciptakan produk kewirausahaan yang lebih memiliki nilai ekonomis tinggi.
Decolorization of Reactive Black 5 by Myceliophthora thermophila KLUM1 Susanti, Evi; Jati, Rizky Febriani; Apriani, Dwi; Suharti, Suharti; Alvionita, Mieke
Jurnal Kimia Valensi Vol. 11 No. 1 (2025): Jurnal Kimia VALENSI
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology Syarif Hidayatullah Jakarta State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jkv.v11i1.45573

Abstract

This research aimed to ascertain the impact of alkaline lignin of teak sawdust on the synthesis of ligninase and decolorization of Reactive Black 5 (RB5) by M. thermophilia KLUM1, also to elucidate the mechanism of mycoremediation. This research was conducted within the cultivation of the spore suspension in a co-culture setting. The RB5 dye percentage decolorization and ligninase activity were produced by varying the addition of alkaline lignin. The results show that the addition of 0.5% alkaline lignin accelerates the production of ligninase in the Kirk medium. However, adding more than 0.5% alkaline lignin does not affect the highest amount of ligninase produced. The increase in RB5 dye decolorization by M. thermophila KLUM1 is proportional to the increase in alkaline lignin in the medium. The percentage of wood-rot fungi decolorization in Kirk medium with and without lignin with the addition of 0.5%, 1%, and 2% lignin on the 10th day was 26.29%, 29.51%, 34.74%, and 40.43%, respectively. The decolorization process of RB5 by M. thermophilia KLUM1 in Kirk medium with alkaline lignin occurs through several mechanisms, i.e., enzymatic degradation, adsorption by the growing mycelia, and alkaline lignin present in the medium.