Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Fisika Unand

Analisis Hujan Ekstrem di Wilayah Makassar Periode 2017-2021 Soemarno, Meiske Caesaria; Arsyad, Muhammad; Subaer, Subaer; Prasetiyo, Adi
Jurnal Fisika Unand Vol 11 No 4 (2022)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.11.4.542-547.2022

Abstract

Makassar merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang rentan terhadap kejadian hujan ekstrem sehingga diperlukan indeks peringatan dini untuk meminimalisir resiko yang akan ditimbulkan jika terjadi hujan ekstrem. Data yang digunakan dalam pembuatan indeks peringatan dini meliputi data angin (divergence dan relative vorticity), Madden-Julian oscillation (MJO), anomali outgoing longwave radiation (OLR), dan southern oscillation index (SOI) pada tahun 2017-2021. Hujan ekstrem di Makassar pada tahun 2017-2021 tercatat sebanyak 43 kejadian yang umumnya dipengaruhi oleh pola angin konvergen, pola angin siklonik, dan anomali (OLR) yang bernilai negatif. Hasil indeks dari tiap faktor cuaca saat kejadian hujan ekstrem di Makassar pada tahun 2017-2021 meliputi data divergence (-280,59 µs-1 sampai dengan -25,47 µs-1), data relative vorticity (-236,13 µs-1 sampai dengan -55,23 µs-1), data MJO (fase 1 sampai dengan fase 8), data SOI (-40,11 mb s/d 34,1 mb), dan data anomali OLR (-95,85 W/m2 s/d 9,59 W/m2).
Analysis of Madden-Julian Oscillation (MJO) on extreme rainfall event in the west coastal south Sulawesi for mitigation disaster Matandung, Rekun; Sujiono, Eko Hadi; Subaer, Subaer
Jurnal Fisika Unand Vol 12 No 3 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.12.3.479-486.2023

Abstract

Madden Julian Oscillation (MJO) is one of the global phenomena that affects weather and climate conditions in Indonesia. MJO increases the rainfall rate and causes a plethora of extreme rainfall occurrences in areas along its trajectory. Those extreme rainfall events could trigger hydrometeorological hazards that endanger the surrounding environment. As the first step to analyse this extreme weather event, this research tries to determine the threshold of the extreme rainfall rate. The method used for determining the threshold is the statistical method 98th percentile. The next step is to identify the frequency trend of the extreme rainfall in the period of 1991 to 2020, by measuring the rainfall rate and comparing it with the normal value. If the rainfall rate is above the normal condition in a certain threshold, then it is considered an extreme rainfall event. After that, these extreme rainfall occurrences are compared to the active MJO phase to find out the influence of MJO to the rainfall in the west coast of South Sulawesi. Then, the dynamical atmospheric conditions are to be analysed during those extreme rainfall events. The result shows that the frequency trend of extreme rainfall events are generally negative in 5 (five) regions, which means an insignificant correlation between MJO and rainfall rate. In contrast, 3 (three) other regions show a positive trend. The influence of an active MJO on the extreme rainfall rate is about 34,1%. Meanwhile, the rest for about 65,9% is influenced by other factors. The use of MJO indices for generating early warning hydrometeorological disasters is by utilising the MJO monitoring data, supported with the analysis of dynamical atmospheric condition in the west coast of South Sulawesi.
Karakteristik Mesoscale Convective Complex (MCC) di Wilayah Sulawesi Selatan dan Sekitarnya Abisusmita, Restina Wardhani; Arsyad, Muhammad; Subaer, Subaer
Jurnal Fisika Unand Vol 12 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.12.2.282-289.2023

Abstract

Mesoscale Convective Complex (MCC) adalah jenis khusus dari Mesoscale Convective System (MCS) yang memenuhi beberapa kriteria. Fenomena MCS yang bergerak lambat dan berumur panjang adalah penyebab utama bencana banjir di berbagai tempat. Lokasi peneltian yang diambil adalah wilayah Sulawesi Selatan dan perairan sekitarnya untuk mengetahui bagaimana pola sebaran kejadian MCC, faktor penyebab kejadian MCC dan kondisi curah hujan saat kejadian MCC. Selama tahun 2018-2020 terdapat tiga kejadian MCC di Wilayah Sulawesi Selatan dan sekitar nya dimana kejadian MCC terjadi pada periode DJF (Desember-Januari-Februari). Ketiga kejadian MCC pada saat fase matang terletak di Selat Makassar dengan waktu inisiasi terjadi pada pukul 18 UTC hingga 21 UTC dan memasuki fase matang pukul 23 UTC – 03 UTC. Pada kejadian MCC tanggal 27-28 Desember 2018 terlihat aktivitas Southern Oscillation Index (SOI) menunjukkan nilai positif dan fase MJO menunjukkan adanya pengaruh pada proses pembentukan MCC. Sedangkan untuk anomali suhu muka laut menunjukkan nilai negatif yang tidak berpengaruh dalam proses pembentukan. Pada saat kejadian MCC tangggal 27-28 Desember 2018 mempengaruhi kondisi curah hujan dimana curah hujan di beberapa kabupaten di Wilayah Sulawesi Selatan diatas 50 mm per 24 jam.
Uji Akurasi Ambang Batas Indeks Stabilitas Atmosfer Terhadap Pembentukan Thunderstorm dan Awan Cumulonimbus di Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Hasanuddin Rusdin, Amernurfitra Andi; Palloan, Pariabti; Subaer, Subaer; Prasetiyo, Adi
Jurnal Fisika Unand Vol 12 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.12.2.268-274.2023

Abstract

Indeks stabilitas memiliki nilai ambang batas dan akurasi nilai ambang batas yang beragam terhadap prakiraan terjadinya awan Cb dan thunderstorm di tiap wilayah, sehingga dengan kondisi tersebut indeks stabilitas sangat menarik untuk dikaji tak terkecuali di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Indeks stabilitas sangat beragam jenisnya, namun yang umum digunakan dalam memprakirakan terjadinya awan Cb dan thunderstorm adalah SI, LI, TTI, SWEAT, KI, dan CAPE. Pada penelitian ini, ambang batas indeks stabilitas terhadap kejadian awan Cb dan thunderstorm hampir identik satu sama lain dengan bulan Desember merupakan bulan dengan ambang batas terendah dan tertinggi bagi tiap-tiap indeks stabilitas terhadap kejadian awan Cb dan thunderstorm. Akurasi ambang batas indeks stabilitas terhadap kejadian awan Cb lebih baik dibandingkan akurasi ambang batas indeks stabilitas terhadap kejadian thunderstorm yang disebabkan oleh awan Cb yang muncul di suatu wilayah belum tentu menghasilkan thunderstorm namun ketika thunderstorm terjadi di suatu wilayah maka thunderstorm tersebut disebabkan oleh adanya awan Cb.
Perbandingan Profil Vertikal Divergensi dan Vortisitas Model ECMWF dan Luaran SATAID saat Kejadian Hujan di Mamuju Asmita, Arizka; Malago, Jasruddin Daud; Subaer, Subaer
Jurnal Fisika Unand Vol 12 No 4 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.12.4.658-666.2023

Abstract

Divergensi dan vortisitas merupakan parameter meteorologi yang sering digunakan untuk analisis kondisi atmosfer karena berkaitan dengan proses konveksi atau pembentukan awan. Model numerik yang biasa digunakan untuk menampilkan kedua parameter cuaca ini adalah model European Centre for Medium-Range Weather Forecast (ECMWF) dan Satellite Animations and Interactive Diagnosis (SATAID) khususnya saat kejadian cuaca buruk seperti hujan. Penulisan ini mencoba membandingkan nilai divergensi dan vortisitas hasil pengolahan kedua model tersebut pada kejadian hujan yang terjadi di wilayah Kalukku, Mamuju tanggal 24 Oktober 2021 sehingga dapat diketahui model yang baik dalam menampilkan kondisi atmosfer yang berkaitan dengan pembentukan awan saat kejadian hujan khususnya pada musim hujan. Hasil pengolahan data menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan yaitu nilai divergensi dan vortisitas model ECMWF lebih tinggi dibandingkan SATAID. Kemudian, pola pergerakan nilai divergensi dan vortisitas secara temporal pada tiap lapisan isobarik berbeda sehingga menyebabkan nilai korelasi yang rendah dan nilai RMSE yang besar antara model ECMWF dan SATAID. Namun, jika dibandingkan dengan hasil pengamatan curah hujan pada Agroclimate Automatic Weather Station (AAWS) Kalukku sebagai acuan proses pembentukan awan terlihat nilai divergensi dan vortisitas model ECMWF lebih fluktuatif sehingga mampu mengidentifikasi potensi pembentukan awan sebelum terjadi hujan dan peluruhan awan setelah terjadi hujan dengan baik pada kasus kejadian hujan di musim hujan.
Pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) Terhadap Kemunculan Mesoscale Convective Complex (MCC) di Wilayah Maluku Saragih, Rino Wijatmiko; Malago, Jasruddin Daud; Subaer, Subaer
Jurnal Fisika Unand Vol 12 No 4 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.12.4.675-683.2023

Abstract

Awan Konvektif berupa tutupan awan yang cukup besar dan memenuhi karakteristik Mesoscale Convective Complex (MCC) yang terjadi selama tahun 2017 hingga 2021 pada wilayah Maluku. . Tutupan awan konvektif skala meso ini memiliki ciri durasi yang cukup panjang, bentuk semi melingkar dan memiliki pola tutupan awan yang besar. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis kemunculan kluster awan Mesoscale Convective Complex (MCC) serta pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) terhadap jumlah kemunculan MCC. Pengolahan MCC ini menggunakan data citra satelit Himawari-8 kanal inframerah dengan algoritma yang telah dibangun dan berdasarkan karakteristik MCC yang ada di Indonesia. Data yang juga digunakan yaitu data sekunder tahun 2017-2021 yang terdiri dari data harian MJO diperoleh dari website BMRC (Bureau of Meteorologi Research Centre). Teknik analisis data yaitu dengan persamaan regresi linier sederhana menggunakan Software SPSS Statistict 25. Hasil analisis menunjukan jumlah kejadian MCC terbanyak terjadi pada bulan Maret, Mei, dan Desember. Jumlah kejadian MCC sedikit terjadi pada bulan Agustus dan Oktober. Besar pengaruh MJO terhadap kemunculan MCC tertinggi terjadi pada bulan Maret (56,7%) dan April (55,1%), sedangkan terendah terjadi pada September (0%) dan Juni (1,3%)
Pemetaan Zona Rawan Banjir di Kabupaten Luwu Utara Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang Terintegrasi dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) Simangunsong, Tiardo; Subaer, Subaer; Palloan, Pariabti
Jurnal Fisika Unand Vol 13 No 4 (2024)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.13.4.525-534.2024

Abstract

Research has been conducted to map flood-prone zones in North Luwu Regency by considering rainfall parameters, soil type, slope, land use, geology, drainage density, road density distance and elevation. The method used in this research is the Analytical Hierarchy Process (AHP) method integrated with Geographic Information Systems (GIS). The purpose of this research is to determine how much each parameter contributes to flood risk and visualize the results in the form of flood-prone maps. The results in this study show that rainfall has the biggest cause of flood risk at 0.30, followed by slope 0.20, land use 0.13, elevation at 0.12, drainage density 0.09, geology 0.07, soil type 0.05, and distance between roads at 0.04. All parameters that have been analyzed, then weighted overlay into a flood-prone map. The mapping results show that North Luwu Regency has a moderate level of flood risk, with an area coverage of 3.813 km2 or 50,78% of the total area. As for the vulnerable level category, it covers an area of 17,48 km2 or 23,28%, and for the moderately vulnerable zone level category it covers an area of 1.939 km2 or 25,82% of the total area.