Claim Missing Document
Check
Articles

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DI MANADO. Teori Gestalt dalam Arsitektur Januar Kolondam; Papia J. C. Franklin; Frits O. P. Siregar
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17261

Abstract

Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila membuka pemikiran- pemikiran baru mengenai fungsi pembinaan yang tidak lagi sekedar penjaraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Beberapa fenomena yang menjadi kendala bagi sistem pembinaan dan pembimbingan di lembaga pemasyarakatan sampai saat ini belum mendapat titik penyelesaian, sehingga penilaian masyarakat terhadap lembaga pemasyarakatan tidak ada bedanya dengan penjara membuat mantan narapidana sulit diterima oleh masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) atau dalam bahasa masyarakat awam disebut penjara,merupakan tempa/kediaman bagi orang-orang yang bermasalah dngan hukum.Penerapan teori gestalt terhadap bangunan dapat menghasilkan konsep baru bagi desain lapasLuas site yang akan di bangun 38.417 m2,BCR bangunan 26,443.9m2  dalam kawasan terdapat 11 masa bangunan,terdiri dari masa perkantoran ,rg.kunjungan,dapur,poliklinik,workshop,aula,hunian umum,narkoba dan tipikor.Dengan ketinggian lantai berfariasi tergantung kebutuhan.Untuk mencapai bangunan tujuan bangunan lapas yang dapat memanusiakan manusia di terapkan 2 hukum gestalt yaitu hukum similarity atau kelarasan pada fasade bangunan dan hukum ketertutupan pada konsep layout.Kata kunci : Lembaga Pemasyarakatan, Gestalt 
MUSEUM MUSIK TRADISIONAL DI MANADO. Gesture dalam Arsitektur Krystyenson Namare; Frits O. P. Siregar; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17596

Abstract

Dunia musik di Indonesia telah menunjukan pertumbuhan yang sangat pesat terutama dalam musik tradisional. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai kelompok musik tradisional.musik tradisional mulai masuk di Indonesia sejak jaman hindu – budha dan terus berkembang sampai saat ini. Ironisnya, musik tradisional kurang  dikenal oleh masyarakat terlebih para pemuda penerus bangsa. Karena itu, kehadiran fasilitas rekreasi dan edukatif, dalam bentuk museum musik tradisional, diperlukan untuk lebih memperkenalkan tradisi musik tradisional kepada masyarakat terlebih di kota Manado.Pada objek desain ini menggunakan beberapa pendekatan desain, terutama dalam bentuk studi tentang tipologi objek, tapak dan lingkungannya, dan studi tematik. Secara khusus, pendekatan tematik didasarkan pada studi tentang “ Gesture DalamArsitektur “. Tema ini diterapkan karena memiliki keterkaitan dengan musik tradisional yang mempunyai gesture atau Bahasa non-verbalnya sendiri.Berdasarakan pendekatan, terutama proses tematik, hasil desain merupakan bangunan museum musik tradisional. Nilai signifikan bangunan ini mengarah pada bentukan bangunan dan pola penataan ruang, yang bertujuan menghadirkan sarana edukatif dan rekreasi bagi pengunjung, terutama masyarakat kota Manado.Kata kunci : Museum Musik Tradisional Di Manado, Manado, Gesture Dalam Arsitektur.
YOUTH CENTER DI MANADO. Arsitektur Regionalisme Gabriel Mawu; Frits O. P. Siregar; Hendriek H. Karongkong
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17628

Abstract

Perkembangan Teknologi Informasi mempermudah para masyarakat untuk mengakses informasi yang dinginkan baik itu informasi dari dalam daerah kota  Manado ,dari luar daerah ataupun luar negeri. Secara tak langsung hal  ini tentunya mendorong masayarakat khusunya para remaja sebagai generasi muda untuk lebih berkreatifitas lagi dalam mengekspresikan bakat dan talenta mereka, seperti dalalm bidang seni ataupun olahraga, karena pada masa itu mereka cenderung ingin mencoba hal-hal baru dan mengembangkannya sesuai yang mereka lihat di media informasi. Karena itu dibutuhkan tempat yang mampu dijadikan pusat untuk memfasilitasi minat dan bakat para remaja di Manado secara terpadu serta aman bagi perkembangan fisik dan emosional remaja yaitu Youth Center di Manado. Adapula dampak negatif dari perkembangan teknologi dan informasi di Manado yang telah mepengaruhi gaya hidup serta sosial budaya masyarakat termasuk para remaja.  Dimana sebagian besar masyarakat lebih cenderung megesampingkan dan melupakan gaya kedaerahan yang menjadi ciri khas dari kota Manado, karena masyarakat lebih mengenal gaya dari luar negeri, baik itu gaya arsitektur maupun gaya hidup sehari-hari. Karena itu perancangan Youth Center di Manado dengan konsep Regionalisme dimaksudkan untuk mendesain bangunan Youth Center di Manado yang lebih mampu memfasilitasi semua aktifitas pemuda-pemudi untuk berekspresi di bidang seni dan olahraga masa kini dengan menghadirkan bangunan dengan teknologi serta perancangan arsitektur masa kini yang mengadopsi gaya kedaerahan lokal di Manado, dan secara tak langsung telah menghadirkan bangunan yang mampu mengekspresikan ciri khas dari kota Manado sendiri. Kata kunci : Remaja, Youth Center di Manado, Arsitektur Regionalisme 
REDESAIN EX SHOPPING CENTER PASAR 45 & GEDUNG PARKIR DI MANADO. Arsitektur Simbiosis (Symbiosis Nature & History and Present) Andretha M. V. Bawole; Frits O. P. Siregar; Faizah Mastutie
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.18397

Abstract

Shopping center yang populer pada tahun 1980-1990an kini sudah tidak seperti dulu. Selain karena bermunculan tempat-tempat perbelanjaan yang baru, secara arsitektural bangunan ini sudah tidak representatif lagi. Walaupun begitu, kawasan ini merupakan salah satu tempat yang memiliki nilai historis terhadap perkembangan kota Manado, baik pelabuhan, perkampungan Cina, perkampungan Arab, hingga Taman Kesatuan Bangsa. Untuk itu diperlukan sebuah pendekatan perancangan yang mampu menghidupkan kawasan ini serta memaksimalkan potensi akan zona-zona tersebut. Dengan melakukan redesain gedung ex Shopping Center serta menghadirkan gedung parkir diharap mampu menjawab permasalahan yang ada di kawasan ini. Konsep Arsitektur Simbiosis ((Nature & History and Present) dipakai dalam rancangan ini dengan memadukan bangunan terhadap kondisi lingkungan sekitar, menggabungkan nilai-nilai masa lalu serta masa yang sekarang. Berdasarkan Analisa pada site, bangunan yang dihasilkan mampu menjawab tantangan yang ada. Selain menghadirkan suasana yang baru, bangunan ini juga mampu mengakomodir nilai-nilai masa lalu namun tetap menonjolkan kesan yang modern.Kata kunci: Arsitektur Simbiosis, Gedung Parkir, Redesain Shopping Center 
BITUNG SHOPPING CENTER. Morphogenesis in Architecture Jordi P. Basaen; Frits O. P. Siregar; Ricky S. M. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 1 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i1.19217

Abstract

            Kota Bitung adalah salah satu kota yang sangat pesat perkembangannya, mulai dari sektor industri, perdagangan, pariwisata dan jasa serta pembangunannya yang semakin maju, hal ini juga didukung oleh faktor letak geografis  berada pada lingkaran pasifik yang strategis sebagai pintu masuk ke ekonomi global. Selain itu usaha Pemerintah Kota Bitung untuk memperkenalkan  Kota Bitung sebagai Kota tujuan industri, pariwisata dan bisnis mulai dari penyempurnaan perizinan investasi bagi para investor lokal maupun asing untuk dapat berinvestasi didalamnya. Melihat peluang dan potensi yang dimiliki Kota Bitung sangat besar maka hadirlah konsep perencanaan Bitung Shopping Center atau Pusat Perbelanjaan berlokasi dipusat Kota Bitung, yang mengacu dari  kebutuhan akan jasa akomodasi sebagai penunjung dan penyediaan kebutuhan pokok maupun pusat rekreasi di Sulawesi Utara. Dalam perancangan objek Bitung Shopping Center ini, dengan tema “Morphogenesis In Architecture” konsep ini mencakup perubahan  evolusi pada konsep desain bangunan diharapkan dapat mampu beradaptasi dengan penekanan trasformasi bentuk gubahan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan sekitar berdasarkan analisa tapak serta permodelan dalam bentuk bangunan yang dinamis, sehingga desain yang dihasilkan tidak hanya menjadi desain yang kaku dan monoton tapi juga dapat menjadi desain yang sangat baik dan ramah terhadap lingkungan. Kehadiran Bitung Shopping Center ini diharapkan dapat memberikan fasilitas penyediaan kebutuhan berbelanja yang legkap, aman dan nyaman bagi para pemakai dengan berbagai kebutuhan yang berbeda-beda.          Kata kunci       : Kota Bitung, Shopping Center, Morphogenesis
PASAR 45 PEDESTRIAN MALL. Arsitektur Kolonial Belanda Kyoto M. Bella; Frits O. P. Siregar; Hendriek H. Karongkong
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 1 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i1.19305

Abstract

Pasar 45 merupakan salah satu pusat perbelanjaan di Kota Manado yang telah ada sejak tahun 1830. Pasar tersebut menjadi pusat kegiatan komersial yang dilakukan tidak hanya oleh masyarakat seputar Kota Manado, tapi juga dari seluruh distrik di Minahasa, Gorontalo, dan daerah-daerah lain di sekitarnya. Transaksi dagang antara masyarakat lokal dan para pedagang dari Eropa (seperti Spanyol, Portugis, dan Belanda) pernah terjadi pada distrik ini. Sedangkan masyarakat keturunan Cina dan Arab adalah para pedagang yang menetap dan bertransaksi langsung dengan masyarakat lokal dalam hal menyediakan kebutuhan sandang dan pangan. Pasar 45 merupakan titik awal pertumbuhan ekonomi saat itu.             Penerapan pedestrian mall akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi kawasan perdagangan Pasar 45 di Kota Manado dengan pertimbangan Kota Manado sebagai kota ekowisata yang merupakan bagian dari misi Kota Manado dan misi membangun kota yang memiliki “daya saing” dengan berorientasi pada peningkatan daya tarik investasi. Kawasan Pasar 45 di Kota Manado akan menjadi lebih baik dengan penerapan pedestrian mall sehingga para wisatawan lokal maupun mancanegara akan merasa nyaman berbelanja di kawasan.            Pemilihan tema disesuaikan dengan objek rancangan. Tema yang diangkat pada rancangan berupa tema Kolonial Belanda. Latar belakang pemilihan tema rancangan dikarenakan agar bangunan dapat mengankat kembali kesan kota tua yang berada di Kota Manado, yang dahulu merupakan kota dengan jajahan Kolonial Belanda.Kata Kunci : Pasar 45, Pedestrian Mall, Kolonial Belanda
MANADO EXHIBITION CENTER. Arsitektur Futurustik Gradiyanto V. Sugiharto; Surjono .; Frits O. P. Siregar
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 1 (2018): DASENG Volume 7, Noomor 1, Mei 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i1.20696

Abstract

Kota Manado sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara menjadi salah satu pusat perkembangan ekonomi dan bisnis di daerah Sulawesi khususnya Sulawesi Utara. Apalagi dalam sektor pariwisata kota Manado menawarkan banyak destinasi wisata yang menarik. Perkembangan ini menyebabkan banyak perusahaan yang ingin berinvestasi di kota Manado, baik perusahaan yang bergerak dibidang ekonomi dan bisnis maupun perusahaan yang bergerak dibidang pariwisata. Oleh karena itu, banyak item yang ditawarkan oleh suatu perusahaan, maka dibutuhkan wadah yang mampu menampung seluruh kegiatan penawaran oleh perusahaan maupun instansi tertentu.Maka wadah yang dibutuhkan untuk menampung segala jenis kegiatan tersebut adalah Exhibition Center sebagai sarana penunjang berbagai macam kegiatan seperti pameran dan pagelaran seni di kota Manado. Exhibition Center sendiri merupakan suatu tempat untuk menampung kegiatan pameran yang diadakan sehingga hasil-hasil dari industri tertentu seperti produk-produk dan layanan terbaru mereka dapat dipamerkan dan didemonstrasikan ke depan publik. Selain itu juga wadah tersebut dapat menjadi tempat saling mempelajari aktivitas pesaing juga dapat mengikuti tren dan mendapat kesempatan baru.Perencanaan Exhibition Center ini  menggunakan tema Arsitektur Futuristik  yang menitik beratkan pada desain yang mengarah pada masa depan. Tema tersebut diharapkan dapat menghasilkan desain yang mempu menarik perhatian banyak orang sehingga dapat menjadi daya jual yang tinggi serta nantinya dapat mendukung setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
ARENA OLAHRAGA REKREATIF DI MANADO. Analogi Mekanik Wailan K. Lempoy; Frits O. P. Siregar; Herry Kapugu
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 2 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 2, November 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i2.20841

Abstract

Kota Manado sebagai salah satu kota yang mulai berkembang di provensi Sulawesi Utara. Seiring dengan perkembangannya masyrakat kota Manado yang semakin hari semakin sibuk dengan pekerjaan meraka pun hanya memiliki waktu yang relatif sedikit untuk berolahraga maupun untuk berrekeasi, dan dilihat dari segi lainnya perkembangan dari masyarakat yang hobi akan olahraga pun semakin hari semakin bertambah. Di kota Manado sendiri sudah terdapat beberapa tempat olahraga namun dalam segi fasilitas yang belum memadai.            Melihat kurangnya fasilitas akomodasi di kota Manado maka penulis tertarik untuk merencanakan pembangunan Arena Olahraga Rekreatif di Manado. Perancangan Arena Olahraga Rekreatif ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi masyrakat kota Manado.            Dalam perancangan Arena Olahraga Rekreatif ini menggunakan konsep “Analogi Mekanik” dimana bentuk bangunan ini menganalogikan bentuk dari mesin motor sebagai bentukan dasarnya dan mengalami beberapa transformasi  Kata Kunci: Arena Olahraga Rekreatif, Kota Manado, Analogi Mekanik  
HOTEL RESORT DI KOTABUNAN KAB. BOLAANG MONGONDOW TIMUR. Aquascape Arsitektur Sanjeksen Bakari; Frits O. P. Siregar; Claudia S. Punuh
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 1 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 1, Mei 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i1.23667

Abstract

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Peranan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya, karena pembangunan dalam sektor pariwisata serta pendayagunaan sumber potensi kepariwisataan menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan.Hotel Resort merupakan salah satu sarana pokok dalam menyediakan penginapan, sarana rekreasi pendukung lain dan terletak di lokasi pariwisata. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi utara. “Aqua” merupakan Kata yang berasal dari bahasa Latin yang berarti Air.“Scape” merupakan Bentang, yang dimaksud disini Landscape yaitu Bentang darat/ laut.Jadi, Aquascape adalah Bentang air/ elemen air yang digunakan  pada perancangan ruangluar (landscape) yang lebih dominan dengan memanfaatkan unsur-unsur  penting pada air seperti bentuk, transparansi, pantulan, warna, gerak, suara, dan pencahayaan dengan memadukan unsure ruang luar. Kata Kunci :Pariwisata, Hotel Resort, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Aquascape Arsitektur. 
CONVENTION CENTER DI MANADO. Green Building Priscillia N. Gosal; Frits O. P. Siregar; Vicky H. Makarau
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 1 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 1, Mei 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i1.23827

Abstract

Kota Manado adalah ibukota dari provinsi Sulawesi Utara yang dikenal memiliki banyak potensi dalam pengembangan pembangunan fasilitas umum. Salah satunya menyimpan potensi sebagai destinasi MICE. Pada dasarnya dikota Manado memiliki potensi yang sangat baik untuk kegiatan konvensi bertaraf nasional maupun internasional. Pesatnya perkembangan globalisasi yang merambah sampai diseluruh pelosok kota Manado, memberikan dampak positif peningkatan permintaan yang tajam dari waktu ke waktu, terhadap penyediaan fasilitas Convention Center, namun sayangnya lonjakan permintaan penyediaan fasilitas berbasis Konvensi dikota Manado minimnya sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan uraian diatas yaitu rancangan objek bangunan Convention Center ini suatu motivasi untuk dapat mengangkat kota Manado sebagai kota yang dipercayai untuk mengadakan event-event yang besar. Berbagai strategi dilakukan dalam persaingan global seperti kegiatan kepariwisataan perdagangan dan investasi serta terlebih khusus dalam hai ini yaitu peran dan ikut serta MICE (Meeting, Incentives, Conferences, Exhibition) sebagai sektor usaha yang memfasilitasi wadah objek Convention Center. Kurangnya kesadaran akan lingkungan yang patut dijaga dan untuk ikut membantu menjaga kelestarian lingkungan. Tema yang akan diimplementasikan pada objek Convention Center yaitu Green Building. Menciptakan objek bangunan Convention Center dengan penerapan Green Building yang ramah lingkungan serta memperhatikan aspek lingkungan yang bernuansa alam dan memberikan dampak positif disekitar lingkungan. Kata Kunci: Manado, Convention Center, MICE, Green Building