Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KAJIAN PERILAKU HARIAN BERUANG MADU (Helarctos malayanus) DI LEMBAGA KONSERVASI PT. LEMBAH HIJAU, LAMPUNG Rodliyah, Aini Robby; Rustiati, Elly Lestari; Priyambodo, Priyambodo; Master, Jani; Ibransyah, Rasyid; Nasution, Irwan
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 21, No 2 (2023): BIOTIKA DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v21i2.48771

Abstract

Indonesia memiliki dua spesies beruang madu yaitu beruang madu sumatera (Helarctos malayanus malayanus) dan beruang madu kalimantan (Helarctos malayanus euryspilus). Lembaga Konservasi PT. Lembah Hijau, Lampung merupakan tempat berlangsungnya upaya perlindungan terhadap beruang madu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perilaku harian beruang madu di Lembaga Konservasi PT. Lembah Hijau, Lampung pada bulan Januari–Maret 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah scan sampling, yang dilakukan dalam tiga tahapan meliputi survei pendahuluan, habituasi, dan observasi langsung. Pengamatan dimulai pada pukul 08.20–16.10 WIB pada hari kerja (Senin–Jumat), pukul 08.00–17.00 WIB hari libur (Sabtu–Minggu) dan pada hari libur nasional yang ditetapkan pemerintah di luar hari Sabtu–Minggu dengan interval waktu 10 menit dari area kunjungan pada kandang tampilan beruang madu. Perilaku tertinggi ke rendah secara berurutan meliputi perilaku sosial (15,22%), perilaku berjalan/jelajah (15,14%), perilaku tidur/istirahat (13,42%), perilaku bermain (8,3%), perilaku makan (6.61%), perilaku menelisik (4,45%), perilaku minum (1,49%), perilaku urinasi (0,92%), perilaku bersuara (0,77%), dan perilaku defekasi (0,35%). Beruang madu yang sedang dalam masa kawin menjadi faktor tingginya perilaku sosial dan berjalan. Defekasi dan urinasi dengan posisi yang berbeda pada masing-masing individu menjadi penanda masih adanya sifat soliter pada beruang madu.
ANALISIS GUILD PAKAN KOMUNITAS BURUNG DI STASIUN PENELITIAN WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN Andriyani, Agista; Nurcahyani, Nuning; Master, Jani
Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 12 (2024): Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi
Publisher : Komunitas Menulis dan Meneliti (Kolibi)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Burung memiliki peran penting dalam mengendalikan ekosistem alam. Berdasarkan data yang diberikan oleh Departemen Kehutanan, luas wilayah hutan Indonesia pada tahun 2018 mencapai 120,6 juta ha. Luas wilayah hutan tersebut mencapai 63 persen dari total wilayah darat Indonesia. Penebangan hutan mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati tumbuhan dan beragam jenis burung menjadi terancam punah. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis guild pakan komunitas burung di SPWC. Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, menggunakan metode point count. Hasil penelitian didapatkan indeks keanekaragaman burung yang cukup tinggi. Dari jumlah spesies burung yang ditemukan, didapatkan indeks keanekaragaman spesies burung sebesar 3,88. Indeks kemerataan burung sebesar 0,87. Indeks kemerataan spesies burung termasuk tinggi. Kekayaan spesies burung tahun 2023 memiliki indeks kekayaan burung sebesar 14,01. Kekayaan spesies burung memiliki 115 spesies burung. Penelitian ini menunjukkan adanya indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks kekayaan jenis yang cukup tinggi. Dari hasil Penelitian terdapat 7 kelompok guild pakan di Stasiun Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tipe guild yang paling banyak adalah tipe burung pemakan serangga( Insektivora). Guild pakan burung di Stasiun Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan kemudian dikelompokkan ke masing-masing guild pakannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman guild pakan burung di SPWC yang datanya dapat dijadikan acuan untuk upaya konservasi keanekaragaman burung di Indonesia.
Konservasi Anggrek Dan Peningkatan Peringkat Greenmetric Melalui Kegiatan Penanaman Anggrek Di Kampus Widiarti; Usman, Mustofa; Wamiliana; Nurcahyani, Nuning; Master, Jani
Jurnal Pengabdian Masyarakat Tapis Berseri (JPMTB) Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Pengabdian Masyarakat Tapis Berseri (JPMTB) (Edisi April)
Publisher : Pusat Studi Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36448/jpmtb.v2i1.39

Abstract

Upaya pelestarian anggrek, khususnya anggrek spesies merupakan salah satu kegiatan konservasi lingkungan hidup. Dalam rangka pelestarian lingkungan, lingkungan kampus sudah dipenuhi berbagai pohon-pohon rindang dan tinggi, yang sangat sesuai untuk habitat anggrek hutan. Adanya tanaman-tanaman ini merupakan salah satu upaya konservasi lingkungan, keindahan, dan pengurangan gas CO2. Untuk menambah keindahannya, pohon-pohon besar yang ada di lingkungan taman kampus dapat ditempel berbagai jenis anggrek yang sesuai dengan habitatnya seperti amabilis, retusa, bulbophyllum, aphyllum, dan dendrobium. Anggrek, selain indah dan cantik, juga akan mengurangi kadar CO2 di udara sehingga penanaman anggrek di lingkungan kampus akan berdampak baik terhadap peringkat greenmetric. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk: (1) melestarikan anggrek spesies khususnya amabilis yang merupakan spesies asli Lampung, (2) mengurangi CO2 dan meningkatkan peringkat greenmetric. Kegiatan ini melibatkan tim dosen, mahasiswa, dan staff untuk membantu merawat tanaman anggrek. Tingkat keberhasilan hidup anggrek untuk beradaptasi di lingkungan kampus sangat baik (lebih dari 95%). Partisipasi dan antusiasme masyarakat dan civitas akademika di lingkungan kampus juga sangat baik. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan anggrek yang baik dan masih utuhnya plant anggrek yang ditanam.
The Effect of The Tree Rats (Rattus Tiomanicus (Miller, 1900)) Attack on The Quality of The Crude Palm Oil (CPO) Palm Oil (Elaeis Guineensis Jacq.) Plantations of Palangkaraya Central Kalimantan Dasuki, Diva Rosa Nirwana; Nurcahyani, Nuning; Mumtazah, Dzul Fithria; Master, Jani
Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati (J-BEKH) Vol. 11 No. 2 (2024)
Publisher : Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Sciences Universitas Lampung in collaboration with The Indonesian Association of Biology (PBI) Lampung Branch.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jbekh.v11i2.369

Abstract

Indonesia is the world’s largest producer of Crude Palm Oil (CPO). Tree rats (Rattus tiomanicus (Miller, 1900)) pose a significant problem in palm oil plantations by eating and damaging the mesocarp, reducing fruit weight, and affecting the Oil Extraction Rate (OER) and Free Fatty Acid (FFA) levels in CPO. This study investigates the impact of rat bites on CPO quality, focusing on OER and FFA levels. Using an experimental method, palm fruit groups with varying rat attack levels were compared to rested (3 days delayed in transport) and other pest attacked fruit groups. Results from a one-way ANOVA and Post Hoc LSD test showed that severe rat attacks (>50%) significantly affected OER and FFA compared to other conditions.
Keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai Way Umpu Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Arsitalia, Metari; Tugiyono, Tugiyono; Master, Jani; Susanto, G. Nugroho
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol 12, No 2 (2024): December
Publisher : Department of Biology Education, FSTT, Mandalika University of Education, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/bioscientist.v12i2.11524

Abstract

Way Umpu River, located in Way Kanan Regency, Lampung Province, is widely used by the local community and the waste products are ultimately disposed of into the river. This can cause a decrease in river water quality which can cause changes in the balance of the ecosystem, both biotic and abiotic. One of the organisms that can be used as a bioindicator is macrozoobenthos. This research aims to determine the diversity of macrozoobenthos as a bioindicator of water pollution quality. The method used was a survey method and sampling using Ekmen Grab at 6 sampling stations. Samples were taken 3 times in the left, middle and right bank areas of the river. Apart from that, water analysis was carried out in the form of physical parameters (temperature and TSS) and chemical parameters (pH, DO, COD, BOD). The data was then analyzed using the Diversity Index. The research results found 14 types of macrozoobenthos consisting of 5 phylum, namely Arthopoda, Mollusca, Porifera, Ciliophora, and Annelida. From the results of the analysis of the macrozoobenthos diversity index at station IV, it has a value of 0.56 ind/m2, which states that the location is heavily polluted. Physical and chemical factors show a significant correlation with macrozoobenthos diversity.
MENCIPTAKAN HIDUP SEHAT DAN MENCEGAH STUNTING MELALUI POSYANDU REMAJA DI SMA NEGERI 1 BUMI AGUNG, KABUPATEN WAY KANAN, LAMPUNG Master, Jani; Mulatasih, Endah Ratnasari; Islamy, Arafi Iqhbal; Andriantha, Riza; Choiriah, Adinda; Salsabila, Syifa; Raudatuljannah, Annisya Rianta; Nurainy, Yulia; Sari, Erika Fitri
Jurnal Agro Dedikasi Masyarakat (JADM) Vol 6, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jadm.v6i1.31156

Abstract

Stunting adalah kondisi gizi kronis yang muncul akibat asupan nutrisi yang tidak mencukupi dalam jangka panjang, yang umumnya disebabkan oleh pola pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting, antara lain karena terjadinya anemia pada remaja putri, perilaku hidup yang tidak bersih dan sehat, serta paparan asap rokok. Dalam upaya pencegahan stunting perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat terutama remaja putri sebagai penerus kehidupan selanjutnya. Sosialisasi dan pencegahan terjadinya stunting dilakukan dalam kegiatan yang bernama “posyandu remaja”. Kegiatan dilakukan di SMA Negeri 1 Bumi Agung, Kabupaten Way Kanan, Lampung pada tahun 2024. Kegiatan terdiri dari sosialisasi dan pemberian suplemen berupa tablet tambah darah sebagai salah satu upaya pencegahan terjadinya stunting sejak usia remaja. Hasil dari kegiatan ini, remaja memahami dan mengerti pentingnya menjaga kesehatan untuk menghindari terjadinya stunting pada generasi yang akan datang. Remaja yang telah mengikuti kegiatan ini mengupayakan terciptanya kehidupan yang sehat, dan remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah yang telah diberikan.
Sex Determination on Racing Pigeons (Columba livia) Molecularly Using Blood Samples Azzahra, Laila Salwa; Srihanto, Eko Agus; Rustiati, Elly Lestari; Master, Jani; Firwantoni, Firwantoni; Febriyani, Dwi Ayu; Pratiwi, Dian Neli
Jurnal Agrosci Vol 2 No 6 (2025): Vol 2 No 6 July 2025
Publisher : Ann Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62885/agrosci.v2i6.785

Abstract

Background. Pigeons (Columba livia) belong to the Columbidae. Pigeons possess diverse ecological, economic, and aesthetic values, as they are monomorphic, exhibiting similar characteristics between male and female individuals, especially at a young age. Aims. In collaboration with the Lampung Disease Investigation Center, a study has been done to confirm the sex determination of pigeons at a young age by the PCR technique. Blood samples were taken in two locations, East Lampung and Kota Metro. Molecular análisis was carried out at the Biotechnology Laboratory, Lampung Disease Investigation Center. Methods. The technique includes DNA extraction, DNA amplification, electrophoresis and visualization. Result. It poses a significant challenge for pigeon breeders in sex determination. Blood is a source of genetic material that can be used to determine the sex of birds. The Chromo-Helicase-DNA-binding Protein (CHD) gene is one of the genes used as a marker to molecularly differentiate the sex of birds. The sex chromosomes in female individuals have heterozygous chromosomes (ZW) and male individuals have homozygous sex chromosomes (ZZ). Conclusion. Of eleven pigeon blood samples, there were seven female and four male individuals, and there was one mistake in the gender prediction by the pigeon owner
Sex Determination in Racing Pigeons (Columba livia) Molecularly Using Young Feather Samples Adelia, Ersa Imelda; Srihanto, Eko Agus; Rustiati, Elly Lestari; Master, Jani; Firwantoni, Firwantoni; Anggy, Fransiska Panasea; Neli Pratiwi, Dian
Jurnal Agrosci Vol 2 No 6 (2025): Vol 2 No 6 July 2025
Publisher : Ann Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62885/agrosci.v2i6.807

Abstract

The racing pigeon (Columba livia) has an aesthetic value and is in high demand. Pigeon is monomorphic, difficult to distinguish between male and female individuals, especially at the age of offspring. Knowing the sex of birds from an early age is necessary to prepare male bird individual as racing bird. Accurate determination of the sex of racing pigeons from an early age was carried out to have scientific confirmation of the molecular method of determining the sex in racing pigeon. Under Lampung Disease Investigation Center program, molecular methods of PCR techniques using primers 2550F and 2718R were applied to determine the sex of bird based on the presence of Z and W chromosomes from young feathers of racing pigeons. Sampling young feathers was done in individual breeders in Kota Metro and East Lampung. Molecular analysis was carried out at the Biotechnology Laboratory of the Lampung Disease Investigation Center, consisted of extraction, amplification, electrophoresis, and data analysis. Fifteen young feather samples showed five male individuals with electrophoresis visualization formed one band measuring 600 bp and ten female individuals showed two bands measuring 600 bp and 400 bp.
Potentially Invasive Plant Types in Way Kambas National Park Master, Jani; Sumianto; Santoso; Fanani, Ahmad; Alim, Nur; Prastika, Ichan; Yunus, Muhammad
Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati (J-BEKH) Vol. 9 No. 1 (2022)
Publisher : Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Sciences Universitas Lampung in collaboration with The Indonesian Association of Biology (PBI) Lampung Branch.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jbekh.v9i1.208

Abstract

Tumbuhan asing invasif merupakan salah satu ancaman bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Tumbuhan ini dapat mengubah ekosistem dengan mendominasi lanskap. Mengingat besarnya dampak yang dapat ditimbulkan oleh invasi tumbuhan di kawasan konservasi, maka perlu dilakukan inventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi invasif di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), sehingga dampak negatif dari invasi akan mudah di cegah. Inventarisasi dilakukan dengan membuat plot analisis vegetasi pada empat tipe vegetasi di TNWK, yaitu vegetasi hutan, vegetasi hutan campuran, vegetasi rawa dan vegetasi alang-alang. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, diperoleh 11 jenis tumbuhan berpotensi invasif di TNWK, yaitu Actinoscirpus grossus, Clidemia hirta, Chromolaena odorata, Fimbristylis ovata, Hyptis capitata, Imperata cylindrica, Isachne globosa, Lantana camara, Melaleuca leucadendron, Melastoma malabathricum, dan Mimosa pigra.     Invasive alien plant species are a threat to Indonesia's biodiversity. These plants can change ecosystems by dominating landscapes. Given the magnitude of the impact that can be caused by plant invasions in conservation areas, it is necessary to carry out an inventory of potentially invasive plant species in Way Kambas National Park (TNWK), so that the negative impacts of these invasions can be easily prevented. . The inventory was carried out by plotting vegetation analysis on four types of vegetation in TNWK, namely forest vegetation, mixed forest vegetation, swamp vegetation, and alang-alang vegetation. Based on the results of the vegetation analysis, 11 species of plants that have the potential to be invasive in TNWK were found, namely Actinoscirpus grossus, Clidemia hirta, Chromolaena odorata, Fimbristylis ovata, Hyptis capitata, Imperata cylindrica, Isachne globosa, Lantana camara, Melaleuca leucadendron, Melastoma malabathricum, dan Mimosa pigra.      
Herpetofauna Diversity based on Microhabitat Characteristics at Two Altitudinal Levels in Bukit Barisan Selatan National Park Baswedann, Balya Baried; Adifitri, Risa Dita; Fitrih, Ghesya Adinda Yulia; Rizdallah, Muhammad Arafi; Djahabiyyah, Putri Atiqoh; Mefida, Lidya Ika; Arizki, Dyah Ayu; Master, Jani
Biospecies Vol. 17 No. 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/biospecies.v17i2.31543

Abstract

Bukit Barisan Selatan National Park is a strategic conservation area. The existence of herpetofauna, which includes reptiles and amphibians, is an integral part of the ecosystem of this national park. Research on herpetofauna in TNBBS is relevant considering the potential threats to biodiversity due to climate change, habitat destruction, and human activities that affect the habitat conditions of these fauna groups. Based on this, this research is intended to explore the diversity of herpetofauna as an environmental bioindicator based on microhabitat characteristics at two altitude levels, namely highlands (Resort Sukaraja Atas) and lowlands (Way Canguk Research Station), Bukit Barisan Selatan National Park (TNBBS). This study was conducted in July 2023 in two locations, namely Sukaraja Atas Resort representing the highlands and Way Canguk Research Station representing the lowlands. Sampling used line transect and VES (Virtual Encounter Survey) methods. The results showed that both locations, Way Canguk Research Station and Upper Sukaraja Resort, had moderate amphibian and reptile species diversity (2.7). Although diversity and evenness indices showed similarities between the two sites, Upper Sukaraja Resort stood out with a higher species richness value (5.7) compared to Way Canguk Research Station (4.9).