Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni

PERAN KONTRAK PSIKOLOGIS RELASIONAL DAN TRANSAKSIONAL SEBAGAI PREDIKTOR PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF ORGANISASI DAN INTERPERSONAL Ismoro Reza Prima Putra; P. Tommy Y.S. Suyasa; Raja Oloan Tumanggor
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7550.2020

Abstract

Counterproductive work behavior occured in Indonesia, especially in companies. Companies that have many employees with counterproductive work behavior will have a negative impact on the productivity and business of the company. Counterproductive work behavior can be explained by psychological contracts held by each employee. Therefore, this study has examined the role of relational and transactional psychological contracts as predictors of organizational and interpersonal counterproductive work behavior. Counterproductive work behavior was defined as behavior that violates organizational norms and is detrimental to the organization and the individuals within it. Meanwhile, employee psychological contracts were defined as employee perceptions of behavioral obligations that must be given to the organization. Participants in this study were 378 employees in one company in Jakarta. Counterproductive work behavior measurement tool used a workplace deviance scale with a total of 48 items. Meanwhile, psychological contract measurement tools consist of 33 items. The analytical method that has been used is regression and bootstrapping. The results showed that relational psychological contracts play a negative role in predicting organizational counterproductive work behavior (β = -0.308, p <0.01) and interpersonal (β = -0.307, p <0.01). Meanwhile, transactional psychological contracts play a positive role in predicting counterproductive organizational work behavior (β = 0.199, p <0.01) and interpersonal (β = 0.221, p <0.01). Through the Mann-Whitney U test there were differences in relational psychological contracts (U = 6179.00, p <0.05), organizational counterproductive work behavior (U = 3332.50, p <0.05), and interpersonal counterproductive work behavior (U = 4491.00, p <0.05) between male employees and female employees. Meanwhile, there was no difference in the transactional psychological contract between male and female employees (U = 8321.00, p> 0.05). Implications for theory and practice are discussed. Perilaku kerja kontraproduktif banyak terjadi di Indonesia khususnya di perusahaan. Perusahaan yang banyak memiliki karyawan dengan perilaku kerja kontraproduktif akan memiliki dampak negatif terhadap produktivitas dan bisnis perusahaan. Perilaku kerja kontraproduktif dapat dijelaskan oleh kontrak psikologis yang dimiliki oleh setiap karyawan. Oleh karena itu, penelitian ini menguji peran kontrak psikologis relasional dan transaksional sebagai prediktor terjadinya perilaku kerja kontraproduktif organisasi dan interpersonal. Perilaku kerja kontraproduktif didefinisikan sebagai perilaku yang melanggar norma-norma organisasi dan merugikan organisasi maupun individu di dalamnya. Sementara itu, kontrak psikologis karyawan didefinisikan sebagai persepsi karyawan terhadap kewajiban perilaku yang harus diberikan kepada organisasinya. Partisipan dalam penelitian ini adalah 378 karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Alat ukur perilaku kerja kontraproduktif menggunakan workplace deviance scale dengan total 48 item. Sementara itu, alat ukur kontrak psikologis terdiri dari 33 item. Metode analisis yang digunakan adalah regresi dan bootstrapping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrak psikologis relasional berperan negatif dalam memprediksi perilaku kerja kontraproduktif organisasi (β=-0.308, p < 0.01) dan interpersonal (β=-0.307, p < 0.01). Sementara itu, kontrak psikologis transaksional berperan positif dalam memprediksi perilaku kerja kontraproduktif organisasi (β=0.199, p < 0.01) dan interpersonal (β=0.221, p < 0.01). Melalui uji Mann-Whitney U terdapat perbedaan kontrak psikologis relasional (U=6179.00, p < 0.05), perilaku kerja kontraproduktif organisasi (U=3332.50, p < 0.05), dan perilaku kerja kontraproduktif interpersonal (U=4491.00, p < 0.05) antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan. Sementara itu, kontrak psikologis transaksional antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan tidak terdapat perbedaan (U=8321.00, p > 0.05). Hasil dari penelitian ini, baik secara teori maupun praktik, akan didiskusikan lebih lanjut. 
HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN INTENSI KELUAR KERJA (STUDI META-ANALISIS) Jessica Jessica; P. Tommy Y. S. Suyasa
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.9990.2022

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dan intensi keluar kerja. Penelitian ini dilakukan dengan metode meta-analisis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa artikel penelitian diambil dari website resmi APA, PsycINFO. Sebanyak 22 artikel berhasil dikumpulkan sebagai data penelitian dan dari artikel tersebut didapatkan 33 studi. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dan intensi keluar kerja memiliki hubungan negatif. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang didapatkan karyawan, maka tingkat intensi keluar kerja akan menjadi semakin rendah. Berlaku juga hal sebaliknya, jika kepuasan kerja rendah, maka intensi keluar kerja yang terjadi akan semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesimpulan dari keseluruhan artikel yang digunakan menyatakan bahwa kepuasan kerja masih berperan cukup besar dalam memprediksi intensi keluar kerja.
KUALITAS TEACHER-STUDENT RELATIONSHIP SEBAGAI PREDIKTOR KOMUNIKASI INTERPERSONAL (STUDI PESERTA PELATIHAN PRAMUNIAGA RITEL): (Studi Peserta Pelatihan Pramuniaga Ritel) Taruman, Evangel Chloe; Y. S. Suyasa, P. Tommy
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i2.27919.2024

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kualitas Teacher-Student Relationship (TSR) dalam memprediksi kompetensi komunikasi interpersonal. Kualitas TSR adalah kedekatan hubungan antara pengajar (tenaga pelatih) dan pelajar (peserta pelatihan) yang diindikasikan oleh receptiveness, trust, responsiveness, respect, appreciation, commitment, dan closeness. Sedangkan kompetensi komunikasi interpersonal adalah persepsi individu terhadap kemampuannya dalam mengelola hubungan interpersonal atau dalam berkomunikasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 86 orang yang merupakan para pramuniaga ritel yang telah menyelesaikan pelatihan berbasis kompetensi (PBK). Partisipan terdiri dari 31 laki-laki dan 55 perempuan, dengan rentang usia 19 s.d 38 tahun. Pramuniaga ritel merupakan karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan atau toko ritel dengan tugas melayani konsumen. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teacher-Student Quality Relationship Questionnaire (TSRQ-Q) dan International Association of Business Communicators - Communication Skill Assessment Tool (IABC-CSAT). Berdasarkan analisis Spearman Correlation dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas TSR (Md = 6.11; Mo = 6.58) dan kompetensi komunikasi interpersonal (Md = 6.14; Mo = 6.00), rs (84) = 0.764, p < 0.01. Semakin tinggi kualitas TSR (kualitas hubungan antara peserta pelatihan dengan para tenaga pelatih), maka semakin tinggi ICC (tingkat kemampuan/keterampilan dalam komunikasi dengan orang lain). Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pengelola, para tenaga pelatih, dan para peserta pelatihan untuk memperhatikan pentingnya kualitas-hubungan baik antara tenaga pelatih dengan pramuniaga ritel (peserta pelatihan), dalam usaha peningkatan komunikasi interpersonal.
SELF-EFFICACY SEBAGAI PREDIKTOR KINERJA: DIMENSI APA YANG PALING DIPREDIKSI? Y. S. Suyasa, P. Tommy; Agung, Nicolette Kevin Rose
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i2.28012.2024

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendukung usaha peningkatan kinerja yang baik (decent work) sehingga dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi (economic growth). Peneliti menguji peran efikasi diri terhadap peningkatan kinerja karyawan. Efikasi diri adalah keyakinan seorang individu terhadap kapasitasnya untuk bertindak atau melakukan tugas tertentu. Sedangkan, kinerja adalah pola perilaku terkait tugas-tugas yang wajib diselesaikan (task performance), pola perilaku yang mendukung suasana kerja positif (contextual performance), dan minimalisasi perilaku negatif karyawan dalam bekerja (counterproductive work behavior). Penelitian melibatkan 104 partisipan yang terdiri dari 54 laki-laki dan 50 perempuan, yang bekerja di perusahaan konstruksi/pembangunan sarana/prasarana, dengan masa kerja minimal satu tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah General Self-Efficacy Scale dan Individual Work Performance Questionnaire. Berdasarkan pengujian dengan metode Spearman Correlation, didapatkan hasil bahwa efikasi diri memiliki hubungan positif dengan variabel kinerja karyawan, rs(104) = 0.362, p < 0.05. Peran efikasi diri dalam menjelaskan kinerja karyawan adalah sebesar 13,11%. Semakin tinggi tingkat efikasi diri, semakin tinggi tingkat kinerja karyawan. Walaupun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah efikasi diri lebih berperan sebagai penyebab atau berperan sebagai akibat dari kinerja karyawan; namun penelitian ini bermanfaat sebagai dasar bagi manajemen dan bagi karyawan untuk memperhatikan pentingnya efikasi diri terkait dengan kinerja yang optimal.
PERAN KEBANGGAAN TERHADAP ORGANISASI SEBAGAI MEDIATOR HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA Sihotang, Fitriana Nursinta; P. Tommy Y. S. Suyasa; Jap Tji Beng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 3 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i3.3558.2023

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menguji Peran Kebanggaan Terhadap Organisasi Sebagai Mediator Hubungan Antara Keseimbangan Kehidupan Kerja dan Kepuasan Kerja. Kebanggaan terhadap organisasi merupakan perasaan bangga yang individu rasakan sebagai hasil pengidentifikasian diri dengan organisasi yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang bagus, di mana individu tersebut terlibat. Keseimbangan kehidupan kerja adalah kemampuan individu untuk membagi waktunya secara seimbang untuk kepentingan yang bersifat pekerjaan, seperti penyelesaian tugas, dan non-pekerjaan atau di luar pekerjaan, seperti keluarga, hobi, pendidikan, dan olah raga. Kepuasan kerja adalah variabel yang merefleksikan perasaan individu mengenai pekerjaannya dan aspek lingkungan kerjanya. Jumlah sampel penelitian adalah 111 dengan menggunakan sample convenience sampling. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebangaan terhadap organisasi sebagai full mediator dalam hubungan antara keseimbangan kehidupan kerja dan kepuasan kerja. Oleh karena itu kebanggaan organisasi dapat meningkatkan pengaruh keseimbangan kehidupan kerja terhadap kepuasan kerja. Nilai hubungan keseimbangan kehidupan kerja dan kebanggaan terhadap organisasi adalah t = 2.53. Kebangaan terhadap organisasi dan kepuasan kerja adalah t = 8.43. Keseimbangan kehidupan kerja terhadap kepuasan kerja adalah t = 1.16. Karyawan yang memiliki kenyamanan dalam pekerjaannya dan memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang efektif, akan merasa bangga bekerja pada perusahaan tersebut. Kebangaan terhadap organisasi menunjukkan perasaan yang kuat dan peduli yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNESS SEBAGAI MODERATOR ANTARA PERILAKU CYBERLOAFING DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) Fakkar, Elisabeth Juliarti; Suyasa, P. Tommy Y. S.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i2.9198.2023

Abstract

Fenomena “cyberslacking” atau “cyberloafing” merupakan bentuk dari penyimpangan produksi di tempat kerja (workplace production deviance), di mana selain berdampak negatif, beberapa peneliti juga menemukan adanya dampak positif dari perilaku cyberloafing, misalnya sebagai coping stress. Beberapa hasil penelitian terdahulu belum mampu menjelaskan secara konsisten hubungan antara cyberloafing dan perilaku kerja lainnya, termasuk Organizational Citizenship behavior (OCB). Penelitian ini bertujuan menguji peran kepribadian conscientiousness sebagai moderator hubungan antara perilaku cyberloafing dan Organizational Citizenship behavior (OCB). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 125 orang, yaitu karyawan yang sehari-hari bekerja menggunakan komputer dan akses internet. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online yang terdiri dari tiga pengukuran yaitu cyberloafing, kepribadian conscientiousness, dan OCB. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan korelasi Pearson dan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cyberloafing tidak berhubungan dengan Organizational Citizenship behavior (OCB), kecuali pada dimensi browsing-cyberloafing dan OCB-O menunjukkan hubungan negatif. Selain itu kepribadian conscientiousness tidak terbukti berperan sebagai moderator hubungan antara perilaku cyberloafing dan Organizational Citizenship behavior (OCB). Namun individu dengan tingkat kepribadian conscientiousness rendah lebih berpengaruh secara signfikan terhadap hubungan antara perilaku cyberloafing dan Organizational Citizenship behavior (OCB).
Co-Authors Agung, Nicolette Kevin Rose Albertha Haga Ciptaningtyas Alexander Abraham Daeng Kuma Amala Fahditia Angelina Alvina Ayuprilani Appulembang, Yeni Anna Ariyanti, Tita Aulia Aurelia S. Djuanto Bonar Hutapea Cecilia Tiara Putri Debora Basaria Dewi, Fransisca I. R. Dian Ardianti Dinah Kartana Djuanto, Aurelia S. Fahditia, Amala Fakkar, Elisabeth Juliarti Felita Oktaviani Felita Oktaviani Felycia Klaviera Mulyana Florencia Irena Florensia Louhenapessy Fransisca I. R. Dewi Fransisca Iriani Dewi Hanna Christina Uranus Harsoyo, Tania Talitha Hayfatunisa, Gea I Made Budiana Ignatius Roni Setyawan Ismoro Reza Prima Putra Jap Tji Beng Jessica Jessica Jessica Jessica Jessyca Jessyca Jessyca, Jessyca Joyce Natalia Setiawan Kevin Djasa Lahdji, Mona Lie, Daniel Lie, Daniel Lilies Nuraini Linda Wati Lukas Juliano Luthfiyah, Sahla Ikhlasul Maghfira, Naya Astri Masita, Danny Mirda Sari Ningtyas Dara Pertiwi Mona Lahdji Mulyatri, Lydia Mutiara, Raden Naomi Margaretha Hutahaean* Naomi Soetikno Nurcintame, Nydia Putri Oktaviani, Felita Puspa Putri Sajuthi Rae, Olivia Beatrix Rahaditya, R. Raja O. Tumanggor Rasai Tumcala, Gabi Manuru Riana Sahrani Riska Umami Lia Sari Rita Markus Idulfilastri Rizki Dwi Prasetya Sagunda Nur F, Valentin Sari, Meylisa Permata Sartika Zumria Sebastiaan Rothmann Sihotang, Fitriana Nursinta Siti Djauharoh Stephanie Angelina Stephanus Arbi Setyastoro Suci Fadhla Hasanah Sugiarto, Winoto Taruman, Evangel Chloe Theresia Meirosa Purba Tumanggor, Raja O. Tumanggor, Raja Oloan Vallerie Meijer Venesia, Venesia Wibisono Ghany Fitriadi Wijaya, Erik Yenike Margaret Isak Yuliana Yuliana Yunita Christiana Zamralita Zamralita