Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Validation of a Non-Specific Dye Real-Time PCR Assay for Porcine Adulteration in Meatball Using ND5 Primer Tri Joko Raharjo; Ery Nourika Alfiraza; Esti Enjelina; Deni Pranowo
Indonesian Journal of Chemistry Vol 17, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.999 KB) | DOI: 10.22146/ijc.22646

Abstract

Porcine adulteration in meatball samples were analyzed using real-time polymerase chain reaction (RT-PCR), based on the ND5 primer obtained by previous study. This work consisted of three stages which were annealing temperature optimization, method validation, and application. DNA template was extracted using phenol-CIAA (chloroform-iso amyl alcohol) method. The optimum annealing temperature for ND5 primers (forward primer 5'-CATTCGCCTCACTCACATTAACC-3' and reverse primer 5'-AAGAGAGAGTTCTACGGTCTGTAG-3') was 58.0 °C, obtained after testing annealing at 50.5 to 59.5 °C gradient temperature with 5 °C interval. Melting curve analysis was done at 65.0 to 95.0 °C, with increasing temperature for 0.5 °C per 2 sec. Method was validated for its specificity, precision and limit of detection. RT-PCR method with ND5 primers produced 227 bp DNA fragment with 78.50 °C Tm value. From eight commercial meatball samples, one was detected containing porcine. The methods showed high specificity and precision, with experimentally determined limits for porcine were no less than 1%.
PENGARUH VARIASI HUMEKTAN SEDIAAN MASKER GEL PEEL OFF EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG KEPOK KUNING (Musa balbisiana) DAN AKTIVITASNYA TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes Desi Sri Rejeki; Endang Istriningsih; Ery Nourika Alfiraza; Utiya Nurul Amni
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 12, No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v12i1.1038

Abstract

Masker wajah gel peel off adalah salah satu jenis masker wajah yang memiliki keunggulan dalam penggunaannya, yaitu mudah diangkat atau dilepaskan seperti membran elastis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi humektan untuk memperoleh masker gel peel off dari kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) yang memiliki karakteristik fisik gel yang baik selama penyimpanan. Dilakukan 3 jenis formulasi dengan 3 variasi humektan yang berbeda, yaitu propilen glikol pada FI, gliserin pada F2, dan madu pada F3 dengan konsentrasi humektan sebesar 15%. Ekstrak etanol kulit pisang kepok kuning yang digunakan sebelumnya telah diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan metode difusi.  Ekstrak yang digunakan adalah sebesar 10% untuk setiap formulasi. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan organoleptis, pH, daya lekat, daya sebar, viskositas, dan waktu kering selama 28 hari. Data evaluasi sediaan masker gel peel off ekstrak etanol kulit pisang kepok kuning dianalisis dengan program SPSS 24.0 menggunakan One Way ANOVA. Hasil evaluasi stabilitas fisik menunjukkan bahwa variasi humektan secara signifikan mempengaruhi karakteristik fisik masker gel peel off, semakin lama penyimpanan maka bahan humektan yang digunakan semakin mempengaruhi karakteristik fisik masker gel peel off. Formulasi terbaik sediaan masker gel peel off ekstrak etanol kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) berdasarkan uji organoleptis, daya lekat, daya sebar, viskositas, dan waktu mengering adalah formulasi tiga (F3) yaitu madu sebagai humektan sediaan. Kata kunci:  Kulit Pisang Kepok, Masker Gel Peel Off, Propionibacterium acnes
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah, Bunga dan Daun Pucuk Merah (Syzygium paniculatum Gearth) dengan Metode DPPH Dienda Melani Rizqi Nur Isnaeni; Ery Nourika Alfiraza; Oktariani Pramiastuti
KUNIR: JURNAL FARMASI INDONESIA Vol 1 No 2 (2023): NOVEMBER
Publisher : Program Studi Farmasi Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Bhamada Slawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36308/kjfi.v1i2.558

Abstract

Pucuk merah merupakan tanaman hias yang tergolong dalam famili Myrtacea, Beberapa ekstrak tanaman memiliki senyawa antioksidan seperti fenolik, flavonoid yang lebih efektif, lebih aman dan berpotensi sebagai antioksidan alami. Ekstraksi etanol pada buah, bunga dan daun pucuk merah menggunakan pelarut etanol 96% dengan metode maserasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak buah, bunga dan daun pucuk merah (Syzygium paniculatum Gearth) dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazi) dan diukur serapannya pada panjang gelombang 515,5 nm dengan konsentrasi ekstrak yaitu 100, 200, 400 dan 800 ppm. Hasil aktivitas antioksidan didapatkan dari Inhibitory Concentration (IC50). Nilai IC50 yang didapatkan dari ekstrak buah adalah 7318 ppm, ekstrak daun sebesar 337 ppm, ekstrak bunga sebesar 513 ppm sedangkan pada vitamin C sebesar 4,72 ppm. Aktivitas antioksidan ketiga sampel tergolong antioksidan lemah (>150 ppm). Hasil analisis data menggunakan Uji One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara buah, bunga dan daun pucuk merah (sig <0,05).
FORMULASI SEDIAAN BODY SCRUB KOMBINASI EKSTRAK KULIT JERUK BALI (Citrus maxima Merr.) DENGAN CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI AGEN EKSFOLIASI Syifa Rihadatul Aisy; Ery Nourika Alfiraza; Osie Listina
Usadha Journal of Pharmacy Vol. 3 No. 3 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/ujp.v3i3.394

Abstract

Body scrub adalah salah satu produk kosmetik dengan bahan agak kasar yang digunakan untuk merawat, membersihkan kotoran kulit, dan mengangkat sel kulit mati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik uji stabilitas fisik body scrub kombinasi ekstrak kulit jeruk bali (Citrus maxima Merr.) dengan cangkang telur ayam serta mengetahui sediaan tersebut tidak mengiritasi kulit. Body scrub dibuat empat formulasi yang meliputi F0 (tanpa ekstrak), FI (ekstrak 15%), FII (ekstrak 12,5%) dan FIII (ekstrak 10%). Hasil dari penelitian uji fisik menunjukan bahwa uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji daya sebar dan uji daya lekat memenuhi syarat, sedangkan pada uji tipe emulsi F0 menunjukan A/M (air dalam minyak) dan pada FI, FII dan FIII menunjukan M/A (minyak dalam air). Kemudian hasil dari uji stabilitas menggunakan metode cycling test F0, FI, FII dan FIII tidak menunjukan adanya pemisahan antara fase minyak dan fase air serta pH stabil selama 6 siklus. Setelah dilakukan uji iritasi hasil dari F0, FI, FII dan FIII tidak menimbulkan iritasi sehingga sediaan aman digunakan pada kulit manusia. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan One Way Anova pada program SPSS 29.
EFFECTIVENESS OF COMBINATION OF BITTER GOURD (Momordica charantia L.) AND GARLIC (Allium sativum L.) EXTRACT ON MALE WHITE MICE (Mus muscullus) AS APHRODISIAC Alfiraza, Ery Nourika; Listina, Osie; Gautama, Tomy Sugiarto
Jurnal FARMASIMED (JFM) Vol 5 No 1 (2022): Jurnal Farmasimed (JFM)
Publisher : Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/jfm.v5i1.1242

Abstract

Aphrodisiac is a material that used to increase libido or sexual desire. The purpose of this study was to determine the effect of aphrodisiac on bitter melon fruit (Momordica charantia L.) and garlic (Allium sativum L.) in male white mice (Mus musculus L.) and at what concentration the combination of bitter melon and garlic had the best aphrodisiac effect. Bitter melon powder and garlic were macerated with 70% ethanol for 4 x 24 hours. In this study, ICC (Introduction, Climbing, Coitus) method was used in 25 male mice divided into 5 groups. Group I as negative control was given aquadest, group II was given a single dose of bitter melon, group III a single dose of garlic, Group IV, and Group V were given a combination of bitter melon extract and garlic with ½ combination 980 mg/kg body weight: 150mg /kg body weight, Group IV, and V were given a combination of bitter melon extract and garlic with 1 combination 1960 mg/kg body weight: 300 mg/kg body weight. Each group was given oral test materials, group I, II, III, IV, and V was given extracts according to the dose for 2 hours. Then those observed and calculated the number of Introduction, Climbing, and Coitus. The results showed that the combination of bitter melon extract and garlic group V (1960 mg/kg body weight: 300 mg/kg body weight) had the best aphrodisiac activity compared to other extract combination activities, and all extract combinations showed significantly different aphrodisiac effects.
Sosialisasi dan Penyuluhan Kesehatan Penanganan Pertama Luka Terbuka Pada Anak Usia Dini Tawil, Muh. Risal; Tarigan, Nanarita; Ali, St. Aminah; Fahamsya, Arifina; Alfiraza, Ery Nourika; Syahrir, Muhammad; Asmah, Nur
Sahabat Sosial: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 4 (2024): Sahabat Sosial: Jurnal Pengabdian Masyarakat (September)
Publisher : Asosiasi Guru dan Dosen Seluruh Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59585/sosisabdimas.v2i4.477

Abstract

Open wounds are a type of wound that is exposed to air due to skin damage without or accompanied by damage to the underlying tissue. Types of open wounds are abrasions (abrasion or excoriation), incised wounds or incised wounds (vulnus scissum), torn wounds (laceration or vulnus laceratum), stab wounds (vulnus punctum), bite wounds (vulnus morsum), gunshot wounds, burns (combustion). Early childhood are those who are in their growth period. During their growth period, it is not uncommon for them to be very active and explore new things. While exploring, some of them may fall, slip, get scratched and get wounds on their hands, foreheads or feet. The aim of community service is to provide education to the public about the types and procedures for initial treatment of wounds, as well as things that must be done and what must be avoided so that wound healing can be maximized. The method used is socialization and health education on the first treatment of open wounds in early childhood using observation and approaches through pre-test and post-test. The results achieved show that children's knowledge has increased and they know the steps for dealing with open wounds, which was proven during the question and answer session, children were able to mention how to handle open wounds in the correct order. The conclusion is that socialization of appropriate initial treatment is very necessary to prevent complications and speed up the wound healing process.
Perbandingan Metode Ekstraksi terhadap Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura L.) Alfiraza, Ery Nourika; Nurhidayati, Lailiana Garna; Fahamsya, Arifina; Wahyuningtias, Arum
Journal of Pharmaceutical and Health Research Vol 5 No 3 (2024): October 2024
Publisher : Forum Kerjasama Pendidikan Tinggi (FKPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47065/jharma.v5i3.5136

Abstract

Flavonoid compounds, triterpenes, tannins, polyphenols, and saponins can be found in cherry leaves (Muntingia calabura L.). Flavonoids are proven to be able to reduce free radicals, and thus can act as an antioxidant. The use of extraction methods can affect the content of flavonoid compounds contained in the extract . Thus, to extract flavonoids from plant leaves, it is necessary to optimize the right extraction method. Objective of this study was to compare the effect of using three different extraction methods, namely maceration, reflux, and sonication, on the total flavonoid content of cherry leaf ethanol extract. Cherry leaves were extracted with ethanol (1:10), using three different extraction methods, namely maceration, reflux, and sonication. The viscous extract obtained was then measured for total flavonoid content using UV-VIS spectrophotometry at 431 nm, using a standard solution of quercetin as a comparison. Total flavonoid content of ethanol extract of cherry leaf extracted by maceration, reflux, and sonication method respectively were 73.98 ± 0.06 mgQE/g; 60.55 ± 0.05 mgQE/g; and 92.53 ± 0.12 mgQE/g. Conclusion of this study was The extraction process influences the overall flavonoid concentration of cherry leaf ethanol extract.
Formulasi Sediaan Masker Clay Kombinasi Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) Alfiraza, Ery Nourika; Endang Istriningsih; Nadiyya Rizka Maulana
Berkala Ilmiah Kimia Farmasi Vol. 11 No. 2 (2024): December
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bikfar.v11i2.61858

Abstract

One type of cosmetic product used to care for facial skin is a mask. Clay masks are masks that contain mineral materials derived from clay, especially kaolin and bentonite. The purpose of this study was to determine the difference in concentration in formula F0 (0:0) FI(2:6), formula  FII (4:4), and formula  FIII (6:2) with a combination of papaya leaf extract and soursop leaf in clay mask preparations. This study uses an experimental approach, which starts with preparing a mask preparation and then evaluating the mask preparation. The results of One Way Anova's data analysis show that the sig value is 0.000 < 0.05, which means that H0 is rejected. The results of organoleptic, pH, homogeneity, dispersion, adhesion, dry time, viscosity, irritation, and stability showed that all concentrations of formula F0, FI, FII, and FIII met the requirements. The results of all concentration differences in F0, FI, FII, and FIII showed that the combination of papaya leaf extract and soursop leaf extract could be made in clay mask preparations.   Keywords:  Papaya Leaves, Soursop Leaves, Mineral Clay
Edukasi Kebutuhan Asam Folat Melalui Konsumsi Telur Pada Wanita Dewasa Muda Alfiraza, Ery Nourika; Rejeki, Desi Sri; Fahamsya, Arifina; Dini, Novia Rokmah
Jurnal Pengabdian Masyarakat Biologi dan Sains Vol 3, No 2 (2024): Jurnal Pengabdian Masyarakat Biologi dan Sains
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jpmbio-sains.v3i2.3539

Abstract

Edukasi asam folat pada wanita usia subur berarti memberikan informasi mengenai pentingnya asam folat untuk kesehatan mereka, terutama dalam persiapan kehamilan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa mereka memahami peran asam folat dalam mencegah cacat tabung saraf (neural tube defects) pada janin, mendukung perkembangan janin yang sehat, dan mengurangi risiko komplikasi kehamilan lainnya. Edukasi ini juga mencakup anjuran untuk mengkonsumsi asam folat secara teratur baik melalui makanan maupun suplemen. Diskusi dilakukan antara tim pengabdian dan mitra, serta distribusi kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan. Kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema edukasi kebutuhan asam folat melalui telur dilaksanakan di Universitas Bhamada Slawi. Kegiatan ini menyasar 21 responden wanita dewasa muda berusia 18-23 tahun. Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan kegiatan tercapai dan program dapat berkelanjutan. Kegiatan ini berupa edukasi kepada wanita dewasa muda untuk menurunkan dan mencegah kejadian anemia serta menekankan pentingnya mengkonsumsi asam folat. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden setelah dilaksanakan edukasi terdapat peningkatan pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran kegiatan telah tercapai. Educating women of childbearing age on the importance of folic acid is essential for promoting maternal health and preventing pregnancy complications, including neural tube defects in the fetus. This study aimed to enhance awareness of folic acid through targeted educational activities focusing on its benefits and consumption via diet and supplements. Conducted at Bhamada Slawi University, the program involved 21 young adult women aged 18–23 years. Activities included discussions, questionnaire distribution, and an evaluation to assess the program's effectiveness and sustainability. The initiative emphasized egg consumption as a source of folic acid and addressed anemia prevention. Post-education analysis of questionnaire responses revealed a significant increase in participants’ knowledge, demonstrating the program's success in achieving its objectives.
PENENTUAN KADAR ALKOHOL DARI TAPAI UBI UNGU (Ipomoea batatas (L.) Lam) DAN TAPAI SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN VARIASI WAKTU FERMENTASI Rejeki, Desi Sri; Alfiraza, Ery Nourika; Kusuma, Alisha Asri
Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal) Vol 16 No 1 (2025)
Publisher : UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36308/jik.v16i1.775

Abstract

Tapai merupakan makanan khas Indonesia yang dihasilkan dari fermentasi bahan makanan kaya karbohidrat. Kandungan utama singkong yaitu karbohidrat. Semakin tinggi kandungan karbohidrat dalam suatu bahan fermentasi, maka kadar alkohol yang akan dihasilkan juga lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar akohol pada tapai ubi ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dan Tapai Singkong (Manihot esculenta Crantz) dengan variasi waktu fermentasi menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Untuk membuktikan kadar alkohol pada tapai ubi ungu dan tapai singkong dilakukan fermentasi menggunakan ragi sebanyak 120 g dengan variasi waktu yaitu 72, 96, dan 120 jam. Dari hasil penelitian menunjukkan kadar alkohol ubi ungu berturut-turut sebesar 5,4; 12; dan18% dan kadar tapai singkong berturut-turut sebesar 4,9; 11; dan 17%. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat pengaruh lama variasi waktu fermentasi pada tapai ubi ungu dan tapai singkong. Data yang diperoleh dianalisis dengan varian (ANOVA) untuk menguji adanya perbedaan kadar (%) akohol tapai ubi ungu dan tapai singkong selama fermentasi dengan perolehan hasil Teat of Normality nilai signifikan sebesar > 0,05 yang menyatakan adanya perbedaan kadar alkohol terhadap variasi waktu fermentasi pada tapai ubi ungu dan tapai singkong.