Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknologi Pertambangan

ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA QUARRY TANAH LIAT MLIWANG BARAT BLOK I3 PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk, TUBAN, JAWA TIMUR Bartolomeus Windyaldi Saksono; Sudarsono Sudarsono; Singgih Saptono; Barlian Dwinagara
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, terletak di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada penambangan lereng lempung Mliwang Blok I3. Metode penambangan yang digunakan pada tambang Mliwang Blok I3 adalah metode quarry. Analisis dilakukan karena adanya longsor yang terjadi pada lereng di daerah Mliwang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan longsoran yang terjadi di Mliwang, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya ketidakstabilan lereng, dan memberikan rekomendasi dan usulan teknik yang berguna untuk mengantisipasi terjadinya longsor.Analisis ketidakstabilan lereng dilakukan menggunakan metode Bishop Simplified. Data masukan yang digunakan berupa kohesi, sudut gesek dalam, dan bobot isi yang diperoleh dari pengujian sampel tanab di Laboratorium Mekanika Tanah. Penentuan faktor keamanan minimum menggunakan pedoman Departemen Pekerjaan Umum yaitu >1,35 untuk lereng tunggal serta >1,5 untuk lereng keseluruhan.Analisis dilakukan terhadap lereng aktual. Berdasarkan nilai FKnya ditemukan ketidakstabilan lereng tunggal pada jenis material lempung A pada kondisi jenuh yaitu 1,12. Sedangkan pada lereng keseluruhan nilai FKnya juga belum aman yaitu 1,307 pada kondisi kering dan 0,527 pada kondisi jenuh.Hasil analisis menyimpulkan lonsgoroan yang terjadi adalah longsoran busur. Faktor-faktor penyebab ketidakstabilan lereng adalah faktor geometri lereng dan kadar air yang tinggi pada lereng. Lereng harus diperbaiki geometrinya dan dilakukan penanganan terhadap kadar air pada lereng.Rekomendasi lereng yang aman untuk lereng keseluruhan didapatkan pada geometri lereng dengan tinggi 3 meter, lebar 3 meter, sudut kemiringan 15° pada lereng tunggal, dan sudut kemiringan 12° pada lereng keseluruhan.  Sedangkan untuk Penanganan yang dilakukan dengan pembuatan horizontal drain hole dan dipasangkan pipa penyaliran lalu dialirkan pada (trenching) atau saluran air yang telah dibuat. Agar lereng lebih stabil dan kuat dilakukan penanaman dan pembuatan teras bangku untuk mengurangi erosi pada lereng.Kata kunci: Analisis Ketidakstabilan Lereng, Quarry, Lempung 
ANALISIS PENGARUH VARIASI BEBAN NORMAL TERHADAP PARAMETER KUAT GESER LANGSUNG PADA BATU TUFF DI KECAMATAN PRAMBANAN, KABUPATEN SLEMAN, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Rahmatyo Gilang Trilaksono; Singgih Saptono; Eddy Winarno; Barlian Dwinagara
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam kegiatan penambangan, khususnya penambangan yang menerapkan sistem tambang terbuka, kemantapan lereng merupakan suatu aspek penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan target produksi dan faktor keamanan. Desain lereng yang baik adalah desain lereng yang dapat mencapai target produksi dan memiliki faktor keamanan yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh desain lereng yang baik maka perlu memperhatikan karakteristik massa batuan. Faktor penting dalam karakteristik massa batuan terkait perancangan lereng yakni faktor intrinsik batuan diantaranya kohesi (c) dan sudut gesek dalam ().Nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam () didapatkan dari hubungan persamaan regresi linier tegangan geser dari berbagai variasi beban normal hasil uji kuat geser langsung. Kekuatan geser batuan pada uji kuat geser langsung dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor intrinsik berasal dari batuan tersebut yakni nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam () sedangkan faktor ekstrinsik salah satunya adalah tegangan normal yang diberikan pada uji kuat geser langsung.Batas pemberian tegangan normal maksimum pada uji kuat geser langsung telah dilakukan pada penelitian terdahulu yakni 12,5% (Saptono, 2012), 20% (Grasseli, 2001), dan 15% (Ladanyi dan Archambault, 1970) dari kuat tekan uniaksial. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian pada uji kuat geser langsung dengan memvariasikan pemberian beban normal sehingga didapatkan batas maksimum tegangan normal yang masih diijinkan pada batu tuff lokasi penelitian serta menentukan pemberian beban normal optimum pada uji geser langsung batu tuff lokasi penelitian dengan menghubungkan kriteria Mohr & Coulomb terhadap kriteria Hoek-Brown.Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diketahui bahwa batu tuff hasil penelitian memiliki nilai kuat tekan uniaksial rata-rata conto batu tuff sebesar 4370 kPa, sedangkan untuk uji kuat geser langsung pada beban normal (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2) kN masing masing didapatkan tegangan geser sebesar (670,59; 931,97; 1335,36; 1474,89; 1460,68; 1547,17) kPa pada kondisi peak dan (353,59; 527,68; 923,24; 1090,44; 1080,43; 1190,99; 1152,98) kPa pada kondisi residu. Untuk nilai intrinsik batu tuff pada uji kuat geser langsung dengan menggunakan variasi beban normal (0,2; 0,4; 0,6) kN, (0,4; 0,6; 0,8) kN, (0,6; 0,8; 1,0) kN dan (0,8; 1,0; 1,2) kN menghasilkan kohesi masing-masing variasi beban normal (315,21; 453,88; 1158,70; 1297,50) kPa dengan sudut gesek dalam (69,40; 64,45; 27,96; 17,41)o pada kondisi peak, sedangkan pada kondisi residu didapatkan nilai kohesi (35,94; 21,79; 700,7; 848,97) kPa dan sudut gesek dalam (66,19; 65,31; 33,53; 23,41)o.Berdasarkan hasil analisis dari uji kuat geser langsung yang telah dilakukan, terjadi peningkatan tegangan geser yang tidak signifikan ketika beban normal yang diberikan melebihi 0,8 kN. Sedangkan untuk faktor intrinsik batuan terjadi kecenderungan peningkatan yang signifikan pada nilai kohesi batuan dan penurunan yang signifikan pada sudut gesek dalam ketika beban normal yang diberi lebih besar 0,8 kN atau pada pengujian dengan luas permukaan geser conto 15,65 cm2 maka n sebesar 511,18 kPa. Hal ini membuktikan bahwa untuk uji kuat geser langsung pada batu tuff batas pemberian beban normal 0,8 kN atau 511,18 kPa atau ±12,5% dari kuat tekan uniaksial batu tuff lokasi penelitian yakni 4370 kPa, sehingga hasil penelitian Saptono (2012) mengenai pemberian tegangan normal yang masih diijinkan sebesar 12,5% dari kuat tekan uniaksialnya sangat sesuai untuk diterapkan pada pengujian kuat geser langsung pada batuan tuff lokasi penelitian.Berdasarkan grafik kesesuain antara Mohr & Coulomb dengan Hoek-Brown dan nilai kohesi dan sudut gesek dalam batu tuff lokasi penelitian, maka peneliti merekomendasikan untuk pemberian beban normal optimum pada uji kuat geser langsung pada batu tuff lokasi penelitian yakni (0,4;0,6;0,8) kN.Kata Kunci : Sistem Tambang Terbuka, Faktor Keamanan, Uji Kuat Geser Langsung, dan Beban Normal.
KAJIAN GEOTEKNIK TERHADAP RANCANGAN PENAMBANGAN BATUBARA BAWAH TANAH METODE SHORTWALL DI CV. ARTHA PRATAMA JAYA, KECAMATAN MUARA JAWA,KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Faisal Akbar Putra; Singgih Saptono; Peter Eka Rosadi
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

CV. Artha Pratama Jaya (CV. APJ) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pertambangan batubara yang berlokasi di Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Hasil eksplorasi lanjutan tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat seam batubara yang prospek untuk ditambang secara tambang bawah tanah. Metode penambangan yang diterapkan oleh CV. APJ adalah metode shortwall dengan sistem mundur (retreating). Penambangan batubara dengan metode shortwall memiliki resiko yang besar terhadap keruntuhan atap lubang bukaan dan panel penambangan. Dengan adanya permasalahan tersebut diperlukan suatu kajian geoteknik terhadap kestabilan lubang bukaan (main incline shaft (MIS), main vent shaft (MVS), dan panel entries), kestabilan pillar (chain pillar dan barrier pillar), dan sistem penyangga yang digunakan.Parameter material properties didapat dari hasil pengujian laboratorium terhadap batuan utuh (intact rock). Analisis kestabilan lubang bukaan menggunakan metode elemen hingga (FEM) dengan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb (1779). Geometri MIS dan MVS berbentuk tapal kuda dengan geometri lebar 3 m, tinggi 2,8 m, jari-jari lengkungan 1,5 m. Panel entry terdiri dari main gate dan tail gate dengan bentuk trapezoidal, dengan ukuran lebar atas 2 m, lebar bawah 3 m, dan tinggi 3 m. Hasil analisis MIS secara keseluruhan dikategorikan aman (FK>1,5), hanya pada dinding kanan FK 1,5 kritis. MVS secara keseluruhan dikategorikan aman (FK>1,5), hanya pada atap (roof) FK 1,12 failure. Main gate untuk ketiga level penambangan secara keseluruhan aman (FK>1,3), hanya pada bagian dinding kanan dan kiri  FK failure disebabkan karena terjadi undercut pada lapisan batubara. Tail gate untuk ketiga level penambangan seluruhnya dikategorikan aman (FK>1,3). Karena terdapat beberapa bagian yang failure, maka disarankan menggunakan penyangga untuk memperkuat lubang bukaan dan mengantisipasi keruntuhan.Analisis chain pillar menggunakan rumusan Obert dan Duvall (1967), dan Bienieawski (1983). Hasil analisis chain pillar didapat lebar chain pillar (Wp) minimum dan faktor keamanan tiap level, yaitu level 1 (5,94 m dan FK 1,65), level 2 (6,97 m dan FK 1,34), dan level 3 (7,01 m dan FK 1,34). Secara keseluruhan lebar chain pillar yang digunakan oleh CV. APJ adalah 9 m dan berdasarkan nilai FK dikategorikan aman (FK>1,3). Analisis barrier pillar menggunakan rumusan Ashley (1930). Hasil analisis didapat lebar minimum level 1 (52,4 m), level 2 (57,3 m), dan level 3 (58,2 m). Lebar barrier pillar yang digunakan CV. APJ untuk seluruh level 40 m, kondisi tidak aman sehingga lebar barrier pillar harus disesuaikan dengan hasil analisis.Hasil analisis penyangga kayu menggunakan kayu kelas I jenis Ulin tegangan geser dan lentur yang dianalisis tidak melebihi yang diizinkan yaitu 66 kg/cm2 dan 660 kg/cm2.  Analisis penyangga rigid steel arches menghasilkan nilai section modulusW sebesar 34 cm3 dengan menggunakan spesifikasi GI 70 profile I-beams DIN 21541 dengan nilai Wx sebesar 35,7 cm3, maka dapat dikategorikan aman.Kata kunci : Pillar,  lubang bukaan, dan faktor keamanan
ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT 300 METER KE 150 METER DARI LOKASI PELEDAKAN DI PIT 3 BANKO BARAT PT BUKIT ASAM TBK, TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN Fresly Widodo Malau; Singgih Saptono; Rika Ernawati
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 7, No 1 (2021): Maret
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Standar radius aman yang selama ini diterapkan Pt. Bukit Asam Tbk adalah 300 m untuk alat dan 500 m untuk manusia. Namun untuk tahapan evakuasi alat gali shovel komatsu PC 3000 yang menggunakan motor listrik membutuhkan waktu yang lama dan keterbatasan Panjang kabel menyebabkan alat tersebut evakuasi tidak mencapai 300 m, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis kembali terhadap flyrock dari kegiatan peledakan agar radius aman tersebut dapat dikurangi menjadi 150 m.Penelitian ini dilakukan dengan mengukur jarak lemparan maksimum flyrock berukuran ≥ 10 cm secara aktual dilapangan dan menghitung lemparan maksimum flyrock secara teoritis menggunakan metode analisis dimensi dan Richard dan Moore (2005). Penelitian dilakukan sebanyak 14 kali dan didaptkan jarak maksimum flyrock aktual adalah 96,82 m. Jarak tersebut tidak mencapai 150 m oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengurangi radius aman alat menjadi 150 m.Menargetkan pengurangan radius aman alat dari 300 m menjadi 150 m, diberikan faktor koreksi 1,2. tinggi stemming minimum 3,5 m dan jarak burden awal 3,5 m sehingga diperoleh lemparan maksimum teoritis adalah 75 m. berdasarkan teori exclusion zone dari Richard dan Moore (2015) menyarankan safety factor untuk alat adalah 2.0 dan untuk manusia 4.0. maka dapat disimpulkan bahwa radius aman alat pada peledakan di Banko Barat Pit 3 dapat dikurangi dari 300 m menjadi 150 m untuk alat dan 300 m untuk manusia.
Perancangan Penempatan Muck Raise Guna Menunjang Sequence Penambangan Area Tambang Bawah Tanah Dmlz Pb-04 PT Freeport Indonesia Kevin Bagaskara; Singgih Saptono; Winda Winda; Indun Titisariwati; Doli Jumat Rianto
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 9, No 1 (2023): Juli 2023
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jtp.v9i1.10518

Abstract

PT Freeport Indonesia saat ini sedang melakukan kegiatan development untuk membuka area penambanganbaru pada tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ), yaitu area penambangan Production Block4 DMLZ (PB-04DMLZ) yang ditargetkan dapat berproduksi pada bulan November tahun 2024. Kegiatandevelopment yang dilakukan menghasilkan material hasil peledakan yang akan dibersihkan oleh LHD CAT1700 dan dimasukan ke dalam suatu orepass yang digunakan untuk mentransfer material development yangdisebut Muck Raise. Saat ini, pada area penambangan PB-04 DMLZ, material hasil peledakan diangkutoleh LHD CAT 1700 dari heading dan diletakan sementara di dalam drift-drift yang belum beroperasikarena jarak dari heading ke bagian atas Muck Raise terdekat terlalu jauh, sehingga material hasil peledakantidak habis dalam 2- 4 jam sesuai dengan target waktu pemuatan dan pengangkutan yang menghambatsiklus penerowongan selanjutnya. Oleh karena itu, diperlukan tambahan Muck Raise dengan penempatanyang optimum berdasarkan kemampuan alat aktual di area penambangan PB-04. Dari hasil penelitiandiketahui bahwa jarak optimum untuk LHD CAT 1700 pada level Apex sebesar 285m, Undercut sebesar265 m, Extraction sebesar 240 m, Exhaust sebesar 230 m, Haulage sebesar 200 m, dan Drainage sebesar300 m, serta jarak optimum untuk CAT AD 55 pada level Exhaust sebesar 670 m, level Haulage sebesar520 m, dan level Drainage sebesar 2950 m. Jarak optimum ini digunakan untuk menentukan posisi danjumlah Muck Raise yang dibutuhkan pada tiap level yang ditentukan berdasarkan desain dan schedulingyang sudah ada, sehingga didapatkan jumlah kebutuhan Muck Raise pada setiap level adalah Apex (2),Undercut (2), Extraction-Intake (2), Exhaust (1), dan 4 buah orepass pada level Hauulage. bahwa kegiatanpemuatan dan pengangkutan dengan menggunakan Muck Raise lebih cepat dan efisien dibandingkan ketikaalat harus membawa material langsung dari heading ke level dibawahnya atau ke Crusher.
Penggunaan Teknologi Drone untuk Meningkatkan Safety dan Analisa pada Kegiatan Peledakan Santika Adi Pradhana; Singgih Saptono; Shenny Linggasari; Stefanus Jagad
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 9, No 1 (2023): Juli 2023
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jtp.v9i1.10532

Abstract

Kegiatan peledakan merupakan salah satu kegiatan dengan resiko tertinggi pada kegiatan penambangan. Juru ledakdan personel peledakan menghadapi bahaya seperti longsornya dinding tambang, paparan gas beracun, permukaanyang tidak stabil setiap hari ketika peledakan dilakukan. Selain itu untuk memastikan kegiatan peledakan telah berjalandengan aman, juru ledak masih perlu memasuki area peledakan untuk memastikan seluruh lubang ledak telah meledakdengan aman.Adanya kemajuan teknologi, penggunaan drone di area penambangan sudah banyak digunakan. Teknologi dronesudah biasa digunakan untuk pemetaan, pemantauan stabilitas lereng. Tulisan ini akan memaparkan mengenaipemanfaatan drone untuk kegiatan peledakan di suatu tambang di Kalimantan TimurPenggunaan drone tidak hanya meningkatkan safety atau keamanan pada kegiatan, namun juga meningkatkan efisiensioperasional dan analisa teknikal. Waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan pasca peledakan bisadikurangi karena drone dapat secara langsung mengarah pada lokasi peledakan. Analisa teknis peledakan juga bisadilakukan secara komprehensif seperti dokumentasi sebelum dan setelah peledakan dengan penampakan yang luasdan menyeluruh serta dapat digunakan untuk analisa batu terbang dan fragmentasi.Penggunaan drone pada kegiatan peledakan masih memerlukan pengembangan-pengembangan. Faktor kondisi cuacasangat mempengaruhi karena saat ini drone tidak mampu terbang pada kondisi hujan. Untuk kegiatan peledakan yanglebih dari satu lokasi, operator drone perlu mencari lokasi yang paling tepat untuk posisi drone, atau bahkanmenggunakan lebih dari satu drone. Secara keseluruhan penggunaan drone memberikan keuntungan pada aspekkeselamatan maupun produktifitas operasional.
ANALISIS PENGARUH MASSA BAHAN PELEDAK TERHADAP GROUND VIBRATION UNTUK MENDAPATKAN PPV ≤ 3MM/S PADA JARAK 300M PIT INUL MIDDLE 3B, PT KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ilyasa, Muhammad Wildan; Saptono, Singgih; Siwidiani, Indri Lesta; Titisariwati, Indun; Ratminah, Wawong Dwi
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 9, No 2 (2024): Januari 2024
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jtp.v9i2.11876

Abstract

PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang terletak di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Salah satu pit yaitu Pit Inul Middle Panel 3B memiliki batas pit yang berjarak ±300m dari rumah penduduk. Pembongkaran dilakukan dengan melakukan kegiatan peledakan pada lapisan penutup. Salah satu efek dari kegiatan peledakan adalah dapat menimbulkan getaran tanah. Getaran tanah yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan. Menurut SNI 7571:2010 getaran tanah yang dapat merusak jenis bangunan kelas dua adalah Peak Particle Velocity (PPV) dengan nilai 3mm/s. Pada 9 April 2022 terdapat dua peledakan dengan PPV lebih dari ambang batas yang diukur pada rumah penduduk yang berjarak ±300m dari lokasi peledakan dengan nilai 3,33mm/s dan 3,101mm/s. Adanya hasil PPV tersebut dapat merusak struktur bangunan sehingga perlu dilakukan analisis untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan. Analisis dilakukan dengan menghubungkan nilai PPV dengan massa isian bahan peledak dan jarak pengukuran. Berdasarkan analisis massa isian bahan peledak dan jarak pengukuran berpengaruh pada nilai PPV. Terdapat dua usulan pengurangan massa isian bahan peledak dari 20 kg menjadi 19kg (Berta, 1985) dan 17kg (USBM,1962 dan Agrawal & Mishra,2018) pada jarak 300m. Usulan tersebut diprediksi memiliki crushing zone sebesar 9,969m (Kanchibotla et al,1999) dengan kerusakan batuan Strong tensile and some radial cracking of rock (Bauer dan Calder, 1978).
CONVERGENCE MONITORING UNTUK PREVENTIVE SUPPORT MAINTENANCE BERDASARKAN NILAI POTENTIAL DISPLACEMENT PADA AREA CONVEYOR DEEP MILL LEVEL ZONE, PT FREEPORT INDONESIA Larasingati, Margaret Aubrey; Wiyono, Bagus; Saptono, Singgih; Linggasari, Shenny; Rianto, Doli Jumat
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 9, No 2 (2024): Januari 2024
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jtp.v9i2.11877

Abstract

Area conveyor drift tambang bawah tanah DMLZ sangatlah penting dan kritis untuk kegiatan transportasi bijih, sehingga diperlukan pemantauan dan perawatan drift. Tambang bawah tanah yang semakin dalam dapat mengakibatkan penggalian bawah tanah menjadi lebih rentan terhadap kerusakan dan desain tambang menjadi lebih rapuh. Pendekatan desain ground support berdasarkan potensi deformasi ketika terjadi displacement akibat adanya tekanan perlu dilakukan karena saat ground support mengalami deformasi, masing-masing kapasitas ground support berkurang secara bertahap menjadi nol. Pendekatan tersebut dapat dikembangkan dengan implementasi Preventive Support Maintenance (PSM), dimana pemasangan tambahan ground support dilakukan sebelum area tersebut membutuhkan rehabilitasi. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data displacement yang terjadi di tiap stasiun sepanjang area drift conveyor DMLZ menggunakan alat ukur konvergen. Data displacement kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan nilai cumulative displacement dan incremental velocity, sehingga dapat membuat klasifikasi PSM berdasarkan nilai potensi displacement dan kapasitas ground support yang telah terpasang di area tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data pengukuran dari bulan Mei 2022 sampai dengan April 2023 tidak terjadi displacement yang signifikan. Pengaruh displacement yang terjadi sepanjang area drift conveyor DMLZ sampai saat ini belum menimbulkan kerusakan yang tampak secara visual, namun kegiatan pemantauan tetap perlu dilakukan secara berkala. Klasifikasi PSM telah dibuat berdasarkan potensi displacement, dimana action plan yang disarankan untuk PSM yaitu pemasangan ground support berupa MDX bolt sepanjang 3 m dengan spasi 1,1 m.
ANALISIS KECEPATAN PENGEBORAN ANTARA JUMBO DRILL TIPE AXERA 7 DAN TIPE DD422I PADA AREA DEVELOPMENT DI TAMBANG BAWAH TANAH GBC-KL PT FREEPORT INDONESIA Saptono, Singgih; Azkiya, Ahmad Azkal; Dwinagara, Barlian; Wiyono, Bagus; Horman, Juanita R.
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 10, No 1 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jtp.v10i1.13251

Abstract

     PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan yang memiliki izin usaha pertambangan khusus (IUPK) operasi produksi bijih tembaga dan emas melalui sistem penambangan bawah tanah. Salah satu area penambangan yang berada PTFI adalah tambang bawah tanah Grasberg Block Cave-Kucing Liar (GBC-KL). Sampai saat ini tambang bawah tanah GBC-KL masih terus melakukan kegiatan development. Dalam cycle time tahap development salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu proses drilling dimana alat yang digunakan yakni jumbo drill. Kegiatan pengeboran tersebut bertujuan untuk membuat lubang ledak yang akan digunakan pada proses peledakan nantinya.  PT Freeport Indonesia memiliki beberapa tipe jumbo drill diantaranya yaitu Axera 6, Axera 7, Axera 8, dan tipe baru yaitu DD422i. Penggunaan tipe jumbo drill ini disesuaikan dengan ukuran dan kondisi lubang bukaan yang akan dilakukan pada proses pengeboran. Sehingga dengan adanya jumbo drill tipe baru ini diperlukan analisis terhadap kecepatan pengeboran jumbo drill tipe baru DD422i. Analisis tersebut dapat kita bandingkan terhadap jumbo drill tipe lama khususnya jumbo drill tipe Axera 7 yang memiliki spesifikasi dan ukuran yang mendekati tipe baru DD422i. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kecepatan pengeboran alat jumbo drill tipe Axera 7 dan tipe DD422i. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk Mendapatkan faktor yang berpengaruh pada kegiatan pengeboran jumbo drill tipe Axera 7 dan tipe DD422i. Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode statistik dengan mengelompokkan nilai drill rate jumbo drill tipe Axera 7 dan tipe DD422i yang telah diperoleh berdasarkan kondisi batuan area pengeboran. Kemudian dilakukan dilakukan analisis terkait faktor-faktor yang berpengaruh pada kegiatan pengeboran tersebut. Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh rata-rata drill rate jumbo drill antara tipe Axera 7 dan DD422i. Pada area good rock diperoleh rata-rata drill rate untuk tipe Axera 7 sebesar 1,58 meter/menit, sedangkan untuk tipe DD422i sebesar 1,63  meter/menit. Pada area fair rock diperoleh rata-rata drill rate untuk tipe Axera 7 sebesar 2,09 meter/menit, sedangkan untuk tipe DD422i sebesar 2,14 meter/menit. Pada area poor rock diperoleh rata-rata drill rate untuk tipe Axera 7 sebesar 2,14  meter/menit, sedangkan untuk tipe DD422i sebesar 2,29 meter/menit. Jumbo drill tipe DD422i cenderung memiliki nilai rata-rata drill rate yang lebih tinggi daripada jumbo drill tipe Axera 7 pada berbagai kondisi batuan. Hubungan Drill Rate dengan Nilai RMR area pengeboran diperoleh persamaan y = -0,0184x + 3,0238. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kegiatan pengeboran diantaranya yaitu Tipe jumbo drill yang digunakan, kedalaman lubang ledak, kondisi batuan area pengeboran, dan hambatan (delay) yang terjadi.
PENGARUH PENERAPAN METODE TOP AIR DECK TERHADAP TINGKAT DISTRIBUSI FRAGMENTASI PELEDAKAN DI PIT BUKIT OSHOR PT KARYA BHUMI LESTARI SITE PT KARTIKA SELABUMI MINING Ramadhan, Muhammad Raflie; Saptono, Singgih; Wiyono, Bagus; Dwinagara, Barlian; Metboki, Matilda
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 10, No 1 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jtp.v10i1.13239

Abstract

Penelitian dilakukan di PT Karya Bhumi Lestari yang merupakan perusahaan kontraktor pertambangan komoditas batubara yang berlokasi di Kecamatan Kotabangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Kegiatan peledakan yang dilakukan di lokasi penelitian menerapkan metode bottom air deck dengan panjang satu meter untuk lubang ledak dengan kedalaman >6 meter. Metode yang diterapkan belum memenuhi target ukuran fragmentasi dan digging time alat gali muat yang ditetapkan oleh perusahaan dengan ukuran fragmentasi P85 sebesar 900,89 mm dan digging time alat gali selama 12,65 detik. Oleh karena itu, diperlukan perancangan geometri lubang ledak dengan penerapan metode airdeck sehingga memenuhi target fragmentasi dan digging time serta tidak mengganggu produktivitas dari kegiatan penambangan. Kegiatan peledakan yang diteliti menerapkan metode top air deck dengan rasio ADF 0,14 – 0,20 dengan penggunaan powder factor yang bervariasi antara 0,206 – 0,252 kg/m3. Penerapan metode top air deck dilakukan dengan pertimbangan peningkatan kualitas fragmentasi pada massa batuan bagian permukaan serta kemudahan dalam memodifikasi tinggi kolom udara dalam lubang ledak. Analisis tersebut menghasilkan data bahwa penelitian yang dilakukan menghasilkan hasil fragmentasi dengan P85 <860 mm dan digging time alat gali muat <12 detik. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa nilai ADF optimal pada lapisan overburden B3 adalah sebesar 0,170 yang menghasilkan fragmentasi P85 berukuran 821,28 mm dan digging time sebesar 11,64 detik. Besar nilai powder factor dapat direduksi menjadi 0,229 kg/m3 untuk lubang ledak dengan kedalaman 5,5 – 9 meter dengan geometri lubang ledak optimal dalam kondisi before gassing yaitu tinggi ADL 0,79 – 1,33 meter dan tinggi PC 2,20 – 3,67 meter. Sedangkan pada kondisi after gassing yaitu tinggi stemming 2,51 – 4,00 meter, tinggi ADL 0,50 – 0,85 meter dan tinggi PC 2,49 – 4,15 meter.
Co-Authors Akbar, Wahyu Nusantara Alfat, Sayahdin Andesta Granitio Irwan Ardya Pramesti Putri Arindry Aryanti, Dian Eka Astika Putri Roshinta Azizi, Masagus Ahmad Azkiya, Ahmad Azkal Bagus Wiyono Bagus Wiyono, Bagus Barlian Dwi Nagara Barlian Dwinagara Bartolomeus Windyaldi Saksono Cahyadi, Tedy Agung D Haryanto Dahono Haryanto Danu Mirza Reky Doli Jumat Rianto Dwi Yolanda Sumbung Eddy Winarno Eddy Winarno Edy Nursanto Faisal Akbar Putra Frampton, Samantha Michelle Fresly Widodo Malau Gabriel Ranteallo Gunawan Nusanto Hariyadi, Sundek Hasywir Thaib s Hasywir Thaib Siri Hendra Rezkie Herry Sofyan Herry Sofyan Herry Sofyan Horman, Juanita R. Ilep Prengki Ilyasa, Muhammad Wildan Indun Titisariwati Indun Titisariwati, Indun Ir. H. Hasywir Thaib Siri, M.Sc, Ir. H. Hasywir Ira, Nurmaya Putri Kevin Bagaskara Koesnaryo, S. Kurniawan Kurniawan Kurniawan Kurniawan Kurniawati, Savani Larasingati, Margaret Aubrey Linggasari, Shenny Lusantono, Oktarian Wisnu M. Dadang Wahyudi M. Dadang Wahyudi, M. Dadang M. Rahman Yulianto M. Rahman Yulianto Metboki, Matilda Misdiyanta, Partama Nurkhamim Oktarian Wisnu Lusantono Parissing, Vinsentia Peter Eka Rosadi Putri Nova Haryu Dhanti Raden Hariyanto Raden Hariyanto, Raden Rahmatyo Gilang Trilaksono Ramadhan, Muhammad Raflie Resa Risal Pradita Rianse, Mohammad Suriyaidulman Rianto, Doli Jumat Ridho Kresna Wattimena Rika Ernawati Risaldi Hidayat S Koesnaryo S Koesnaryo S. Koesnaryo S. Koesnaryo Santika Adi Pradhana Sari B Kusumayudha Sari Bahagiarti Kusumayudha Shenny Linggasari Shofa Rijalul Haq Simarmata, Bestian Parnan Siwidiani, Indri Lesta Stefanus Jagad Sudarsono Sudarsono Tien Veny Vera Vega Vergiagara Vega Vergiagara Vergiagara, Vega Wawong Dwi Ratminah, Wawong Dwi Winda Winda Yulianto, M. Rahman