Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

GAMBARAN KECEMASAN PERAWAT PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI RSUD dr. R. KOESMA TUBAN Sasongko, Ajek; Yunariyah, Binti; Jannah, Roudlotul
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i1.3647

Abstract

Tahun 2020, dunia dihebohkan dengan adanya virus baru yaitu SARS-CoV- 2 dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Kejadian kasus Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari sehingga petugas kesehatan sebagai garis depan semakin tertekan karena mengkhawatirkan kesehatan mereka, keluarga dan beban kerja yang terus meningkat. respon yang paling sering muncul pada perawat di indonesia ialah perasaan cemas dan tegang sebanyak 70%. Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kecemasann perawat pada masa pandemi covid-19 di RSUD dr. Koesma Tuban. Desain penelitian yang akan dugunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan jumlah populasi 60 perawat, besar sampel 52 perawat. Teknik sampling yang digunakan adalah Sampling Kuota, dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adala kuesioner dengan skala HARS, dianalisa dengan diagram, tabel, dan prosentase. Hampir seluruh perawat (88,4%) di ruang IGD dan IBS RDUD dr. R Koesma Tuban tidak ada kecemasan. Perawat yang tidak ada kecemasan berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki (64,45%). Perawat yang tidak ada kecemasan berdasarkan umur adalah perawat yang berumur 26-35 Tahun (75,6%). Perawat yang tidak ada kecemasan berdasarkan pendidikan adalah perawat S1 Keperawatan (53,3%). Perawat yang tidak ada kecemasan berdasarkan lama bekerja adalah perawat dengan lama bekerja 0-5 tahun (42,2%). Faktor dominan dari beberapa faktor kecemasan perawat pada masa pandemi covid-19 adalah kekhawatiran tentang kesehatan diri, takut membawa infeksi ke rumah atau anggota keluarga. Kecemasan harus dihindari agar tidak menimbulkan kecemasan yang berlebihan yang berakibat tidak bisa mengambil keputusan dan tindakan, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan berpikir positif tentang perasaan cemas Kata kunci : Kecemasan Perawat, Covid-19, Pandemi
GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING TUBAN Rahayu, Yustika Dyah; Yunariyah, Binti; Jannah, Roudlotul
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) Vol 10, No 2 (2022): MARET
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.785 KB) | DOI: 10.14710/jkm.v10i2.32271

Abstract

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi pada balita diakibatkan oleh beberapa faktor. Stunting di Indonesia pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 30,8 % dan 2019 menurun menjadi 27,7 % atau dengan kata lain 28 dari 100 balita menderita stunting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor apa yang menyebabkan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semanding Tuban tepatnya di Desa Penambangan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian survei deskriptif, teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan populasi 160 orang dan 114 sampel ibu yang memiliki balita stunting. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Hampir seluruhnya balita stunting Desa Penambangan tidak memiliki berat badan lahir rendah dengan jumlah sebanyak (82,5%), sebagian besar ibu yang memiliki balita stunting memiliki tingkat pendidikan dasar (52,6%). Hampir seluruhnya orang tua yang memiliki balita stunting berpendapatan dibawah UMR Kota Tuban (76,3%). Hampir seluruhnya ibu yang memiliki balita stunting tidak memberikan ASI eksklusif (78,1%). Dari tabel distribusi frekuensi yang menyebabkan kejadian stunting di Desa Penambangan yaitu faktor pendidikan ibu, faktor pendapatan orang tua dan pemberiaan ASI eksklusif. Faktor yang paling besar menyebabkan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semanding Tuban di Desa Penambangan adalah faktor pendidikan ibu, pendapatan orang tua dan pemberiaan ASI eksklusif. Petugas kesehatan dapat memberikan kegiatan penyuluhan mengenai stunting agar dapat melakukan pencegahan dan penurunan angka stunting.
Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan Yang Benar Menggunakan Sabun Pada Anak SD (Di SDN Prunggahan 01 Kecamatan Semandingkabupaten Tuban) Setya Budi, Oka; Yunariyah, Binti; Jannah, Roudlotul
Jurnal Multidisiplin Indonesia Vol. 2 No. 9 (2023): Jurnal Multidisiplin Indonesia
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jmi.v2i9.511

Abstract

Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan salah satu Gerakan Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga kini masih tergolong rendah, indikasinya dapat dilihat dengan tingginya prevalensi penyakit diare. CDC (Centers for Disease Control) merekomendasikan cuci tanga dengan sabun dan air karena prosesnya lebih baik dalam membunuh jenis kuman tertentu, Dengan cuci tangan yang baik dan benar akan memutus rantai penyebaran penyakit dan meminimalkan angka kejadian sakit pada anak SD. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan gambaran Pengetahuan Cuci Tangan Yang Benar Menggunakan Sabun Pada Anak SD di SDN Prunggahan 01 Semanding Tuban. Desain penelitiannya deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasinya sebanyak 95 anak SD, besar sampelnya 95 anak SD, teknik sampling yang digunakan total sampling. Variabel penelitiannya adalah pengetahuan cuci tangan yang benar menggunakan sabun pada anak SD. Instrumen penelitian ini berupa lembar kuesioner. Setelah data terkumpul di skoring dan ditarbulasi diolah dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar (58%) anak berumur 8 tahun. Sebagian besar (61,05%) anak berjenis kelamin perempuan. Hampir setengahnya (48,4%) anak memiliki pengetahuan baik. Sebagian besar (67%) memiliki pengetahuan dalam kategori kurang pada anak berusia 8 tahun. Sebagian besar (71%) memiliki pengetahuan kurang berjenis kelamin Perempuan. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Maka dari itu dilakukan adanya upaya pembiasaan cuci tangan menggunakan sabun sebelum masuk kelas dengan aturan yang di berlakukan di sekolah.
Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang Hidup Bersih dan Sehat dalam Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Mukhtariyah Syafi'iyah 1 Beji Tuban Sumiatin, Titik; Yunariyah, Binti; Ningsih, Wahyu Tri
Journal of Ners and Midwifery Vol 4 No 1 (2017)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v4i1.ART.p023-027

Abstract

Scabies dikenal di Indonesia sebagai penyakit kulit. Lebih sering dikenal dengan penyakit gudik yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap saccoptes scabiei. Skabies juga dikenal sebagai penyakit menular yang mendunia dengan estimasi 300 juta kasus setiap tahunnya. Prevalensi ini bervariasi dan fluktuatif setiap waktunya. Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perubahan pengetahuan tentang hidup bersih dan sehat santri  setelah diberikan pendidikan kesehatan. Desain penelitian menggunakan Pre Experimental design. Populasinya adalah seluruh santri yang   di pondok pesantren Mukhtariyah Syafi’iyah 1 di Desa Beji, Kec. Jenu Kab. Tuban. Sample ditentukan secara random sampling yaitu 80 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang selanjutnya dianalisis dengan uji statistik Spearman dan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan Pengetahuan Santri pondok pesantren tentang hidup bersih dan sehat dalam mencegah penyakit skabies sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan mengalami peningkatan. Sesuai hasil uji Analisis menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test pada data pretest dan post-test menghasilkan nilai p=0,000 (<0,05), yang berarti sangat signifikan. Pendidikan kesehatan sangat efektif dalam merubah pengetahuan santri, sehingga sangat disarankan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan di pondok-pondok yang ada di wilayah Kabupaten Tuban.
Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Sikap Hidup Bersih dan Sehat dalam Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Mukhtariyah Syafi'iyah 1 Beji Tuban Sumiatin, Titik; Yunariyah, Binti
Journal of Ners and Midwifery Vol 4 No 3 (2017)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v4i3.ART.p224-227

Abstract

Scabies is known in Indonesia as skin diseases commonly known as a skin disease caused by infestation and sensitization to saccoptes scabiei. Scabies is also known as infectious disease worldwide with an estimated 300 million cases annually. This prevalence varies and fluctuates every time. The prevalence of  scabies in Indonesia is around 6-27% of the general population. The purpose of this study was to determine changes in attitude about clean and health life of  students after being given health education. The research  design was  Pre Experimental design. The population was all students  in boarding school Mukhtariyah Shafi'ites 1 in Beji village, district. Jenu Kab. Tuban. The sample was 80 people determined by random sampling . The Data were collected using a questionnaire which is then analyzed by Spearman and Wilcoxon tests. The results showed attitude of  boarding schoolstudents about clean and healthy life in preventing the  scabies disease before being given health education and after being given health education has increased. The  test results analysis using the Wilcoxon Sign Rank Test showed  pretest and post-test yield value of p = 0.000 (<0.05), which means it's very significant. Health education was very effective in changing attitude of students, so it was advisable to further improve the implementation of health education at the boarding school in the district of Tuban.
AKSI KOMPETENSI BERSAMA DI PANTI ASUHAN YAYASAN PEMELIHARAAN ANAK DAN BAYI PERMATA HATI SURAKARTA Pratiwi Hermiyanti; Wisnu, Nurwening Tyas; Ginarsih, Yuni; Mujayanto; Intiyati, Ani; Yunariyah, Binti; Widyastuti, Dwi Utari; Pratami, Evi; Maharrani, Titi; Mamik; Rokhmalia, Fitri; Husni, Ervi; Windi, Yohanes Kambaru; Sari, Ira Rahayu Tiyar; Istanto, Wisnu; Widarti, Luluk; Sumaningsih, Rahayu; Sulistyowati, Dwi Wahyu Wulan; Kusumaningtyas, Kharisma; Kasiati, Klanting; Setiawan; Sukesi; Rijanto; Triana, Wahyuningsih
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Ilmia Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v7i1.558

Abstract

Panti Asuhan merupakan tempat pemeliharaan bagi anak dan bayi yang sengaja diserahkan dikarenakan orang tua mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan tanpa orang tua. Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi (YPAB) Permata Hati adalah salah satu Panti Asuhan yang memelihara anak dan bayi yang membutuhkan perlindungan dan pendidikan di Kota Surakarta. Pada masa pandemic covid-19, layanan kesehatan bagi anak dan bayi di YPAB Permata Hati jarang mendapatkan kunjungan dan pemeriksaan. Tujuan pengabdian masyarakat ini untuk membantu pelayanan kesehatan bagi anak dan bayi di YPAB Permata Hati Kota Surakarta dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan serta status gizi. Metode pelaksanaan yang dilakukan berupa pemeriksaan tumbuh kembang anak dan status gizi, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta penyuluhan cara menyikat gigi yang benar. Hasil pemeriksaan status gizi dan tumbuh kembang anak dan bayi di YPAB Permata Hati Kota Surakarta terdapat 30 persen termasuk kurus dan 1 orang anak termasuk suspek perkembangan Denver II (lingkar kepala termasuk mikro). Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan cara sikat gigi yang benar diikuti secara antusias oleh anak-anak YPAB Permata Hati Kota Surakarta Orphanages are places of care for children and babies who are handed over due to parents who are experiencing economic difficulties or even without parents. The Permata Hati Child and Infant Care Foundation (YPAB) is one of the orphanages that care for children and babies who need protection and education in the city of Surakarta. During the Covid-19 pandemic, health services for children and infants at YPAB Permata Hati rarely received visits and checks. The purpose of this community service is to help provide health services for children and infants at YPAB Permata Hati Surakarta City in monitoring growth and development as well as nutritional status. The implementation method used is in the form of examining children's growth and development and nutritional status, counseling on Clean and Healthy Behavior, as well as counseling on how to brush their teeth properly. The results of examinations on the nutritional status and development of children and infants at YPAB Permata Hati, Surakarta, found that 30 percent were underweight and 1 person was suspected of developing Denver II (head circumference including micro). Counseling on Clean and Healthy Behavior and how to brush your teeth was enthusiastically followed by YPAB Permata Hati Surakarta children
Pemberdayaan Remaja dalam Pencegahan HIV/AIDS melaui Life Skill Education di Kabupaten Tuban Nugraheni, Wahyuningsih Triana; Yunariyah, Binti; Su'udi, Su'udi
Jurnal Pengabdian Masyarakat (ABDIRA) Vol 5, No 4 (2025): Abdira
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdira.v5i4.1145

Abstract

Adolescents face highly complex problems. Emotional and psychological pressures can lead to deviations from prevailing social norms in the community, such as environmental issues, reproductive health concerns, promiscuous sexual behavior, abortion, and sexually transmitted diseases, including HIV/AIDS. The number of HIV cases in Tuban Regency increased from 53 cases in 2021 to 163 cases in 2022. The aim of this community service program is to improve adolescents’ knowledge and life skills in preventing HIV/AIDS. The methods used included lectures, discussions, games, assignments, and demonstrations, targeting adolescents in Kembangbilo Village, Tuban Regency. The results showed that the average knowledge score on HIV/AIDS prevention life skills before the educational intervention was 42.6, increasing to 65 after the intervention. The average life skills score for HIV/AIDS prevention before the intervention was 53.5, increasing to 68.5 afterward. Empowering adolescent peer educators proved to be highly effective in enhancing life skills for HIV/AIDS prevention. In this era of advanced communication systems, it is crucial to equip adolescents with life skills to prevent HIV/AIDS.
Pengetahuan Ibu Batita tentang Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Bangilan Dwi Syahrani, Aulia; Yunariyah, Binti; Jannah, Roudlotul; Su’udi, Su’udi
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 4 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i4.14573

Abstract

Data Kementerian Tahun 2020 periode Januari - Juni , cakupan imunisasi Hepatitis B untuk anak baru lahir (HB-0) baru 40 persen, yang seharusnya cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir harus mencapai 80 - 90 persen. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengetahuan ibu batita tentang imunisasi Hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Bangilan. Desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu batita di Puskesmas Bangilan yang berjumlah 101 orang, dengan besar sample 81 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Variabel penelitian yaitu pengetahuan ibu batita tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir. Cara pengambilan data dengan lembar kuesioner. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar Ibu Batita (60%) berusia 20-30 tahun, hampir setengah ibu batita (37%) berpendidikan SMA, hampir seluruh ibu batita (79%) tidak bekerja, sebagian besar ibu batita (51%) adalah primipara, dan sebagian besar ibu batita (53%) berpengetahuan cukup tentang imunisasi Hepatitis B. Pentingnya sosialisasi terkait imunisasi pada ibu batita untuk meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir. Ibu Batita juga dapat menambah informasinya dari sumber lainnya di luar dari pendidikan formal yaitu dengan jalur informal seperti melalui media elektronik (televisi, radio, internet), membaca koran atau majalah.
Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Perawatan Penderita TBC Paru Di Puskesmas Tuban Bagus F, Mochamad Yanuar; Triana N, Wahyuningsih; Ningsih, Wahyu Tri; Yunariyah, Binti
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 4 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i4.14693

Abstract

Puskesmas Tuban merupakan urutan ke 2 terbanyak penderita TBC Paru. Hal ini mempunyai risiko penularan dan meningkatkan jumlah penderita TBC Paru di Kabupaten Tuban. Tujuan Penelitian ini menggambarkan bagaimana tugas keluarga dalam perawatan penderita TBC Paru di Puskesmas Tuban. Desain penelitian deskriptif. Populasi seluruh keluarga penderita TBC Paru yang menjalani pengobatan 6 bulan 37 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total sampling sejumlah 37 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tugas kesehatan keluarga dalam perawatan penderita TBC Paru di Puskesmas Tuban yang masuk dalam kategori baik sebanyak 24 orang (65%). Sebagian besar Keluarga Penderita TBC Paru menjalankan Tugas Kesehatan Keluarga dalam kategori baik. Seluruhnya keluarga penderita TBC Paru berusia 17-25 tahun tugas kesehatan keluarga baik, hampir seluruhnya keluarga penderita TBC Paru berpendidikan Perguruan Tinggi tugas kesehatan keluarga baik, dan sebagian besar keluarga pederita TBC Paru bekerja tugas kesehatan keluarga baik.
Pengetahuan Remaja Tentang Faktor Resiko Diabetes Melitus Di SMA Negeri 1 Rengel Aisyah, Siti Nur; Yunariyah, Binti; Jannah, Roudhotul; Triana N., Wahyuningsih
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 4 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i4.14696

Abstract

Diabetes melitus tidak hanya terjadi pada usia dewasa, tetapi juga terjadi pada usia muda. Pada faktanya meningkatnya jumlah pasien diabetes melitus diakibatkan karena banyak faktor diantaranya pergantian gaya hidup, sangat kurangnya pengetahuan tentang penyakit sehingga kurang juga pemahaman untuk melakukan deteksi dini penyakit diabetes melitus. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang faktor resiko diabetes melitus di SMA Negeri 1 Rengel. Desain pada penelitian ini deskriptif mengunakan pendekatan cross sectional, populasi penelitian adalah seluruh remaja kelas 11 di SMA Negeri 1 Rengel berjumlah 302 remaja. Besar sampel 172 remaja menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner dalam google formulir. Analisa deskriptif menggunakan distribusi, frekuensi, tabulasi. Hasil Penelitian didapatkan sebagian besar dari remaja di SMA Negeri 1 Rengel berusia 17 tahun sebanyak (65%), dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak (67%). Sebagian besar dari remaja (69%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik tentang faktor resiko diabetes melitus yang tidak dapat dimodifikasi dan sebagian besar dari remaja (73%) memiliki tingkat pengetahuan tentang faktor resiko diabetes melitus yang dapat dimodifikasi di SMA Negeri 1 Rengel dalam kategori baik. Remaja di SMA Negeri 1 Rengel memiliki pengetahuan baik tentang faktor resiko diabetes melitus dikarenakan pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti media masa.sehingga remaja dapat memilah-milah informasi yang tepat dan juga penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pentingnya menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup.