Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Daun dan Biji Srikaya (Annona squamosa L.) dan Potensinya sebagai Antikanker Amaq Fadholly
Jurnal Veteriner dan Biomedis Vol. 1 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jvetbiomed.1.1.45-50.

Abstract

Srikaya (Annona squamosa) secara tradisional sudah lama digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Potensi senyawa-senyawa dalam srikaya sebagai antikanker membuat daun dan biji srikaya sering digunakan sebagai obyek penelitian. Tulisan ini memuat beberapa hasil penelitian daun dan biji srikaya sebagai antikanker baik secara in vitro maupun in vivo. Penelusuran kepustakaan menggunakan peramban Google Scholar, Scopus, PubMed, ScienceDirect, dan SpringerLink. Srikaya memiliki senyawa yang berpotensi seperti diterpene, alkaloid, acetogenin, siklopeptida, flavonoid, tannin, dan saponin sebagai kandidat antikanker. Daun dan biji srikaya terbukti memiliki aktivitas antikanker Studi lebih lanjut tentang mekanisme aktivitas antikanker terhadap setiap senyawa yang berperan sebagai antikanker sangat penting dilakukan agar dapat dijadikan sebagai rerefensi yang utuh dalam penerapan ilmu farmasi, biomedis ataupun pertanian.
Sitotoksisitas Ekstrak Cabe Merah Keriting (Capsicum annum) Terhadap Hela Cell Lines Amaq Fadholly
Jurnal Veteriner dan Biomedis Vol. 2 No. 1 (2024): Maret
Publisher : Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jvetbiomed.2.1.56-60.

Abstract

Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya fungsi kontrol sel terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostatis sel pada organisme multiseluler. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek sitotoksik dan nilai IC50 dari esktrak Capsium annuum pada cell line HeLa sebagai salah satu sel uji untuk kanker serviks. Uji aktivitas sitotoksik ekstrak Capsicum annuum dilakukan dengan memberikan 5 seri konsentrasi bahan uji yaitu 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, dan 400 μg/ml pada HeLa cell lines yang kemudian diinkubasikan selama 24 jam. Penghitungan sel dilakukan setelah pemberian MTT dan SDS stopper. Persentase inhibisi yang dihasilkan dari masing-masing konsentrasi sampel uji secara berturut-turut adalah 17,98%, 23,88%, 32,64%, dan 45,62%. Ekstrak Capsicum annuum mempunyai nilai IC50 sebesar 1,098 μg/mL. Berdasarkan data dari National Cancer Institute nilai IC50 dari Capsicum annuum terhadap HeLa cell lines termasuk dalam kategori sitotoksisitas lemah. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak Capsicum annuum tidak bersifat sitotoksik terhadap HeLa cell lines.
Uji sitotoksik ekstrak cabai merah keriting (Capsicum annuum) pada sel WiDr secara in vitro Fadholly, Amaq; Sudjarwo, Sri Agus; Rantam, Fedik Abdul; Mustika, Aulia Andi; Andriyanto, Andriyanto; Pristihadi, Diah Nugrahani; Sutardi, Lina Noviyanti
Current Biomedicine Vol. 1 No. 2 (2023): July
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/currbiomed.1.2.70-75

Abstract

Latar belakang: Kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Salah satu alternatif metode untuk mengobati kanker adalah dengan obat herbal yang mempunyai khasiat sebagai antikanker. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis efek sitotoksik esktrak Capsium annuum pada sel WiDr. Metode: Kemampuan sitotoksik ekstrak Capsium annuum diuji secara in vitro pada sel WiDr menggunakan metode MTT tetrazolium reduction assay. Hasil: Hasil uji MTT menunjukkan bahwa ekstrak Capsicum annuum menghambat proliferasi sel WiDr seiring dengan peningkatan konsentrasi (400, 800, dan 1600 ppm), dengan persentase penghambatan sel tertinggi diperoleh pada konsentrasi 800 ppm dari setiap kelompok terapi 24, 48, dan 72 jam. Nilai inhibitory concentration 50 (IC50) terendah dihasilkan oleh kelompok waktu terapi 48 jam, yaitu 651,18 ppm. Simpulan: Nilai IC50 ekstrak Capsicum annuum untuk sel WiDr memiliki nilai yang tinggi yang menunjukkan belum efektif sebagai obat antikanker. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mendapatkan dosis terbaik agar dapat menghambat pertumbuhan sel WiDr secara maksimal.
Efficacy of Shallots Infusion (Allium Cepa L.) as an Antidiarrhea in Mice (Mus Musculus) Purohita, Adwisto Saktika; Aulia Andi Mustika; Lina Noviyanti Sutardi; Fadholly, Amaq
Veterinary Biomedical and Clinical Journal Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.VetBioClinJ.2022.004.02.2

Abstract

Shallots have been used for generations as traditional medicine, one of which is used in the treatment of diarrhea. This study determined the antidiarrheal activity of the shallot bulbs using intestinal protection and intestinal transit methods, and to determine the effective concentration that gives the best antidiarrheal effect in mice. This study used thirty mice and divided into six groups. The negative control group was given Tween 80 (1%), positive control group was given Loperamide HCl, and four various concentrations of shallot infusion treatment groups (1.25%, 2.5%, 5%, and 10 %). The treatment was given by the oral route. The parameters used in the intestinal protection method were frequency of defecation and feces consistency, while in intestinal transit method the parameters used were the percentage ratio of the marker trajectories compared to the overall length of the intestine. The results showed that the 1.25% concentration of shallot infusion indicated the best antidiarrheal activity and had a smaller ratio or stronger inhibition to intestinal peristaltic compared to all other concentrations, 2.5%, 5%, dan 10%. We concluded that shallot bulbs infusion with a concentration of 1.25% has the most effective anti-diarrheal effect. This research can be continued by measurement of other diarrheal parameters such as stool weight, as well as start and stop time of diarrhea to further clarify the anti-diarrheal potential of shallot bulb infusion.
Sitotoksisitas Infusa Daun Srikaya (Annona squamosa) Terhadap HeLa Cell Lines Fadholly, Amaq
Jurnal Veteriner dan Biomedis Vol. 2 No. 2 (2024): September
Publisher : Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jvetbiomed.2.2.106-111.

Abstract

Tanaman srikaya merupakan tanaman obat penting yang digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit. Berbagai bagian dari tanaman srikaya memiliki berbagai efek terapeutik, termasuk daunnya sebagai antikanker secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai IC50 infusa dari daun srikaya terhadap HeLa cell line. Uji MTT digunakan dengan memberikan lima konsentrasi, yaitu 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, dan 400 μg/ml terhadap HeLa cell lines yang diinkubasi selama 24 jam. Hasil persentase penghambatan pertumbuhan HeLa cell lines menggunakan infusa daun srikaya masing-masing sebesar 12,12%, 23,77%, 32,61% dan 44,92% dengan nilai IC50 sebesar 1,256 μg/mL. Kesimpulan dari penelitian ini adalah infusa daun Annona squamosa tidak bersifat toksik terhadap HeLa cell lines. Penggunaan infusa daun Annona squamosa perlu dikembangkan lebih lanjut dengan bentuk yang berbeda dan diberikan pada sel yang berbeda agar dapat mengetahui potensi sediaan ini dengan lebih spesifik.
Single supplementation of goat colostrum, probiotics, and prebiotics for diarrhea management in cats Dwi Budiono; Heryudianto Vibowo; Henny Endah Anggraeni; Anisa Rahma; Tekad Urip Pambudi Sujarnoko; Amaq Fadholly; Pradnya Calista; Hendri Zonathan; Kukuh Amru Dhiya Rahmat; Ivan Taufiq Nugraha
ARSHI Veterinary Letters Vol. 8 No. 3 (2024): ARSHI Veterinary Letters - August 2024
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.8.3.61-62

Abstract

Diarrhoea in cats is a change in the condition of faeces from paste to liquid consistency caused by several factors, such as food changes and bacterial, viral, and parasitic infections. Handling diarrhoea in cats is performed immediately so that the symptoms subside. One effective prevention and control effort is the provision of colostrum-based supplements, probiotics and prebiotics. In a case of diarrhoea at the Depok Pet Center clinic, two cats aged 1.5 years (Ayu) and 5 years (Gentong) were given colostrum-based supplements, probiotics, and prebiotics. The initial symptoms of the Ayu cat were diarrhoea and liquid faeces, while the Gentong cat had decreased appetite, weakness, and paste-shaped faeces. Supplementation was carried out for two days. On day three, the condition of the faeces of both cats were solid and shaped, but some parts of the faeces were still mushy. On day six, the condition of the faeces of both cats was good, marked by being shaped and solid.
Pengamatan Gejala Klinis Penggunaan Pilokarpin dan Atropin pada Mencit Fadholly, Amaq
Jurnal Veteriner dan Biomedis Vol. 3 No. 1 (2025): Maret
Publisher : Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jvetbiomed.3.1.64-68.

Abstract

Abstrak
Effectivity and Safety of Endo-1,4 -xylanase (Xylanase), Endo-1,3(4) beta-glucanase (Beta-glucanase), Endo-1,4 beta-glucanase (Cellulase), and α Amylase as A Growth Promoter in Broiler Chickens Aurellia, Sharon; Fadholly, Amaq
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 13 No. 1 (2025): Maret 2025
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.13.1.37-43

Abstract

This study evaluates the effectivity and safety of Endo-1,4 -xylanase (Xylanase), Endo-1,3(4) beta-glucanase (Beta-glucanase), Endo-1,4 beta-glucanase (Cellulase), and α Amylase that packed in Ronozyme-AX ct (MGHSPHYT+) as an alternative to antibiotic growth promoter. A total of 64 chickens were used, divided into four groups, with each group divided into two replicates, 8 chickens per replicate. The groups were divided into treatment group, and groups administered with the different dosage of supplementation, namely 184, 230, and 276 gram/ton feed for 28 days, consecutively. Parameters such as weekly weight gain, final weight, feed conversion ratio (FCR), and carcass weight were observed to determine growth performance. Meanwhile, parameters such as mortality, blood hematology and biochemistry were observed to determine the safety of the supplementation. Based on the results, there was a significant difference on weekly weight gain, particularly in the second week, and in the final weight, with the group administered with 184 gram/ton feed showing the highest result. Meanwhile, other parameters such as FCR and carcass weight did not show any significant difference. This may be due to the enzymes not working directly to increase feed utilization but work with improving nutrient digestibility and utilization in the body. The safety parameters showed that the supplementation was relatively safe as no significant difference was observed in mortality, blood constituents and biochemistry.
The Effect of Endo-1,4-β-xylanase as a Feed Additive on the Growth and Overall Health of Broiler Chickens Fadholly, Amaq; Aurellia, Sharon
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 13 No. 1 (2025): Maret 2025
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.13.1.16-21

Abstract

Enzyme has been used widely as a feed additive to complement poultry needs of nutrition. Endo-1,4 beta-xylanase as its main component, which is effective in digesting non-starch polysaccharides (NSPs), hence improving the digestive system. This research aims to observe the efficacy of Endo-1,4-β-xylanase as a growth promotor and its safety. A total of 96 chickens were used in this research, divided into four groups. Administration depending on each group was conducted for 28 days, consecutively. Growth parameters that were observed includes body weight gain and feed conversion ratio, meanwhile for safety assessment, the parameters used were mortality rate, and blood profile. Based on the results, the enzyme was proven to enhance growth performance through the increased body weight gain and final weight. This is due to the enzyme’s mechanism which improves nutrient utilization. Based on the safety assessment, Endo-1,4-β-xylanase was also proven to be safe, not causing any inflammation responses in the body nor organ damage based on the blood assessment.
Perbandingan Tingkat Kematian Daphnia magna yang Dipapar Aspirin, Parasetamol, dan Kombinasinya pada Berbagai Dosis Sajidah, Halilah Wafa’; Pristihadi, Diah Nugrahani; Fadholly, Amaq; Firdaus, Munira Laeli; Saragih, Mariah Mada Rahma Nauli; Hanum, Nur Aisah; Iryanto, Anetonia Felicia; Putri, Imelya Andira; Putri, Ramadita Aisyah
Jurnal Veteriner dan Biomedis Vol. 3 No. 2 (2025): September
Publisher : Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jvetbiomed.3.2.%p.

Abstract

Aspirin memiliki efek analgesik, tetapi sifat asamnya dapat merusak saluran cerna, sehingga aspirin dikombinasikan dengan parasetamol untuk meningkatkan efek analgesik sekaligus menurunkan dosis. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi toksik dan nilai lethal concentration 50 (LC50) setelah paparan 24 jam kombinasi aspirin-parasetamol dibanding kedua obat tunggalnya pada Daphnia magna. Uji menggunakan media air hijau dengan 11 konsentrasi bertingkat sampai 1.800 ppm. Parameter yang diamati meliputi jumlah individu immobile, jumlah kematian, pH air, dan kadar oksigen terlarut pasca paparan. Angka kematian diuji Probit untuk mendapatkan nilai LC50 dan dilanjutkan dengan ANOVA serta Uji Tukey untuk membandingkan potensi toksisitas antar kelompok. Parameter lingkungan dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa aspirin, parasetamol, dan kombinasinya dapat menyebabkan imobilisasi dan kematian pada Daphnia magna. Aspirin dan kombinasi aspirin-parasetamol menurunkan pH air hingga di bawah ambang toleransi Daphnia, tetapi tidak mempengaruhi kadar oksigen terlarut pada media air hijau. Aspirin memiliki LC50 sebesar 164,79 ppm dan secara signifikan lebih toksik dibandingkan parasetamol (LC50 = 657,34 ppm; p < 0,05). Kombinasi aspirin-parasetamol menghasilkan LC50 sebesar 403,94 ppm yang tidak berbeda nyata dibandingkan keduanya. Berdasarkan hasil ini, paparan sediaan aspirin, parasetamol, dan kombinasi aspirin-parasetamol secara akut dikategorikan sebagai sediaan praktis tidak toksik pada Daphnia magna.