Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Literatur Review : Analisis Pemantauan Ketersediaan dan Distribusi Beras dalam Upaya Ketahanan Pangan Maharani, Azmi; Puspasari, Erna
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 10 (2024): Karimah Tauhid (On Proses)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i10.15563

Abstract

Ketersediaan dan distribusi beras merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mekanisme ketersediaan dan distribusi beras dalam rangka mencapai stabilitas pangan. Metodologi penelitian menggunakan kajian literatur dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, dan dokumen kebijakan terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemantauan ketersediaan pangan dilakukan melalui neraca pangan yang menghitung selisih antara ketersediaan dan kebutuhan pangan untuk mengetahui surplus atau defisit pangan di suatu wilayah. Distribusi beras yang efektif dan efisien diperlukan untuk memastikan pasokan pangan yang merata dan terjangkau. Gangguan dalam distribusi dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga beras yang berdampak pada akses pangan masyarakat. Studi ini menyoroti pentingnya perbaikan mekanisme distribusi untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan, termasuk penerapan teknologi informasi dalam sistem distribusi dan peningkatan koordinasi antar lembaga terkait.
Kajian Pustaka : Penggunaan Ikan Kembung sebagai Upaya Peningkatan Kadar Protein Produk Rohmah, Salma Amiatri; Hapsari, Distya Riski; Puspasari, Erna
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 10 (2024): Karimah Tauhid (On Proses)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i10.15566

Abstract

Sebagai sumber zat gizi yang dibutuhkan dan merupakan bahan pangan berprotein tinggi dengan lemak jenuh yang sedikit dibanding dengan protein hewani lainnya, ikan merupakan bahan penting dalam pengolahan makanan. Ikan kembung memiliki kandungan gizi yang cukup besar, yaitu dalam 100 g daging ikan kembung terdapat 21,30 g protein, dan 3,40 g lemak. Pemanfaatan ikan kembung dalam produksi pangan sangat luas karena memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan nilai gizi produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein dalam produk yang mengandung ikan kembung berdasarkan perbedaan jumlah yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi pustaka dengan menggunakan artikel ilmiah yang relevan dengan permasalahan. Menurut hasil penelitian, produk yang mengandung ikan kembung  berpotensi meningkatkan kandungan proteinnya seiring dengan meningkatnya persentase ikan kembung yang ditambahkan. Jumlah ikan kembung yang ideal untuk dimanfaatkan adalah antara 10 hingga 80%, menurut pengujian organoleptik.
Pengawasan Mutu Serta Mempelajari Proses Produksi Susu Pasteurized Liquid Milk Indomilk di PT. Indolakto Jakarta Nafalira, Elsa; Puspasari, Erna
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 10 (2024): Karimah Tauhid (On Proses)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i10.15580

Abstract

Susu pasteurized liquid milk (PLM) merupakan produk susu yang diperoleh dari hasil pemanasan susu pada suhu minimum 72°C selama 15 detik yang sudah melewati serangkaian tahapan untuk diproses dan dikemas sehingga aman untuk dikonsumsi secara langsung. Pengawasan mutu pada produk susu PLM yang diproduksi suatu perusahaan penting dilakukan untuk memastikan produk akhir yang dihasilkan terjamin, sesuai dengan standar, dan memenuhi syarat keamanan pangan. Kajian ini bertujuan untuk mempelajari pengawasan mutu dan proses produksi susu pasteurized liquid milk di PT. Indolakto Jakarta. Metode pada kajian ini berupa kerja nyata, pengamatan dengan melihat langsung aktivitas di lapangan, wawancara dan pencatatan, analisis data dan diskusi, serta telaah pustaka. Hasil kajian menunjukkan bahwa produk akhir (finish product) pada susu pasteurized liquid milk kemasan tetrapack 250 mL dan 900 mL yang diujikan telah memenuhi standar. Sehingga produk susu pasteurized liquid milk (PLM) yang dihasilkan memiliki kualitas baik dan aman untuk dikonsumsi.  
Sistem Sanitasi pada Proses Pembuatan Tempe di PT. X Rahmawati, Ade Siti; Kusumaningrum, Intan; Puspasari, Erna
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 10 (2024): Karimah Tauhid (On Proses)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i10.15642

Abstract

Tempe adalah pangan fungsional yang dihasilkan melalui proses fermentasi oleh kapang Rhizophus Sp. Proses produksi pangan yang baik memerlukan standar sanitasi yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mempelajari sistem sanitasi pada proses produksi tempe di PT. X. Hal-hal yang diamati dari PT. X meliputi sanitasi ruangan, sanitasi alat, sanitasi pekerja, sanitasi produksi, sanitasi lingkungan, dan penanganan limbah, semuanya sudah dilaksanakan dengan baik di dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sanitasi di PT. X sudah memiliki Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang baik di masing-masing bagian dan telah diterapkan dengan cukup baik oleh seluruh karyawan.
Identifikasi Titik Kritis Kehalalan Bahan Nabati Dan Produk Turunan Bahan Nabati Jumiono, Aji; Mardiah, Mardiah; Amalia, Lia; Puspasari, Erna
Jurnal Ilmiah Pangan Halal Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah Pangan Halal
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jiph.v5i1.9998

Abstract

Materials derived from plants (vegetable) are basically halal because there is no shari'a argument which specifically mentions the prohibition of the types of materials derived from plants, but if they have been processed using additives or processing aids that are not halal then the status of the product may become non-halal. . This paper uses a review of literature from various main references in the criteria for halal certification and knowledge of materials and processing of plant-based products. Identification of critical points for vegetable ingredients can be analyzed using a decision tree for identifying critical points for halal vegetable ingredients. Products derived from vegetable materials can be contaminated with unclean/unclean materials if there are additional ingredients and processing. The various processed plant food products in this article are complemented by the results of a study identifying their critical points starting from dried plant materials, wheat flour to starch and its derivatives. Vegetable ingredients are doubtful and their halal status needs to be criticized if they have undergone processing and the use of additional ingredients.
Identifikasi Titik Kritis Kehalalan Produk Mikrobiologi Jumiono, Aji; Mardiah, Mardiah; Amalia, Lia; Puspasari, Erna
Jurnal Ilmiah Pangan Halal Vol. 6 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Pangan Halal
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jiph.v6i1.10633

Abstract

Pengembangan industri mikrobiologi telah memunculkan kebutuhan mendesak untuk memahami konsep kehalalan produk mikrobiologi. Status kehalalan produk mikrobiologi dapat ditinjau dari setiap tahapan proses pembuatannya yang dikenal dengan Titik Kritis Halal (TKH).  Terdapat 6 TKH dalam proses produksi produk mikrobiologi yang harus dijaga agar tidak terkontaminasi bahan haram dan najis, yaitu : diawali dari kultur mikroba (TKH 1), dilanjutkan dengan proses penyegaran (refreshing) (TKH 2), kemudian tahap pengembangan inokulum (TKH 3) yang dilanjutkan dengan produksi produk dalam bioreaktor (TKH 4).  Setelah itu dilakukan pemanenan produk dan dilanjutkan dengan tahap produk dimurnikan (TKH 5).  Pada tahap akhir produksi dilakukan stabilisasi dan dikemas hingga menjadi produk akhir yang siap dipasarkan (TKH 6). Tujuan kajian ini adalah untuk mengeksplorasi kehalalan produk mikrobiologi berdasarkan fatwa MUI yang memberikan fatwa halal pada produk yang disertifikasi halal di Indonesia. Status kehalalan produk mikrobiologi mengacu pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Sebagai rujukan pemberian fatwa, MUI telah menerbitkan  Fatwa Nomor 1 Tahun 2012  tentang Penggunaan Mikroba dan Produk Mikrobiologi.  Melalui  identifikasi titik kritis halal pada proses produksi produk mikrobiologi maka status kehalalan produk mikrobiologi dapat ditelusuri agar memenuhi kriteria produk halal sesuai Fatwa MUI.
Karakteristik Kimia dan Sensori Minuman Susu Kopi Liberika (Coffea Liberica) Hapsari, Distya Riski; Puspasari, Erna; Fachriani, Felia
Jurnal Ilmiah Pangan Halal Vol. 6 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Pangan Halal
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jiph.v6i1.10753

Abstract

Salah satu nutrisi penting bagi manusia adalah susu, cairan putih yang berasal dari mamalia. Susu dengan kopi liberika adalah variasi minuman. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menyelidiki dampak penambahan kopi liberika terhadap kualitas kimia, sensori, dan hedonik, serta untuk menentukan minuman tertentu. Untuk penelitian ini, Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor digunakan, dengan empat tahap perlakuan. Rasio susu segar dan ekstrak kopi liberika adalah 100:0; 99:1; 98:2; 97:3; dan 97.3%. Analisis produk mencakup pemeriksaan tingkat protein, kalsium, dan aktivitas antioksidan. Sifat sensori minuman tertentu diperiksa, termasuk mutu sensori dan hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kopi yang lebih tinggi meningkatkan protein, kalsium, dan aktivitas antioksidan.. Dengan menambahkan 3% konsentrasi kopi liberika dan memiliki kualitas protein 5,42%, kalsium 75,15 mg, dan aktivitas antioksidan 19,12%, produk yang paling disukai panelis memiliki warna coklat susu muda (6,55); aroma ke arah tercium aroma kopi (6,50); dan rasa ke arah rasa kopi (7,14). Produk ini juga memiliki penilaian hedonik ke arah suka pada semua parameter, termasuk aroma, warna, rasa, dan overall.  
Karakteristik Ekstrak Gulma Suruhan (Peperomia Pellucida L. Kunth) dan Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var. Amarum) sebagai Minuman Fungsional Febriyanti, Siti; Puspasari, Erna; Rifqi, Muhammad; Jumiono, Aji
Jurnal Ilmiah Pangan Halal Vol. 6 No. 2 (2024): Jurnal Ilmiah Pangan Halal
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jiph.v6i2.13398

Abstract

Minuman fungsional adalah salah satu jenis pangan fungsional yang dapat dikonsumsi dan memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Salah satu manfaatnya adalah untuk kesehatan. Tanaman yang memiliki manfaat untuk kesehatan yaitu gulma suruhan dan jahe emprit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbandingan ekstrak gulma suruhan dan jahe emprit terhadap minuman fungsional. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan tiga taraf perlakuan yaitu A1 (60% : 40%), A2 (70% : 30%), A3 (80% : 20%) dengan dua kali pengulangan. Untuk analisa data yang digunakan adalah ANOVA dengan uji lanjut Duncan (α=0,05). Hasil percobaan menunjukkan bahwa produk terpilih adalah formulasi A3 dengan perbandingan 80% ekstrak gulma suruhan dan 20% jahe emprit yang kemudian akan dianalisis flavonoid dan tanin. Hasil analisis kimia produk terpilih menunjukkan kadar air 89,26%, kadar total gula 11,17%, pH 5,10 dan antioksidan IC50 145 ppm dalam kategori sedang. Hasil pengujian senyawa antioksidannflavonoid 12,77mg/100g dan tanin 0,0145%.
Karakteristik Kimia Nori Analog Berbasis Genjer (Limnocharis flava) dan Albedo Semangka (Citrullus lanatus) Lestari, Tiara Amanda; Iznilillah, Wilna; Khadijah, Neng Siti; Nurlaela, Raden Siti; Puspasari, Erna
Jurnal Pertanian Vol. 15 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jp.v15i2.14028

Abstract

Commercial nori is made from the main ingredient of Porphyra seaweed which is not found in Indonesia, so most nori is an imported product. Nori analogues were created as an alternative to commercial nori. This research aims to make nori analogues made from watermelon genjer and albedo that have chemical properties close to commercial nori. This study used a One-Factor Complete Randomized Design, namely the nori formulation with 7 levels of treatment and two repeats. The nori formulation was obtained using the Expert Design 13 Mixture D-Optimal method with minimum and maximum limit factors given at watermelon albedo concentrations (50%-80%) and genjer (20%-50%). The resulting analog nori was tasted of chemistry characteristic. Data analysis in this study used the Expert 13 Design program and the SPSS program with statistical tests, namely the fingerprint test (ANOVA) and Duncan's follow-up test at a 95% confidence interval. The selected analogue nori formulation in the Expert 13 Design program based on chemical test results is nori made from 70% watermelon albedo: 30% genjer: 0.9% carrageenan: 1.5% flavoring: 0.2% citric acid. This analogue nori contains 5.2% moisture content, 5.6% ash content, and 22.9% crude fiber content.
Penentuan Umur Simpan Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Asin dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Puspasari, Erna; Nurlaela, Raden Siti; Hapsari, Distya Rizki; Rohmah, Salma Amiatri; Aprialdi, Muhammad Agung
Jurnal Ilmiah Pangan Halal Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah Pangan Halal
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jiph.v7i1.17240

Abstract

ABSTRACT Mackerel is a highly nutritious fish with significant economic value and is widely consumed in large quantities. Compared to other animal-based meats, fish is particularly perishable due to its high water content, ranging from 60% to 70%. This study aims to determine the shelf life of salted mackerel, estimate its shelf life, and asses changes in quality parameters. Salted mackerel was stored in polypropylene plastic packaging for four weeks at three different temperatures, namely room temperature (20-22°C), 30°C, and 40°C. Weekly tests were conducted to analyze moisture content, total plate count, sensory properties (color, the characteristic salted fish aroma, rancid aroma, and texture), and hedonic attributes (color, aroma, and texture). During storage, the quality of salted mackerel exhibited variation, with sensory and hedonic characteristics declining over time. In contrast,   moisture content and the total plate count showed an increasing trend. Among the sensory quality parameters, the characteristic aroma of salted mackerel emerged as a critical parameter. The shelf life of salted mackerel under varying storage temperatures was determined based on the lowest activation energy value, with a shelf life of 105 days at room temperature (20–22°C), 91 days at 30°C, and 84 days at 40°C. Keywords: ASLT, mackerel, salted fish, shelf life   ABSTRAK Ikan kembung merupakan ikan yang sangat bergizi yang memiliki nilai ekonomi yang signifikan dan dikonsumsi dalam jumlah banyak. Dibandingkan dengan daging hewan lainnya, bahan baku yang sangat mudah rusak adalah ikan karena mengandung persentase air yang tinggi antara 60-70%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur simpan ikan kembung asin, memperkirakan umur simpannya, dan memeriksa perubahan kriteria mutu. Menggunakan kemasan plastik polypropylene, ikan kembung asin disimpan selama empat minggu pada tiga suhu berbeda, yaitu suhu kamar (20-22°C), 30°C, dan 40°C.  Setiap minggu tes dilakukan pada kadar air, jumlah piring total, sensorik (warna, aroma khas ikan asin, aroma, dan tekstur), dan hedonik (warna, aroma, dan tekstur). Selama penyimpanan, kualitas ikan kembung asin bervariasi sementara karakteristik sensori dan hedonik menurun dengan penyimpanan, ukuran kualitas kadar air meningkat dan Total Plate Count meningkat. Parameter kualitas sensori dari aroma ikan kembung asin yang khas menjadikannya parameter penting dalam ikan kembung asin. Umur simpan ikan kembung asin pada suhu penyimpanan yang berbeda dapat dipastikan dari nilai energi aktivasi terendah, yaitu 105 hari pada suhu kamar (20–22°C), 91 hari pada suhu 30°C, dan 84 hari pada 40°C.