Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVIS KERJA KARYAWAN PADA SINGARAJA HOTEL Sururin, Ana; Heryanda, Komang Krisna; Atidira, Rahutama
Prospek: Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/pjmb.v2i1.26185

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kepuasan kerja dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada Singaraja Hotel. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner dan wawancara. Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kepuasan kerja dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada Singaraja Hotel, (2) kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada Singaraja, dan (3) motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada Singaraja Hotel.Kata kunci : kepuasan kerja, motivasi kerja, produktivitas kerja
PETA PERINGKAT AKREDITASI PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SEBUAH KAJIAN AWAL Sururin, S
At-Taqaddum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Quality Assurance Institute (LPM) State Islamic University Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.16 KB) | DOI: 10.21580/at.v9i1.1783

Abstract

Akreditasi adalah kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan Program Studi dan Perguruan Tinggi. Sampai saat ini peringkat akreditasi prodi PTKIS mayoritas C (1039 prodi), sebagian B (383 prodi) dan hanya  13 prodi yang memperoleh akreditasi A. Peringkat akreditasi program studi pada PTKIN lebih baik di bandingkan dengan PTKIS, akan tetapi  jauh di bawah PTN. Data dari BAN PT per 6 Agustus 2016 menunjukkan 169 prodi terakreditasi A,  718 prodi memproleh nilai B, dan masih  terdapat 299  nilai akreditasinya C.Sampai saat ini baru 3 institusi yang kerakreditasi A, sebagian besar institusi (28 PTKIN) terakreditasi  B, dan terdapat 19  institusi terakreditasi C.  Dari seluruh jumlah PTKIN, 5 diantaranya belum diakreditasi. Kondisi tersebut lebih baik, dari pada PTKIS.  Belum ada satu pun institusi PTKIS yang terakrediatsi A, baru 7 perguruan tinggi yang mendapatkan nilai B, dan mayoritas,  140 PTKIS  mendapatkan peringkat akreditasi C. Menurut data Diktis, terdapat 627 institusi, dan  147 yang terakrediatsi. Berarti terdapat 480 institusi yang belum mengajukan akreditasi. Meurut peraturan yang ada, tahun 2019 seluruh institusi harus sudah terakreditasi agar bisa beroperasi.Akreditasi eksternal yang dilakukan oleh BAN PT merupakan cerminan dari mutu pendidikan tinggi. Masih rendahnya akrediatsi program studi dan institusi, khsuusnya  PTKIS, dibutuhkan kemauan politik serta kebijakan yang memihak untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Perlu strategi khusus untuk mengatasinya. Dua hal yang harus dikuatkan adalah SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) dan data PD DIKTI (Pangkalan Data Pendidikan Dikti), oleh karena ke depan akreditasi berbasis pada SPMI dan PD DIKTI.
ISLAM DAN KESUSASTRAAN JAWA Sururin; Muslim, Moh.
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.203 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.49

Abstract

This article is presented to study Javanese literary opuses. Javanese literature reached its peak during the Mataram Kingdom, significantly around 1688 to 1744. There are various literary opuses that emerged at the time, including those containing Islamic teachings, one of them tells that the teaching about mysticism was more dominant than any other fields. Stories about of manunggaling kawulo gusti (Javanese culture has its own characteristics). Islamic titles, for example, are carried by rulers, Islamic symbols are attached to their companions, and Islamic attributes are embroidered in their emperor?s clothes. However, such symbols do not seem to change their life and views point. Consequently, it is not so surprising if the term of Javanese Islam or Islam Kejawen appears. Artikel ini disajikan untuk mempelajari karya sastra Jawa. Sastra Jawa mencapai puncaknya selama Kerajaan Mataram, secara signifikan sekitar tahun 1688 hingga 1744. Ada berbagai karya sastra yang muncul pada saat itu, termasuk yang mengandung ajaran Islam, salah satunya mengatakan bahwa ajaran tentang mistisisme lebih dominan daripada bidang lainnya. Cerita tentang manunggaling kawulo gusti (budaya Jawa memiliki karakteristik tersendiri). Judul-judul Islam, misalnya, dibawa oleh para penguasa, simbol-simbol Islam melekat pada teman-teman mereka, dan atribut-atribut Islam disulam dalam pakaian kaisar mereka. Namun, simbol semacam itu tampaknya tidak mengubah cara hidup dan sudut pandang mereka. Konsekuensinya, tidak mengherankan jika istilah Jawa Islam atau Islam Kejawen muncul.
Book Review: Islam in Java: Normative piety and mysticism in the Sultanate of Yogyakarta Sururin Sururin
Al Maktabah Vol 9, No 1 (2007)
Publisher : Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/almaktabah.v9i1.1619

Abstract

Islam Jawa unik, bukan karena ia mempertahankan aspek-aspek budaya dan agama pra Islam, akan tetapi karena konsep-konsep sufi mengenai kewalian, jalan mistik dan kesempurnaan manusia diterapkan dan diformulasikan dalam suatu kultus keraton (imperial cult). Pada gilirannya, agama negara itu merupakan suatu model konsepsi Jawa tradisonal mengenai aturan-aturan sosial, ritual, dan bahkan aspek·aspek kehidupan sosial seperti bentuk·bentuk kepribadian, hati dan penyakit. Kelebihan yang terlihat dari Islam Jawa adalah kecepatan yang mencolok dan kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu-Budha yang paling maju (sophisticated). 
Family Engagement in Nurturing Students’ Resilience During Remote Learning in COVID-19 Pandemic Sururin Sururin; M. C. Mahmuda; Moh. Muslim
TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society TARBIYA: JOURNAL OF EDUCATION IN MUSLIM SOCIETY | VOL. 7 NO. 2 2020
Publisher : Faculty of Educational Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/tjems.v7i2.20582

Abstract

AbstractThis research aims (1) to explore the family's role in remote learning practice and (2) to find out what family can do to nurture students' resilience during the COVID-19 pandemic. This study employed qualitative descriptive methodology with a case study approach to obtain and analyse data narratively. The findings of this study are: (1) Family become the observer of students’ resilience and personality development, their observation will determine teachers’ approach in teaching and educating resilience virtue. Their role as facilitator in home learning shows their support and passion to engage with their children’s learning process. (2) Direct assistance during video conferencing is part of collaboration between school and family to participate in resilience-building, but only few parents did so due to diversed backgrounds. AbstrakPenelitian ini bertujuan (1) untuk mengeksplorasi peran keluarga dalam praktik pembelajaran jarak jauh dan (2) untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan keluarga untuk memelihara ketahanan siswa selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk memperoleh dan menganalisis data secara naratif. Temuan penelitian ini adalah: (1) Keluarga menjadi pengamat ketahanan dan perkembangan kepribadian siswa, observasi mereka akan menentukan pendekatan guru dalam mengajar dan mendidik ketahanan kebajikan. Peran mereka sebagai fasilitator dalam pembelajaran di rumah menunjukkan dukungan dan semangat mereka untuk terlibat dengan proses pembelajaran anak-anak mereka. (2) Bantuan langsung selama konferensi video merupakan bagian dari kerjasama antara sekolah dan keluarga untuk berpartisipasi dalam pembangunan ketahanan, tetapi hanya sedikit orang tua yang melakukannya karena latar belakang yang berbeda.. How to Cite:  Sururin,  Mahmuda, M.C., Muslim, M. (2020).  Family Engagement in Nurturing Students’ Resilience During Remote Learning in COVID-19 Pandemic. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 7(2), 204-216. doi:10.15408/tjems.v7i2.20582.
PETA PERINGKAT AKREDITASI PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM Sebuah Kajian Awal S Sururin
At-Taqaddum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Quality Assurance Institute (LPM) State Islamic University Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/at.v9i1.1783

Abstract

Akreditasi adalah kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan Program Studi dan Perguruan Tinggi. Sampai saat ini peringkat akreditasi prodi PTKIS mayoritas C (1039 prodi), sebagian B (383 prodi) dan hanya  13 prodi yang memperoleh akreditasi A. Peringkat akreditasi program studi pada PTKIN lebih baik di bandingkan dengan PTKIS, akan tetapi  jauh di bawah PTN. Data dari BAN PT per 6 Agustus 2016 menunjukkan 169 prodi terakreditasi A,  718 prodi memproleh nilai B, dan masih  terdapat 299  nilai akreditasinya C.Sampai saat ini baru 3 institusi yang kerakreditasi A, sebagian besar institusi (28 PTKIN) terakreditasi  B, dan terdapat 19  institusi terakreditasi C.  Dari seluruh jumlah PTKIN, 5 diantaranya belum diakreditasi. Kondisi tersebut lebih baik, dari pada PTKIS.  Belum ada satu pun institusi PTKIS yang terakrediatsi A, baru 7 perguruan tinggi yang mendapatkan nilai B, dan mayoritas,  140 PTKIS  mendapatkan peringkat akreditasi C. Menurut data Diktis, terdapat 627 institusi, dan  147 yang terakrediatsi. Berarti terdapat 480 institusi yang belum mengajukan akreditasi. Meurut peraturan yang ada, tahun 2019 seluruh institusi harus sudah terakreditasi agar bisa beroperasi.Akreditasi eksternal yang dilakukan oleh BAN PT merupakan cerminan dari mutu pendidikan tinggi. Masih rendahnya akrediatsi program studi dan institusi, khsuusnya  PTKIS, dibutuhkan kemauan politik serta kebijakan yang memihak untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Perlu strategi khusus untuk mengatasinya. Dua hal yang harus dikuatkan adalah SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) dan data PD DIKTI (Pangkalan Data Pendidikan Dikti), oleh karena ke depan akreditasi berbasis pada SPMI dan PD DIKTI.
Conceptualizing Integration of Islamic Education and Education in General at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sururin Sururin; Mundzir Suparta; Didin Nuruddin Hidayat; Syahirul Alim; Dhuha Hadiyansyah; Arif Zamhari
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) Vol. 9 No. 1 (2021): July 2021
Publisher : UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1459.245 KB) | DOI: 10.15642/jpai.2021.9.1.17-38

Abstract

UIN Jakarta, with its distinct characteristics, focuses on integrating Islamic and general education as a unity. This research focuses on the oldest faculty: The Faculty of Educational Sciences (FITK, hereafter). This study aims to a) explore the concept of integration of Islamic and general education at FITK, and b) find out the extent to which lecturers at FITK understand the concept of integration. The approach used in this research was phenomenology. It employed the qualitative method to describe the concept of integration of Islamic and general education and reveal the extent of lecturers' understanding of scientific integration. The results showed that at the conceptual level, the paradigm of reintegration of Islamic and general education is an integration of Islamic knowledge and values, which is two-way: from secular sciences to Islamic values and from conventional Islamic religious materials to secular sciences. The study also found that scientific integration has long been present in the FITK academic environment. However, the concept of scientific integration itself does not appear to be a uniformity which causes many different interpretations from each study program, even from lecturers in the FITK environment. In addition, the concept of scientific integration has not been fully understood by each leader in the academic community of UIN Jakarta, mainly due to the lack of socialization and no appointment for specific institutions responsible for managing this integration process.
Perempuan dalam Lintasan Sejarah Tasawuf Sururin Sururin
Ulumuna Vol 14 No 2 (2010): Desember
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/ujis.v14i2.219

Abstract

A widely presumption holds that Sufism is a male domain. The claim may be not totally misleading since many references that exist up to the present support this assumption. A great number of stories and scholarly works are dominated and authored by male sufis. Almost none of female sufi left a crucial legacy in the field, except the stories of female sufi piety narrated by male sufi scholars. However, this study challenges this assumption, contending that female sufis have played roles since the beginning of Islam up to the medieval periods. The study attempts to describe such roles. It also sheds light on their role in sufi organization (tarekat) up to the present time in Indonesia. The discussion starts by elucidating female sufi figures throghout the history of sufism in Islam and then the discussion of female sufis in Indonesia follows.
Islam dan Kesusastraan Jawa : Telaah Kepustakaan Jawa Pada Masa Mataram Sururin; Moh. Muslim
Jurnal Bimas Islam Vol. 11 No. 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.49

Abstract

This article is presented to study Javanese literary opuses. Javanese literature reached its peak during the Mataram Kingdom, significantly around 1688 to 1744. There are various literary opuses that emerged at the time, including those containing Islamic teachings, one of them tells that the teaching about mysticism was more dominant than any other fields. Stories about of manunggaling kawulo gusti (Javanese culture has its own characteristics). Islamic titles, for example, are carried by rulers, Islamic symbols are attached to their companions, and Islamic attributes are embroidered in their emperor’s clothes. However, such symbols do not seem to change their life and views point. Consequently, it is not so surprising if the term of Javanese Islam or Islam Kejawen appears. Artikel ini disajikan untuk mempelajari karya sastra Jawa. Sastra Jawa mencapai puncaknya selama Kerajaan Mataram, secara signifikan sekitar tahun 1688 hingga 1744. Ada berbagai karya sastra yang muncul pada saat itu, termasuk yang mengandung ajaran Islam, salah satunya mengatakan bahwa ajaran tentang mistisisme lebih dominan daripada bidang lainnya. Cerita tentang manunggaling kawulo gusti (budaya Jawa memiliki karakteristik tersendiri). Judul-judul Islam, misalnya, dibawa oleh para penguasa, simbol-simbol Islam melekat pada teman-teman mereka, dan atribut-atribut Islam disulam dalam pakaian kaisar mereka. Namun, simbol semacam itu tampaknya tidak mengubah cara hidup dan sudut pandang mereka. Konsekuensinya, tidak mengherankan jika istilah Jawa Islam atau Islam Kejawen muncul.
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI PERGURUAN TINGGI Moh. Muslim; Sururin Sururin
ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis Vol 21 No 2 (2018): JURNAL ESENSI
Publisher : Lembaga Riset dan Pengabdian Masyarakat Institut Bisnis Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1355.714 KB) | DOI: 10.55886/esensi.v21i2.11

Abstract

Total Quality Management merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota. Penerapan TQM sangat berkaitan erat dengan kualitas. Dengan demikian TQM memberikan landasan bagi manajemen mutu dan merupakan suatu alternatif dalam menjamin kepuasan pelanggan. Sistem penjaminan mutu merupakan sarana untuk mendorong terwujudnya lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi. Kebijakan yang ditetapkan agar lulusan perguruan tinggi terjamin mutunya adalah dengan menetapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada masing-masing perguruan tinggi. SPMI dipandang sebagai salah satu solusi untuk menjawab berbagai permasalahan pendidikan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu SPMI dimaksudkan untuk mengawasi penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi itu sendiri secara berkelanjutan.