Simarmata, Tioara Monika
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hybrid Code Mixing Dalam Lirik Lagu “Please Sahali Nai” Saragih, Cristien Oktaviani; Purba, Asriaty r; Saragih, Risdo; Pandiangan, Johannes; Simarmata, Tioara Monika
Jurnal Pendidikan Bahasa Vol. 13 No. 2 (2024): Jurnal Pendidikan Bahasa
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/bahasa.v13i2.8527

Abstract

Penelitian ini membahas fenomena hybrid kode-mix dalam lirik lagu Batak Toba”Please Sahali Nai” dengan menggunakan teori sosiolingusitik. Hybrid kode mixing adalah penggabungan unsur-unsur bahasa yang berbeda dalam satu wacana, yang sering mencerminkan perubahan sosial, budaya, dan identitas penutur. Lirik lagu yang digunakan terdapat Bahasa Toba dan Bahasa Inggris. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan dengan menganalisis isi untuk mengidentifikasi dan mengetahui jenis campur kode. Faktor yang melatarbelakanginya serta makna yang terdapat dalam lirik lagu “Please Sahali Nai pe Ito”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kode-mix dalam lagu ini berfungsi untuk memperkuat ekspresi emosional, menjembatani nilai-nilai tradisional dengan pengaruh modern, serta menarik perhatian audiens yang lebih luas, terutama generasi muda. Temuan ini memperlihatkan bahwa campur kode dalam lirik lagu tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi artistik, tetapi juga sebagai alat untuk menjembatani nilai tradisional dan pengaruh global, memperkuat identitas budaya, serta mencerminkan sikap bilingualisme dan multikulturalisme masyarakat Batak.
Naskah Turi-Turian Sampuraga: Kajian Filologis Simarmata, Tioara Monika; Simatupang, Nori Marta; Siregar, Eka Silviana; Harefa, Evelina; Herlina, Herlina
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.28897

Abstract

Penelitian ini mengkaji Naskah Cerita Turi-Turian Sampuraga melalui pendekatan filologis untuk mengungkap isi, bentuk, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Turi-turian merupakan bentuk sastra tradisional Batak Mandailing yang biasanya dituturkan secara lisan dan kemudian dituliskan dalam aksara Batak. Naskah Sampuraga mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya, yang akhirnya mendapat hukuman dari Tuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan suntingan teks yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah melalui proses transliterasi, transkripsi, penyuntingan teks, dan terjemahan. Metode yang digunakan adalah metode filologi standar, dengan pendekatan kritik teks untuk merekonstruksi teks yang paling mendekati aslinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Turi-Turian Sampuraga tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan moral dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal. Penelitian ini memperlihatkan pentingnya pelestarian naskah-naskah daerah sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Chomsky's Theory of Generative Transformative Grammar and Its Application in the Grammatical Sciences of the Batak Simalungun Language Simarmata, Tioara Monika; Silaban, Immanuel; Simamora, Yustina Jindi Lusmiran; Sianipar, Trynanda; Pasaribu, Jefri Harniko
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 5 (2025): September 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i5.917

Abstract

Dalam penelitian ini tradisi Padashon Demban yang juga dikenal sebagai tradisi menyampaikan sirih kepada orang Batak Simalungun dibahas. Tradisi ini merupakan salah satu warisan budaya yang masih hidup hingga hari ini. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi makna simbolik fungsi sosial dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam praktik penyampaian sirih sebagai bagian dari tata kehidupan masyarakat Simalungun. Studi ini menggunakan metodologi kualitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi wawancara dengan tokoh adat dan anggota masyarakat dan penelitian literatur tentang berbagai sumber tertulis tentang tradisi dan budaya Simalungun. Studi menunjukkan bahwa Padashon Demban memiliki berbagai bentuk penyajian termasuk Batu ni Demban, Demban Tugah-Tugah, Demban Tasakan, dan Demban Gunringan. Setiap bentuk memiliki tujuan dan arti unik. Tradisi ini mengandung nilai-nilai sosial etika estetika dan spiritual yang menekankan betapa pentingnya penghormatan kesopanan keseimbangan dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat. Sirih adalah simbol niat baik penghargaan dan cara untuk mempererat hubungan sosial dan menyelesaikan masalah dengan damai. Tradisi Padashon Demban menunjukkan nilai-nilai budaya dan moral yang kuat dari masyarakat Batak Simalungun. Sangat penting untuk melestarikan tradisi ini agar generasi berikutnya dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang membentuk keharmonisan sosial dan identitas budaya bangsa. Kata kunci: Padashon Demban, masyarakat Simalungun, kearifan lokal, budaya.
The Padashon Demban Tradition of 'Delivering Betel' in the Batak Simalungun Community: A Study of Local Wisdom Purba, Roma Hotni Uhur; Simarmata, Tioara Monika; Silaban, Ridho Wahyu Cristian; Hutagalung, Andreas Alessandro; Sibarani, Tomson
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 5 (2025): September 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i5.918

Abstract

This study examines the Padashon Demban tradition, also known as the tradition of giving betel to the Batak Simalungun people. This tradition is a cultural heritage that still lives on today. This study aims to identify the symbolic meaning, social function, and cultural values contained in the practice of giving betel as part of the Simalungun community’s way of life. This study employed a qualitative methodology and a descriptive approach. Data were collected through observation, interviews with traditional leaders and community members, and through literature research on various written sources on Simalungun traditions and culture. The study shows that Padashon Demban has various presentation forms, including Batu ni Demban, Demban Tugah-Tugah, Demban Tasakan, and Demban Gunringan. Each form has a unique purpose and meaning. This tradition embodies social, ethical, aesthetic, and spiritual values that emphasize the importance of respect, politeness, balance, and togetherness in community life. Betel is a symbol of goodwill, appreciation, and a way to strengthen social relationships and resolve problems peacefully. The Padashon Demban tradition demonstrates the strong cultural and moral values of the Batak Simalungun people. It is crucial to preserve this tradition so that future generations can recognize and practice the noble values that shape social harmony and the nation’s cultural identity.
Makna Mangulosi dalam Pernikahan Batak Toba: Kajian Wacana Kritis Sinulingga, Jekmen; Simarmata, Tioara Monika; Tampubolon, Juwita Paramita
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis terhadap tradisi mangulosi dalam pernikahan Batak Toba menyoroti ketaatan beragama dan sikap masyarakat Batak Toba terhadap tradisi tersebut. Bagi mereka, mangulosi bukan sekedar wali upacara, tapi juga bagian penting dari identitas keagamaan mereka. Tradisi ini disajikan secara ringan dan dipahami sebagai ungkapan cinta dan pengabdian. Selain itu, mangulosi juga menghilangkan nilai-nilai seperti kesetiaan, kerjasama tim, dan kepentingan diri sendiri dalam hubungan interpersonal dan komunitas. Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini antara lain pentingnya pemahaman tradisi mangulosi, dampak pelaksanaan ritual terhadap hubungan keluarga, dan nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam ritual yang dimaksud. Dalam analisis ini, kami juga menggunakan teknik berpikir kritis untuk menyelidiki aspek signifikansi keagamaan, perspektif partisipasi, dinamika keluarga, dan perubahan sosial terkait kepercayaan tradisional dalam pernikahan Batak Toba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mangulosi merupakan tradisi yang dilestarikan dengan baik dari nenek moyang. Ini merupakan bagian penting dalam persiapan pernikahan Batak Toba di Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir. Tradisi ini dilakukan setelah upacara pemakaman orang yang meninggal. Sebelum memasuki tahap mangulosi, acara diawali dengan penandatanganan kedua utusan dari masing-masing kedua pihak atau dengan menggunakan hukum kuno yang dikenal dengan Raja Parhata. Penyambutan ini dilakukan dengan menggunakan bahasa Batak Toba yang berisi ucapan salam dari keluarga pria dan ucapan terima kasih dari kelompok wanita kepada keluarga pria karena dianggap mempunyai rasa kesetiaan dan persahabatan yang kuat. Setelah itu, ada “jambar” (upacara inisiasi daging dimana anggota keluarga pria diperkenalkan kepada wanita. Setelah itu, ritual ini dilakukan dengan mangulosi, yaitu yang lebih tua memberikan yang lebih muda sebagai tanda hormat dan tetua memberikan sisanya kepada kedua tetua.
Makna Ulos Saput dalam Upacara Kematian Adat Batak Toba di Kecamatan Palipi : Kajian Semiotika Sinulingga, Jekmen; Simarmata, Tioara Monika; Tampubolon, Juwita Paramita
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan identitas suku Batak Ulos Toba, yang menggunakan ulos dalam semua upacara adat mereka. Studi ini berfokus pada Ulos Saput, yang digunakan dalam upacara kematian di wilayah Palipi, dan meminta generasi milenial untuk memperhatikan budaya mereka. Penelitian semiotika menggunakan data langsung dari lapangan. Penulis menggunakan pendekatan Charles Sanders Pierce untuk menganalisis makna semiotika Ulos Saput. Seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian, jalan-jalan tidak lepas dari kehidupan suku Batak Toba di Kecamatan Palipi. Dalam upacara kematian Batak Toba, ulos saput digunakan untuk menutupi jenazah hingga liang kubur. Di wilayah Palipi, Ulos Saput mengandung nilai-nilai keberkahan, kasih sayang, rasa hormat, iman, dan harapan. Ulos Saput juga merupakan nilai-nilai luhur dan tradisi yang dihormati dan dihormati oleh masyarakat Batak Toba dan merupakan penanda identitas budaya yang membedakan mereka dari suku lain di Indonesia.
Kesopansantunan dalam Pergaulan Batak Toba Suatu Perspektif Etika Sosial : Kajian Normatif Sitompul, Yulia Saftania; Saragih, Dinda Apriani; Sianipar, Trynanda; Simarmata, Tioara Monika; Pasaribu, Jefri Harniko; Saragih, Risdo; Tampubolon, Flansius
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini secara mendalam menganalisis konsep kesopanan dan santunan dalam konteks pergaulan masyarakat Batak Toba melalui pendekatan normatif. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai, norma, dan etika yang menjadi landasan perilaku sopan santun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Selain itu, penelitian ini juga akan mengidentifikasi bagaimana nilai-nilai tersebut diwariskan secara turun-temurun dan diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan keagamaan. Melalui studi literatur, penelitian ini akan mengungkap makna yang lebih luas dari kesopanan dan santunan dalam konteks masyarakat Batak Toba. Konsep kesopanan tidak hanya sebatas perilaku lahiriah, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai batin seperti hormat, rendah hati, dan gotong royong. Penelitian ini juga akan menganalisis bagaimana nilai-nilai kesopanan dan santunan berinteraksi dengan dinamika sosial yang terus berubah, termasuk pengaruh globalisasi dan modernisasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam beberapa hal. Pertama, penelitian ini akan memperkaya pemahaman kita tentang kekayaan budaya Batak Toba, khususnya dalam dimensi etika dan moral. Kedua, penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang tertarik pada kajian budaya dan antropologi. Ketiga, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan refleksi bagi masyarakat Batak Toba dalam menjaga kelestarian nilai-nilai luhur budaya di tengah perubahan zaman. Terakhir, penelitian ini juga dapat memberikan inspirasi bagi pengembangan pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai lokal.