Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP ANEMIA DAN PENCEGAHANNYA PADA KOMUNITAS LANJUT USIA Ernawati, Ernawati; Santoso, Alexander Halim; Kurniawan, Joshua; Satyanegara, William Gilbert; Goh, Daniel; Syarifah, Andhini Ghina; Gaofman, Brian Albert; Satyo, Timothy
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.20840

Abstract

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah menjadi penyumbang kejadian anemia terbesar, terutama memengaruhi populasi yang tinggal di pedesaan, di rumah tangga yang lebih miskin dan yang tidak mendapatkan pendidikan formal. Penelitian memperkirakan bahwa, pada orang berusia di atas 65 tahun, prevalensi anemia adalah 12% pada mereka yang tinggal di masyarakat, 40% pada mereka yang dirawat di rumah sakit, dan setinggi 47% pada lansia di panti jompo, dan lebih tinggi lagi pada lansia dengan diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penyebab anemia pada lansia dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu defisiensi gizi, anemia penyakit kronis dan anemia yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Anemia pada lansia sangat penting karena mempunyai sejumlah konsekuensi serius. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap anemia dan pencegahannya dalam (Pengabdian Kesehatan Masyarakat) PKM ini dilakukan melalui penyuluhan dan skrining atau deteksi dini penyakit pada kelompok lanjut usia. Pada PKM ini digunakan tahapan kegiatan (Plan-Do-Check-Action) PDCA sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan efisien. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Panti Lanjut Usia Santa Anna melibatkan 50 responden kelompok lanjut usia dengan rerata usia 75,92 (±11,14) tahun, dan 46% responden didapatkan memiliki anemia. Anemia pada lansia dapat dicegah dengan pemberian nutrisi yang cukup, intervensi yang sederhana dan tidak mahal. Terlaksananya program ini diharapkan terdapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap anemia dan pencegahannya pada lansia, sehingga kedepannya terjadi peningkatan kualitas hidup komunitas lansia dan mengurangi beban ekonomi akibat biaya perawatan akibat anemia.
Kegiatan Edukasi Kesehatan Dan Skrining Komposisi Tubuh Dengan Bioelectrical Impedance Analysis Dalam Upaya Pencegahan Obesitas Pada Usia Produktif Santoso, Alexander Halim; Destra, Edwin; Edbert, Bruce; Gaofman, Brian Albert
Journal of Community Service and Society Empowerment Том 3 № 02 (2025): Journal of Community Service and Society Empowerment
Publisher : PT. Riset Press International

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59653/jcsse.v3i02.1775

Abstract

Obesity during productive age significantly increases the risk of various metabolic complications, including diabetes, hypertension, and cardiovascular diseases. Body composition assessment, particularly through Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), plays a crucial role in early detection and provides accurate measurement of fat and muscle distribution. BIA enables the identification of body fat percentage and muscle mass, which are key indicators in evaluating health risks and planning appropriate lifestyle interventions. This community health activity employed the Plan–Do–Check–Act (PDCA) approach, focusing on health education and body composition screening using BIA for early obesity detection. A total of 40 participants of productive age groups were involved in this initiative. The average body fat percentage was 26.88%, and the average muscle mass was 25.44%, reflecting a notable risk of obesity in this population.  Health education combined with BIA-based screening has proven effective in raising awareness and promoting early identification of obesity-related risks. Through BIA, participants gained a better understanding of their body composition, which motivated positive lifestyle changes. Regular monitoring of body composition is recommended to help reduce obesity prevalence among productive age groups and to enhance community health and quality of life.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat - Deteksi Dini Penyakit Metabolik Melalui Penapisan Gula Darah, Asam Urat Dan Komposisi Tubuh Pada Populasi Dewasa Santoso, Alexander Halim; Kurniawan, Joshua; Gaofman, Brian Albert; Lumintang, Valentino Gilbert; Jaya, I Made Satya Pramana; Rayhan, Naufal
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 4 No. 4 (2024): Journal Of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jh.v4i4.1301

Abstract

The human body consists of four components at the molecular level: water, fat, protein and minerals. As we age, there can be an increase in fat mass and a decrease in muscle mass. A high proportion of body fat has a greater risk of cardiovascular disease, obesity, type 2 diabetes, several types of cancer, and premature death. Diabetes mellitus is a chronic disease characterised by increased blood sugar levels due to impaired insulin metabolism. Uncontrolled type 2 diabetes mellitus can result in significant complications such as cardiovascular disease, diabetic nephropathy (kidneys), diabetic retinopathy (eyes), neuropathy (nerves), and impaired wound healing. Hyperuricemia is an increase in uric acid levels above normal values. Hyperuricemia can increase the risk of cardiovascular disease, metabolic syndrome, and kidney stones. We conducted this early detection activity at Kalam Kudus Middle School, where the average age of the participants was 39 years. Based on the examination results, the average results for blood sugar levels, uric acid, total body fat, total body subcutaneous fat, visceral fat, and total body muscle mass were each 90 mg/dL; 4.9 mg/dL; 33.5%; 27.4%; 9%; and 24.8%. Through this activity, participants can understand the risk factors for metabolic diseases such as diabetes, hyperuremia and obesity, especially their impact on health status problems. We expect this activity to significantly improve the health and quality of life of participants.
SKRINING FITOKIMIA DAN KAPASITAS TOTAL ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN WALANG SANGIT (ERYNGIUM FOETIDUM) Gaofman, Brian Albert; Hendrawan, Siufui; Ferdinal, Frans
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 1 (2024): MARET 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i1.25026

Abstract

Secara geografis Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki keanekaragaman hayati, yang sudah lama digunakan sebagai tanaman herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit secara turun-temurun. Salah satunya daun walang sangit yang berasal dari Meksiko, Karibia, dan Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia di yakini dapat mencegah penyakit saluran pencernaan namun belum banyak penelitian tentang tumbuhan tersebut. Tanaman ini dipercaya memiliki senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan untuk mengatasi kondisi stres oksidatif sebagai dasar timbulnya penyakit. Serta memiliki kandungan senyawa kimia non-nutrien (fitokimia). Antioksidan dibutuhkan oleh tubuh untuk meredam radikal bebas yang ada di dalam maupun di luar tubuh akibat paparan lingkungan yang semakin memburuk terutama di Jakarta. Maka dari itu perlu diseimbangi dengan antioksidan eksogen. Salah satunya pada daun walang sangit. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kapasitas antioksidan dan kadar fenolik tumbuhan tersebut. Penelitian eksperimental ini bersifat in vitro mencakup uji fitokimia dan uji kapasitas antioksidan. Daun walang sangit dikeringkan dan diekstraksi dengan metode perkolasi menggunakan pelarut metanol. UV-Vis alat yang digunakan untuk mendapatkan data, selanjutnya diolah menggunakan Graphpad Prism v.7.0 La Jolla, California, USA. Ekstraksi daun walang sangit ditemukan kandungan fitokimia kecuali antosianin dan alkaloid dengan reagen Mayer. IC50 didapatkan pada metode DPPH, ABTS, dan FRAP sebesar  68,752 µg/mL, 25,557 µg/mL, dan 23,364 µg/mL dengan pembanding vitamin-C untuk DPPH, serta trolox untuk ABTS dan FRAP. Kadar fenolik total ekstrak daun walang sangit sebesar 966 µg/mL. Maka daun walang sangit dapat berfungsi sebagai antioksidan eksogen sedang, dibandingkan pembandingnya tetapi bersifat anti mitotik sehingga dapat dijadikan agen anti kanker.
Gambaran Kadar Hemoglobin dan Hematokrit pada Wanita Usia Produktif Hidayat, Fadil; Yogie, Giovanno Sebastian; Firmansyah, Yohanes; Santoso, Alexander Halim; Kurniawan, Joshua; Amimah, Ranindita Maulya Ismah; Gaofman, Brian Albert; Syachputri, Rifi Nathaznya
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11398

Abstract

ABSTRACT Anemia is one of the common public health problems that cannot be underestimated. This could occur especially in children, pregnant and postnatal women, as well as female adolescents or women in menstruation. If untreated, anemia will cause bad effects on the patient, including premature delivery, low birth weight, affecting productivity and performance in work, and also could lead to organ failures or even death. To find out the haemoglobin and haematocrit profile in women of productive age. This is a descriptive study with a cross-sectional design. Data was obtained in July 2023 from Cipondoh Ward. Samples are obtained using a non-random purposive sampling method, including women of productive age that met the criteria. Data was obtained through interviews and blood examination. Qualitative data is presented in proportion (%), and quantitative data is presented in centralized data distribution. This study included 71 women of reproductive age, with the most respondents in the age group 51-64 years (59.2%). The mean haemoglobin level was 12.10 (±1.48) g/dL, with normal haemoglobin levels in 54.9% of respondents, mild anemia in 36.6% of respondents, and moderate anemia in 8.5% of respondents. The study also found an average haematocrit level of 35.70 (±4.35) % from all respondents.Anemia could occur in women of productive age in various age groups. It is important to evaluate haemoglobin and haematocrit levels in women of productive age. further research is needed to assess the parameters to find out the type of anemia, and also to explore and analyze the factors that could cause anemia. Keywords: Age, Anemia, Female  ABSTRAK Anemia merupakan salah satu dari masalah kesehatan masyarakat yang tidak dapat dianggap remeh. Hal ini dapat terjadi terutama pada anak-anak, wanita hamil dan pasca melahirkan, serta remaja putri dan wanita yang sedang menstruasi. Apabila dibiarkan, anemia akan berdampak buruk pada penderitanya, seperti kelahiran premature dan berat badan lahir rendah, gangguan produktivitas dan performa dalam pekerjaan, juga dapat terjadi kegagalan organ hingga kematian. Mengetahui gambaran kadar hemoglobin dan hematokrit pada wanita usia produktif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Data yang diperoleh pada bulan Juli 2023 di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh. Sampel pada penelitian diperoleh dengan metode non-random purposive sampling, meliputi wanita usia produktif yang memenuhi kriteria. Data diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan darah. Data disajikan dalam proporsi (%) untuk data kualitatif serta sebaran data terpusat untuk data kuantitatif. Penelitian ini mengikutsertakan 71 wanita usia produktif, dengan responden terbanyak pada kelompok usia 51-64 tahun (59,2%). Didapatkan rerata kadar hemoglobin 12,10 (±1,48) g/dL, dengan kadar hemoglobin normal pada 54.9% responden, anemia ringan pada 36,6% responden, dan anemia sedang pada 8,5% responden. Didapatkan juga rerata kadar hematokrit 35,70 (±4,35) dari seluruh responden. Anemia dapat terjadi pada perempuan usia produktif di berbagai kelompok usia. Penting untuk mengevaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit pada wanita usia produktif. Disarankan penelitian selanjutnya untuk menilai parameter lainnya seperti untuk mengetahui jenis anemia dan menelusuri serta menganalisis faktor-faktor penyebab anemia. Kata Kunci: Anemia, Perempuan, Usia
Hubungan Kadar Insulin Puasa dengan Tekanan Darah Pada Kelompok Lanjut Usia: Studi Potong Lintang di Panti Santa Anna Kosasih, Robert; Frisca, Frisca; Santoso, Alexander Halim; Firmansyah, Yohanes; Satyanegara, William Gilbert; Nathaniel, Fernando; Kurniawan, Joshua; Averina, Friliesa; Goh, Daniel; Sitorus, Ribkha Anggeline Hariesti; Gaofman, Brian Albert
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13127

Abstract

ABSTRACT Hypertension is one of the most common causes of death in the world. Insulin is a hormone that has been studied for a long time, and hyperinsulinemia is a condition where the body requires large amounts of insulin to achieve normal sugar levels. It was found that hypertensive patients with metabolic syndrome disorders have higher insulin levels with or without obesity which makes it considered as a risk factor. Finding the correlation between fasting insulin and blood pressure in nuring home. Cross-sectional study research on the correlation of fasting insulin levels with blood pressure in the elderly group at Santa Anna Nursing house. Respondents who meet the inclusion criteria will follow a series of data collection according to applicable physical and laboratory examination standards. Statistical analysis using spearman correlation analysis. There were 30 respondents who met the inclusion criteria with an average age of 73 (56 - 88) years, systolic blood pressure (SBP) 120 (105-150) mmHg, diastolic blood pressure (DBP) 70 (55-80) mmHg, and fasting insulin levels 9.45 (5.4-29.5) μIU / ml. the results of the analysis did not find a significant correlation between fasting insulin levels and blood pressure (p-value = 0.590 and 0.898). In this study, it was found that the higher the fasting insulin level, the lower the systolic blood pressure (r-systolic = -0.102). Fasting insulin is one of the tests that can be carried out as an early detection of metabolic disease, especially as a prevention of hypertension. Keywords: Fasting Insulin, Elderly, Blood Presure  ABSTRAK Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tersering di dunia. Insulin merupakan hormon yang telah dipelajari sejak lama, dan hiperinsulinemia merupakan suatu kondisi dimana tubuh membutuhkan jumlah insulin yang banyak untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Ditemukan bahwa pada penderita hipertensi dengan gangguan sindroma metabolik memiliki kadar insulin yang lebih tinggi baik itu dengan atau tanpa obesitas yang membuatnya dipertimbangkan sebagai faktor risiko. Meneliti bagaimana korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah di panti lansia. Penelitian studi potong lintang mengenai korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah pada kelompok lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi akan mengikuti rangkaian pengambilan data sesuai standar pemeriksaan fisik dan labotorium yang berlaku. Analisis statistik menggunakan analisis korelasi spearman.  Terdapat 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 73 (56 – 88) tahun, tekanan darah sistolik (TDS) 120 (105-150) mmHg, tekanan darah diastolik (TDD) 70 (55-80) mmHg, dan kadar insulin puasa 9,45(5,4-29,5)μIU/ml. hasil analisis tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan tekanan darah (p-value= 0,590 dan 0,898). Pada penelitian ini didapatkan semakin tinggi kadar insulin puasa maka akan semakin rendah tekanan darah sistolik (r-sistolik=-0,102). Insulin puasa merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan sebagai deteksi dini penyakit metabolik, khususnya sebagai pencegahan terhadap hipertensi.   Kata Kunci: Insulin Puasa, Lansia, Tekanan Darah
Correlation of Hemoglobin, Uric Acid, and Anthropometric as Predictor Parameters in Subcutaneous Fat Deposition Sari, Triyana; Sidharta, Erik; Santoso, Alexander Halim; Teguh, Stanislas Kotska Marvel Mayello; Gaofman, Brian Albert; Edbert, Bruce
JURNAL RISET RUMPUN ILMU KEDOKTERAN Vol. 4 No. 1 (2025): April : Jurnal Riset Rumpun Ilmu Kedokteran
Publisher : Pusat riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jurrike.v4i1.4890

Abstract

Subcutaneous fat deposition is a key factor influencing overall health, playing a significant role in metabolic regulation, energy balance, and the risk of chronic diseases such as obesity and cardiovascular conditions. Understanding and accurately predicting subcutaneous fat accumulation is critical for early intervention and effective management of these health risks. This study aims to analyze the correlation between hemoglobin levels, uric acid, and anthropometric parameters as predictors of subcutaneous fat deposition in elderly individuals. A cross-sectional study was conducted on 32 elderly participants at St. Asisi Church. Anthropometric measurements, including body weight, height, muscle composition, and circumferences, were assessed using OMRON Body Composition Monitor HBF-375, elastic tape and GEA Medical HT721. Biochemical tests for hemoglobin and uric acid levels were performed using Fora 6 Plus. Spearman correlation analysis was used to evaluate the relationship between these variables and subcutaneous fat deposition. Body weight, upper arm circumference, abdominal circumference, and calf circumference showed strong positive correlations with subcutaneous fat (r>0.9, p<0.001). Skeletal muscle percentage exhibited a negative correlation with fat accumulation. Hemoglobin and uric acid levels had weaker correlations, suggesting more complex metabolic interactions. Anthropometric parameters serve as strong predictors of subcutaneous fat deposition in elderly individuals, while hemoglobin and uric acid levels show limited predictive capability.
EDUKASI DAN PELAYANAN PENGUKURAN TINGGI BADAN GUNA DETEKSI AWAL STUNTING PADA BAYI DAN ANAK DI RW 08 KELURAHAN TOMANG JAKARTA BARAT Santoso, Alexander Halim; Gaofman, Brian Albert; Dwicahyani, Julia Rahma; Amimah, Ranindita Maulya Ismah
Jurnal Serina Abdimas Vol 1 No 1 (2023): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jsa.v1i1.23851

Abstract

Stunting, or linear growth delay, is a global health problem. The prevalence of stunting in West Jakarta is 6.3%, while in Grogol Petamburan District, it is reported at 6.6%. Anthropometry is a measurement method used to assess the size, proportions and composition of the human body. The results of anthropometric measurements can be used to assess the nutritional status and growth trends of infants and children. This service activity is aimed at knowing the stature status of babies and children in RW 08 so that preventive measures can be taken against stunting. Implementation Method. The activity was carried out on Thursday, October 27 2022 offline at Posyandu RW 08, and was attended by 33 infants and children. The score from filling out the pre-test questionnaire obtained a low score: 29% less, sufficient: 47% and good, 24%. The score for filling out the post-test questionnaire, less than 18%, 59%, and a good 23%. The measurement results showed that 81.8% had normal stature, but 9.1% had short to very short stature. Conclusions and recommendations. Providing stunting education has succeeded in increasing the knowledge level of mothers. The results of the measurements show that the stature of infants and children is normal, but further efforts need to be made in the form of education and periodic measurements to reduce the number of stunted infants and children in RW 08 Kelurahan Tomang, West Jakarta. Stunting, atau keterlambatan pertumbuhan linier, merupakan salah satu masalah kesehatan global. Prevalensi stunting di Jakarta Barat adalah 6,3%, sedangkan di Kecamatan Grogol Petamburan, dilaporkan 6,6%. Antropometri adalah metode pengukuran yang digunakan untuk menilai ukuran, proporsi dan komposisi tubuh manusia. Hasil pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menilai status gizi dan tren pertumbuhan bayi dan anak. Kegiatan pengabdian ini ditujukan untuk mengetahui status perawakan bayi dan anak di RW 08 sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan preventif terhadap stunting. Metode Pelaksanaan. Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2022 secara luring di Posyandu RW 08, dan diikuti oleh 33 orang bayi dan anak. Skor hasil pengisian kuesioner pre-test didapatkan skor kurang: 29% kurang, cukup: 47% dan baik, 24%. Skor hasil pengisian kuesioner post-test, kurang 18%, cukup 59%, Baik 23%. Hasil pengukuran didapatkan 81,8% berperawakan normal, namun ada 9,1% berperawakan pendek hingga sangat pendek. Kesimpulan dan Saran. Pemberian edukasi stunting berhasil meningkatkan tingkat pengetahuan para ibu. Hasil pengukuran menunjukkan perawakan bayi dan anak dalam status normal, namun perlu dilakukan upaya lanjutan berupa edukasi dan pengukuran secara berkala untuk menurunkan jumlah bayi dan anak yang stunting di RW 08 Kelurahan Tomang Jakarta Barat.
EDUKASI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) UNTUK KARANG TARUNA KELURAHAN DALUNG KOTA SERANG Limanan, David; Edbert, Bruce; Gaofman, Brian Albert; Maharani, Ismi Ikrima; Septiana, Devqa Nur
Jurnal Serina Abdimas Vol 1 No 4 (2023): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jsa.v1i4.28326

Abstract

First aid is a type of care that is given immediately to a person who is injured or suddenly becomes ill. The right first aid can make the difference between life and death, recovery time and disability. Accidents can happen anywhere and anytime, so everyone must be able to provide proper first aid according to the victim's condition, so everyone needs to be given training in first aid, especially for karang taruna. The purpose of this activity is to increase the knowledge of Dulang karang taruna about first aid and to be able to apply it in everyday life. The service activity begins with a coordination meeting with the community service implementation team, the results of the meeting determine that first aid education activities will be held on May 15, 2023, a pre-test and post-test were carried out with a questionnaire containing questions on the characteristics of the respondents and knowledge about first aid. The first aid educational outreach activities were attended by 39 youth cadres consisting of 3 men and 36 women, which took place according to plan and were well organized. The results of the pre-test average score were 63.59 and the post-test average score was 81.28, so there was an increase in the knowledge of participants who took part in educational activities by 21.77%. This activity can be carried out routinely so that participants are able to perform first aid and in the end the mortality and disability rates can be reduced. Pertolongan pertama adalah jenis perawatan yang diberikan secara segera pada orang yang mengalami cedera atau mendadak sakit. Pertolongan pertama yang diberikan secara tepat dapat memberikan perbedaan antara hidup dan mati, waktu pemulihan dan kecacatan. Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, sehingga setiap orang harus dapat memberikan pertolongan pertama yang tepat dan sesuai dengan keadaan korban, sehingga semua orang perlu diberikan pelatihan dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terlebih pada kader karang taruna yang merupakan penggerak suatu desa. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan kader karang taruna desa Dulang tentang pertolongan pertama pada kecelakaan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pengabdian dimulai dengan rapat koordinasi dengan tim pelaksana pengabdian, hasil rapat ditetapkan kegiatan edukasi P3K dilakukan pada tanggal 15 Mei 2023 serta sebelum dan sesudah edukasi dilakukan pretest dan post-test dengan kuesioner yang berisi pertanyaan karakteristik responden dan pengetahuan mengenai P3K. Kegiatan penyuluhan edukasi P3K diikuti oleh 39 kader karang taruna yang terdiri dari 3 laki-laki dan 36 perempuan dapat berlangsung sesuai rencana dan diselenggarakan dengan baik. Hasil nilai rata-rata prestest sebesar 63,59 dan nilai rata-rata posttest adalah 81,28, maka terjadi peningkatan pengetahuan peserta yang mengikuti kegiatan edukasi sebesar 21,77%. Kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin agar peserta mampu melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pada akhirnya angka kematian dan kecacatan dapat ditekan.
Extirpation of a Pedunculated Submucouse Leiomyoma: Case Report Pramana, Cipta; Gaofman, Brian Albert; Azizatusolekhah, Eka Aprilya; Yudhoyono, Parindra Wira
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 11, No 2 (2024)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.104275

Abstract

Background: Uterine leiomyomas are non-malignant neoplasms originating from endometrial tissue. They represent the most prevalent tumor seen in females of reproductive stages. Abnormal uterine bleeding is one of the most common symptoms of leiomyoma. There are several types of myoma, including pedunculated submucous uterine leiomyoma.Objective: To report the case of a pedunculated submucouse leiomyoma extirpation.Method: A 38-year-old woman with complaints of abnormal bleeding without pain. Physical examination showed good general condition. Anemic conjunctiva was found. A gynecological examination found a mass in the external uterine ostium as big as a big toe. Ultrasonography examination showed a mass in the vagina that was stalked towards the uterine cavity. The diagnosis was pedunculated submucous uterine leiomyoma. Leiomyoma extirpation therapy was performed.Results and Discussion: Leiomyomas of the uterus, even when large or numerous, may be asymptomatic. Common signs and symptoms include abnormal bleeding, urinary frequency due to  compression of the bladder, sudden pain from infarction of a large or pedunculated tumor, and impaired fertility. The management of pedunculated uterine leiomyoma if the tumor is small is sufficient to do extirpation but if the tumor is large with a thick stalk, laparotomy must be performed.Conclusion: Extirpation is a surgical intervention prefered therapy for prolapsed pedunculated submucous leiomyoma. It has been seen that small nascent myomas that protrude through the ostium uterine internum can be effectively removed just using extirpation.