Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Peranan K.H. Mustofa Kamil dalam Dakwah Pembaharuan Islam di Garut (1900-1945) Sugiarto, Deri; Nurcahya, Yan; Samsudin, Samsudin
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1 (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1.2414

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan deskripsi peran aktif ulama dalam dakwah pembaharuan Islam di Garut, yang difokuskan mengkaji salah satu sosok ulama yaitu K. H. Mustofa Kamil. Metode yang dilakukan adalah wawancara dan pengumpulan data sejarah tentang K. H. Mustofa Kamil, dari sumber-sumber yang ada di Garut. Hasil kajian memperlihatkan ketokohan K. H. Mustofa Kamil sebagai seorang ulama pembaharu yang jasa-jasanya dikenang dalam perjuangan dakwah pembaharuan Islam di Garut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan K. H. Mustofa Kamil dengan jenis penelitian adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode historis dibantu dengan studi dokumentasi, studi literatur, dan wawancara sebagai teknik penelitiannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa K. H Mustofa Kamil sangat berkontribusi dalam pembaharuan Islam di Garut. Beliau dikenal sebagai Kiai jerajak maksudnya adalah Kiai yang sering masuk penjara. dalam pembaharuan Islam di Garut tidaklah mulus, karena beliau harus masuk keluar penjara akibat gerakan yang beliau lakukan. Hasil dari gerakan yang dilakukan oleh K. H Mustofa Kamil yaitu banyak masyarakat yang insyaf dari berbagai hal yang dilarang oleh agama, mengajak masyarakat untuk membangun masjid yang nantinya dipakai untuk aktvitas keagamaan, dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya ilmu agama Islam, sehingga banyak orang yang memperdalam agama Islam dengan bimbingan beliau.
Kontribusi Mohammad Natsir dalam Perkembangan Islam di Indonesia Masa Orde Lama (1945 – 1965) Nurcahya, Yan; Sugiarto, Deri; Samsudin, Samsudin; Sudana, Djojo Sukardjo
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1 (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1.2422

Abstract

When tracing traces and history, what needs to be considered is not only physical relics, but also non-physical relics. Physical relics are all forms of relics, namely concrete, can be seen, experienced, felt, and documented, while non-physical relics are ideas, knowledge, meanings and symbols, and values ​​that are believed and embraced by defenders of a particular culture. Therefore, these things must be the orientation in everyday life. In the context of history, Mohammad Natsir shows physical relics, and also stores a wealth of non-physical relics. It is important to see both aspects at once. How Mohammad Natsir Contributed to the Old Period Government (1945-1965) Of course, this requires a comprehensive investigation. The method used by the author in this article is the historical research method. The historical method used in this article consists of four stages, namely heuristics, verification, interpretation and writing. A comprehensive search for Mohammad Natsir's Contribution not only measures and describes his role in the development of Islam in Indonesia, but also provides his movement and contribution during the Old Order Era (1945-1965). Keywords: Contribution, Old Order Era, Mohammad Natsir, Development of Islam   ABSTRAK Ketika menelusuri jejak dan sejarah, yang perlu diperhatikan bukan hanya peninggalan fisik, tetapi juga peninggalan nonfisik. Peninggalan fisik yaitu segala bentuk peninggalan, yaitu konkret, dapat dilihat, dialami, dirasakan, dan didokumentasikan, sedangkan peninggalan nonfisik adalah gagasan, pengetahuan, makna dan simbol, serta nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh para pembela budaya tertentu. Oleh karena itu, hal-hal tersebut harus menjadi orientasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks sejarah, Mohammad Natsir memperlihatkan peninggalan fisik, dan juga menyimpan kekayaan peninggalan nonfisik. Penting untuk melihat kedua aspek tersebut sekaligus. Bagaimana Kontribusi Mohammad Natsir pada Pemerintagan Periode Lama (1945-1965) Tentu saja, hal itu memerlukan penelusuran yang komprehensif. Metode  yang  digunakan  oleh  penulis  dalam  artikel  ini  adalah  metode  penelitian sejarah.  Metode  sejarah  yang  diguakan  dalam  artikel  ini  terdiri  dari  empat  tahapan yaitu  heuristik,  verifikasi,  interpretasi  dan  penulisan.H Penelusuran yang komprehensif terhadap Kontribusi Mohammad Natsir tidak hanya mengukur dan melukiskan dari perannya terhadap perkembangan Islam di Indonesia, tetapi juga memberi pergerakan dan kontribusinya pada Masa Orde Lama (1945-1965).
Dari Umayyah Sampai Utsmani: Lintasan Sejarah Kekhalifahan Pasca Ar Rasyidin Basor, Saepul; Sugiarto, Deri
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1 (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1.2463

Abstract

Since the end of the Ar-Rashidin Caliphate, the Muslim world has known at least three Caliphates namely the Umayyads, Abbasids and Ottomans. However, there was an empty period of the Caliphate since the collapse of the Abbasids in 1258 AD. The power in the Muslim world which was later re-recognized as the Caliphate was Ottoman. The Ottoman ascension to the position of the Caliphate took place in 1517 AD. The Ottoman Caliphate itself ended in 1924 AD. Since the end of the Ottomans, the institution of the Caliphate in the Muslim World has been empty until now. When the idea of the Caliphate re-echoed, the discussion of the history of the Caliphate became important again. The following article aims to describe the trajectory of the history of the Caliphate after the end of the Ar Rashidin Caliphate. This study uses historical methods. The results of this study are expected to provide useful historical information in an effort to better understand the reality of Muslim life, especially from its historical aspects, especially in the topic of the Caliphate.Keywords: Umayyad, Abbasid, Ottoman, caliphate, Muslim history  
Perkembangan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani Sugiarto, Deri; Darmilah, Diah; Asmilati, Asmilati
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1 (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1.2469

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejarah dan kemajuan Turki Usmani bagi Dunia Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur yaitu dengan mengumpulkan buku-buku atau tulisan yang relevan. Adapun langkah-langkahnya yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara historis pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz, yang bernama Ertugrul ia sebagai perintis kerajaan Turki Usmani yang meninggal pada 1289 M yang kemudian, kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya yaitu Utsman. Utsman bin Ertugrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Ada Sembilan fase yakni fase pertama dan kedua sebagai fase perintisan dan berdirinya kerajaan Turki Utsmani, fase tiga dan empat sebagai fase kejayaan, fase lima sampai 8 sebagai fase stagnisasi, kemunduruan dan pembubaran kerajaan Utsmani, sedangkan fase sembilan sebagai fase kekhalifahan Republik. Faktor yang mempengaruhi kejayaan dan kemajuan Turki Utsmani di antaranya ialah faktor politik, militer, ekonomi, paradigma penguasa/sultan, sosial politik. Sedangkan, wilayah kekuasaan Turki Utsmani wilayah dibelahan Asia, Afrika Utara hingga Eropa bagian Timur dapat ditaklukkan dan dipertahankan selama kurang lebih 6 abad. Masa kejayaan berada pada masa Sulaiman (King Sulaiman) dikenal oleh rakyatnya dengan sebutan mulia "al-Qanuni". Adapun bentuk kemajuan Utsmani ialah bidang kemiliteran dan pemerintahan, ilmu pengetahuan dan budaya, bidang arsetektur, bidang keagamaan dan bidang manejeman politik.  
Peranan Pasukan Sultan Agung dalam Penyebaran Islam di Garut Supendi, Usman; Sugiarto, Deri
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1b (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025 (TAMBAHAN)
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1b.2712

Abstract

Penelitian ini mengkaji peranan pasukan Sultan Agung dalam penyebaran Islam di wilayah Garut pada abad ke-17. Menggunakan metode historis-deskriptif, penelitian ini mendalami kontribusi strategis Sultan Agung melalui pendekatan militer, sosial, dan budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasukan Sultan Agung tidak hanya berfungsi sebagai pengaman wilayah, tetapi juga sebagai agen dakwah yang mempercepat proses Islamisasi. Dengan mendirikan masjid, pesantren, dan memperkenalkan nilai-nilai Islam melalui pendekatan budaya lokal, pasukan ini berhasil menciptakan sinkretisme unik antara tradisi Sunda dan ajaran Islam. Dampak kehadiran pasukan Sultan Agung tidak hanya dirasakan pada aspek religius, tetapi juga pada struktur sosial dan politik masyarakat Garut. Sistem pemerintahan lokal bertransformasi menjadi lebih Islami, menggantikan tradisi Hindu-Buddha sebelumnya. Infrastruktur keagamaan yang dibangun menjadi pusat pendidikan dan dakwah yang berkelanjutan, menciptakan komunitas Muslim yang kokoh. Penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika penyebaran Islam di pedalaman Jawa Barat, serta menggarisbawahi peran kekuatan politik dan militer dalam mendukung misi keagamaan. Hasilnya menegaskan bahwa penyebaran Islam di Garut merupakan bagian integral dari strategi besar Sultan Agung untuk menyebarluaskan ajaran Islam di Nusantara.
Social Dynamics in the Preservation of the Incung Script: A Sociological Study of the Role of the Jambi Community in Maintaining the Cultural Heritage of the Kerinci Tribe Oksa Putra, M. Zikril; Nurcahya, Yan; Kautsar Thariq Syah, Muhammad; Sugiarto, Deri; Hafiy Bin Abdul Rashid, Muhammad
TEMALI : Jurnal Pembangunan Sosial Vol. 8 No. 1 (2025): Temali: Jurnal Pembangunan Sosial
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jt.v8i1.33795

Abstract

This study aims to analyze the social dynamics in the preservation of the Incung script among the Kerinci community in Jambi Province amidst cultural changes and modernization, as well as explore the strategies employed by the community and local institutions to ensure its sustainability. The research method used is a qualitative approach with data collection techniques including in-depth interviews, participatory observation, and document analysis related to cultural preservation policies. The findings indicate that although customary communities and local educational institutions still teach the Incung script, the declining interest among the younger generation is attributed to the dominance of the Latin script and the development of digital technology. However, various preservation efforts have been implemented, such as teaching the Incung script in schools, creating digital fonts, and integrating it into batik art and local cultural products. This study contributes to the understanding of the preservation of traditional scripts in the context of modernization and provides insights for the development of more relevant cultural policies for younger generations.
Land Disputes in Places of Worship: A Conflict Study Nurcahya, Yan; Sugiarto, Deri; Maulana, Ilham; Putra, M. Zikril Oksa; Hambaliana, Dandie
Definisi: Jurnal Agama dan Sosial Humaniora Vol. 3 No. 1 (2024): Definisi: Jurnal Agama dan Sosial Humaniora
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1557/djash.v3i1.32313

Abstract

This study aims to investigate the land dispute involving the Nurul Ikhlas Mosque in Bandung, West Java, which is listed as a cultural heritage building, and its impact on the social and religious life of the surrounding community. This research uses a qualitative approach with data collection techniques including interviews with local residents, the Head of the Neighborhood Association (RW), the Head of the Mosque Management Board (DKM) of the Nurul Ikhlas Mosque, and field observations. Secondary data is also gathered from related documents, media reports, and relevant literature. The findings show that the land dispute is not only related to land rights but also has significant social impacts on the community, such as the loss of cultural and social identity due to the mosque's demolition. Furthermore, this study reveals the discrepancy between land law, which prioritizes legal and economic aspects, and the need to preserve cultural heritage buildings that hold social and religious value. This research contributes to a deeper understanding of land law application in the context of cultural preservation and religious identity and highlights the importance of a more holistic approach to resolving land disputes involving cultural heritage buildings. This study opens the discussion for more inclusive policies that consider social and cultural aspects in land dispute resolutions.
BERSUCI DI CITARUM; Makna dan Simbol Prabu Siliwangi dalam Kajian Folklor Syah, Muhammad Kautsar Thariq; Nurcahya, Yan; Suprianto, Sopian; Hambaliana, Dandie; Sugiarto, Deri
Nusantara Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/nusantara.v21i1.34893

Abstract

Folklor merupakan suatu disiplin, yang berdiri sendiri di Indonesia, yang belum lama dikembangkan. Folklore merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun. Untuk dapat membedakan dengan kebudayaan. Sejarah merupakan ilmu empiris. Konsekuensinya adalah setiap pernyataan sejarah harus didasarkan pada sumber (fakta) yang dapat diandalkan. Tidak ada sumber sejarah, tidak ada sumber sejarah maka tidak ada sejarah. Inilah yang membedakan sejarah dari dongeng. Bercerita merupakan produk imajinasi fiktif. Dalam dongeng, tidak ada klaim bahwa cerita tersebut diceritakan berdasarkan fakta empiris atau tidak, benar-benar suatu kejadian atau tidak. Melalui Patilasan Dipatiukur dan Prabu Siliwangi kita dapat merenungi perjuangan dan keberanian yang membentuk sejarah bangsa ini. Jejak Dipatiukur dan Prabu Siliwangi yang terukir dalam setiap batu dan genangan air di tempat ini mengingatkan kita akan pentingnya menghormati dan mempelajari warisan sejarah yang berharga
Kearifan Situ Cisanti di Sungai Citarum KM.0 Bukti Sejarah Prabu Siliwangi Kerajaan Pajajaran: Kajian Folklor Budaya Sunda Supendi, Usman; Nurcahya, Yan; Thariq Syah, M Kautsar; Oksa Putra, M Zikril; Sugiarto, Deri
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 2 (2025): FEBRUARI-APRIL
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i2.3189

Abstract

Kearifan adalah pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan, sehingga dapat menjaga identitas dan memecahkan masalah masyarakat. Kearifan juga dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan kearifan dalam suatu daerah atau tempat tertentu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik studi pustaka. Metode pengumpulan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca,  mengidentifikasi, dan wawancaracara. Dengan kajian foklor dalam sejarah yang menjadi warisan dari masyarakat sebelumnya ke masyarakat sekarang. Kita bisa mendapatkan bukti sejarah sebagai salah satu bukti yang dapat dijadikan landasan dalam memandang pikiran tentang suatu sejarah, terutama mengenai Sribaduga Maharaja Sejarah Kerajaan Pajajaran sebagai Perkembangan Budaya Sunda.
History of Muslim Minorities in Myanmar Revisited Hidayat, Asep Achmad; Nurcahya, Yan; Sugiarto, Deri; Hambaliana, Dandie; Suwanda, Satya Adilaga; Oksa Putra, M Zikril
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol. 5 No. 2 (2025): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v5i2.44711

Abstract

This research aims to analyze the historical development of Islam as a minority religion in Myanmar, focusing on the role of the Muslim community, which has existed since the 9th century through maritime trade routes. The method employed is a literature study by collecting relevant books and academic writings. The research follows four steps: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The findings reveal that Islam was introduced to Myanmar by Arab, Persian, and Bengali traders who settled in the Arakan coastal region (now Rakhine State). The Muslim community comprises various ethnic groups, including Bamar, Kamein, Panthay, Malay, and Rohingya. The historical relationship between the Arakan Kingdom and the Bengal Sultanate in the 15th century significantly strengthened Islamic influence in the region and shaped the Rohingya identity as a community with deep cultural and historical roots. Although the Muslim population assimilated into local culture, they faced escalating challenges post-Myanmar’s independence in 1948 due to restrictive citizenship laws. The situation deteriorated with acts of violence in 2012 and 2017, leading to a humanitarian crisis as thousands of Rohingya sought refuge in Bangladesh. This research contributes a historical perspective on the social and political dynamics influencing Myanmar’s Muslim minority and highlights the complexities of the Rohingya crisis.