Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Pemanfaatan Zeolit Alam Klinoptilolite Sebagai Katalisator dalam Alkoholisis Minyak Jarak Ratna Sri Harjanti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.552

Abstract

Penggunaan katalisator padat pada proses alkoholisis diharapkan dapat meningkatkan kemurnian ester karena katalis padat lebih mudah dipisahkan dari pada katalis cair. Salah satu jenis katalisator padat adalah zeolit alam klinoptilolite. Dengan pertimbangan kemudahan dalam pemisahan sisa katalis dari ester yang terbentuk, maka di lakukan penelitian tentang alkoholisis minyak jarak dengan katalisator zeolit klinoptilolite dalam autoklaf. Minyak jarak, etanol, dan serbuk zeolit klinoptilolite dimasukkan ke dalam autoklaf yang dilengkapi dengan manometer, termometer, kran pengambil cuplikan, dan pemanas, kemudian autoklaf diputar. Cuplikan diambil pada setiap selang waktu 10 menit. Konversi reaksi dicari dengan menganalisa kadar gliserol lapisan bawah dengan cara asetin. Reaksi dilakukan pada suhu 120°C dan pada kecepatan putaran autoklaf 110 rpm dengan variasi prosentase katalisator dan perbandingan ekivalen etanol-minyak. Pembentukan ester diawali dengan pengaktifan etanol oleh zeolit membentuk senyawa alkoxide. Alkoxide inilah yang akan menyerang gugus karbonil pada trigiserid minyak jarak, sehingga terbentuk ester. Zeolit klinoptilolite dapat digunakan sebagai katalisator reaksi alkoholisis dengan kondisi proses yang relatif baik dijumpai pada prosentase katalisator 2,56% dan perbandingan ekivalen etanol-minyak 12,55 mgek/mgek. Pada keadaan ini konversi gliserid mencapai 73%. Kata kunci: alkoholisis, klinoptilolite, minyak jarak, zeolit The use of solid catalyst in alcoholysis can increase the purity of ester because the separation process of solid catalyst is simpler than that of liquid catalyst. Prior to the ester formation, the ethanol was activated by the zeolite, forming alkoxide molecules. These molecules can attack the carbonyl functional group at the triglyceride in Jatropha oil and form ester. Jatropha oil, ethanol, and clinoptilolite zeolite powder were added into an autoclave equipped with manometer, thermometer, sampling valve, and heater. The autoclave was then powered up and rotated, and sampling was performed at time interval of 10 minutes. The reaction was performed at a temperature of 120°C and an autoclave rotation speed 110 rpm, with varied catalyst percentage and ethanol-oil equivalent ratio. The conversion was determined by analyzing the glycerol concentration of the lower layer with acetyl method. This study confirms that clinoptilolite type zeolite is effective catalyst for alcoholysis of jatropha oil. When the ethanol-oil ratio was 12.55 mgek/mgek, the catalyst percentage was 2.56% weight, the glyceride conversion reached 73%. Key words: alcoholysis, clinoptilolite, Jatropha oil, zeolite
Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri Ratna Sri Harjanti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 2, No 2 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.557

Abstract

Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Kurkumin, zat warna yang terkandung dalam umbi tanaman kunyit (Curcuma domestica val.) ternyata mampu berfungsi sebagai indikator karena terjadinya perubahan warna dari kuning muda coklat menjadi coklat pada pH sekitar 4,5 – 9,9. Untuk mengambil kurkumin dari umbinya, dilakukan dengan cara ekstraksi. Hasil ekstraksi disebut oleoresin. Dalam hal ekstraksi oleoresin, peranan pelarut, lama ekstraksi, suhu ekstraksi, dan kehalusan partikel sangat penting. Pada pengambilan zat warna kurkumin, kunyit yang sudah dihaluskan dikenakan proses ekstraksi dengan variasi suhu operasi, lama ekstraksi, dan kehalusan serbuk kunyit. Solven yang digunakan adalah etanol. Hasil ekstraksi kemudian didistilasi dan ditimbang . Kurkumin yang diperoleh pada kondisi optimum diuji kadarnya menggunakan TLC Scanner. Pemanfaatan kurkumin sebagai indikator dalam analisa volumetri dilakukan dengan cara titrasi menggunakan beberapa sampel asam basa dan membandingkannya dengan titrasi menggunakan indikator pp dan mo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum pengambilan kurkumin adalah pada suhu 70°C, ukuran partikel kunyit 100 mesh selama 120 menit menggunakan pelarut alcohol. Kurkumin yang dihasilkan memiliki kadar 5,158 mg/mL. Kurkumin yang akan digunakan sebagai indikator titik akhir pada analisa volumetri harus diencerkan terlebih dahulu menjadi 5% volume sebanyak 4 tetes. Kata kunci: indikator, kurkumin, titrasi, ekstraksi Volumetric analysis is one of quantitative analysis methods; a very important method used in determining the concentration of substances in solution. The success of this analysis was determined by the existence of an appropriate indicator that can show the exact end-point of titration. Curcumin, a natural dye contained in the plant root of turmeric (Curcuma domestica val.) was able to function as an indicator for the color change from light yellow brown to brown at pH around 4.5 to 9.9. Curcumin is extracted from the tuber which result is called oleoresin extraction. In the case of extraction of oleoresin, the role of solvent, extraction duration, temperature, and the fineness of particles is very important. In the present work curcumin pigment was extracted from turmeric paste in ethanol as solvent at varying operating conditions; i.e temperature, duration of extraction, and particle size of turmeric powder. The extract was further distilled and weighed. The curcumin obtained at optimum conditions was then determined using a TLC Scanner. The use of curcumin as an indicator in volumetric analysis was done by mean of titration using a few acid-basic samples. The results were compared with results from titrations using phenolphthalein (pp) and methyl-orange (mo) as indicators. The results showed that the optimum condition of curcumin extraction were at a temperature of 70°C for 120 minutes with a turmeric particle size of 100 mesh. The curcumin produced had a relatively high concentration of 5.158 mg/mL. In order to use it as an indicator for the end-point of volumetric analysis, the curcumin should be diluted to obtain 5% solution and use as much as 4 drops of the solution for the titration. Key words: indicator, curcumin, titration, extraction
Kinetika Reaksi Heterogen Etanolisis Minyak Jarak Kepyar (Ricinus communis) dengan Katalisator Zeolit Klinoptilolit Ratna Sri Harjanti; Sarto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 3, No 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.561

Abstract

Minyak jarak kepyar mempunyai potensi untuk dijadikan biodiesel melalui proses alkoholisis katalitik. Zeolit alam klinoptilolit berpotensi digunakan sebagai katalisator dalam alkoholisis tersebut. Pada penelitian ini, alkoholisis minyak jarak dilakukan pada suhu tinggi dengan katalisator zeolit alam klinoptilolit dalam sebuah reaktor autoklaf yang dilengkapi dengan manometer, termometer, kran pengambil cuplikan, dan pemanas. Data percobaan menunjukkan bahwa pada kisaran waktu tertentu, peningkatan suhu dan putaran autoklaf mengakibatkan peningkatan konversi gliserid. Hasil analisis kinetika reaksi menunjukkan bahwa reaksi kimia pada permukaan katalisator merupakan langkah yang mengendalikan kecepatan reaksi keseluruhan. Kondisi proses yang relatif optimum terjadi pada waktu 60 menit, suhu 120°C dan kecepatan putaran autoklaf 110 rpm dengan perbandingan alkohol-minyak 12,56 mgek/mgek dan prosentase katalisator 2,56 %. Pada keadaan ini konversi gliserid mencapai 0,73 bagian. Ester dari minyak jarak yang diperoleh memiliki viskositas 8,0 cst, titik tuang -16,6°F, titik nyala 215°F, warna ASTM 1, dan nilai kalor 19.119 Btu/lb. Kata kunci: alkoholisis, klinoptilolit, minyak jarak, zeolit Castor oil of Ricinus communis has potential as a raw material for biodiesel synthesis through catalytic alcoholysis process. Clinoptilolite type natural zeolite is one of solid catalysts that can be used in the alcoholysis process. In the present work, the alcoholysis was carried out in an autoclave reactor equipped with manometer, thermometer, sampling valve, and heating element. The reaction occurred at elevated temperatures with the use of clinoptilolite as a solid catalyst. The experimental data indicated that in a certain reaction time range, an increase in temperature and autoclave rotation speed lead to the increase of reaction conversion. Calculation results showed that the overall reaction rate was controlled by chemical reaction at the catalyst surface. The optimum condition of the alcoholysis process was obtained at reaction time of 60 minutes, temperature of 120C and autoclave rotation of 110 rpm with the use of alcohol-oil ratio of 12.56 mgek / mgek and 2.56% (w/w) catalyst. At the optimum condition, the conversion could reach as high as 0.73. The obtaining esters had a viscosity of 8.0 cst, -16.6°F pour point, 215°F flash point, ASTM color of 1, and heating value of 19,119 Btu/lb. Keywords: alcoholysis, clinoptilolite, castor oil, zeolite
Kitosan dari Limbah Udang sebagai Bahan Pengawet Ayam Goreng Ratna Sri Harjanti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.5018

Abstract

Industri pengolahan udang banyak menimbulkan hasil samping berupa limbah kulit udang yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini menyebabkan limbah kulit udang kurang memiliki nilai ekonomis dibanding dengan mengolahnya menjadi kitin dan kitosan. Kitosan banyak digunakan di berbagai industri antara lain sebagai bahan pengawet pengganti formalin. Bahan pengawet merupakan bahan tambahan makanan yang dibutuhkan untuk mencegah aktivitas mikroorganisme agar kualitas makanan senantiasa terjaga sesuai dengan harapan konsumen. Kemampuan kitosan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Dalam penelitian ini akan dilakukan pembuatan kitosan dengan variasi konsentrasi NaOH, sehingga akan diperoleh variasi rendemen dan derajad deasetilasi. Kulit limbah udang mengalami proses deproteinasi dengan larutan NaOH (3,5% b/v) selama dua jam pada suhu 65°C dan proses demineralisasi dalam larutan HCl 1 N (1 gram sampel : 15 mL larutan HCl) selama satu jam pada suhu kamar. Proses deasetilasi dilakukan dengan memanaskan kitin dalam larutan NaOH (30%, 40%, 50%, dan 60% b/v) selama 4 jam pada suhu 100°C. Selanjutnya dilakukan pengamatan pengaruh derajad deasetilasi terhadap kemampuan kitosan sebagai bahan pengawet. Pengamatan ini dilakukan dengan mengaplikasikan kitosan dalam pengawetan daging ayam. Dipilih daging ayam karena sekarang ini banyak sekali dibuat ayam goreng yang dijual dalam gerobak-gerobak di pinggir jalan yang menggunakan bahan kimia berbahaya sebagai pengawetnya. Kitosan yang berasal dari limbah kulit udang dapat digunakan sebagai bahan pengawet daging ayam, tanpa mengubah rasa dan aroma khas daging ayam. Waktu perendaman terbaik adalah 45 menit pada kitosan 2%. Sedangkan aplikasi kitosan sebagai bahan pengawet diperoleh kondisi terbaik pada derajad deasetilasi 70,34%. Kata kunci: kitosan, limbah udang, pengawet makanan, ayam goreng Shrimp industries have to deal with shell solid waste. On the other hand, this shell solid waste can be utilized to produce citin and citosan. One of the beneficiations of citosan is for food preservation. This ability is based on the existence of poly cation with positive charge that is responsible for the inhibition of bacteria growth. In this study, NaOH was varied to produce citosan from shrimp shell resulting rendemen and deasetilation degree. Deproteination of the shrimp shell was done using NaOH (3,5% b/v) for 2 hours, at temperature of 65°C, while demineralization was conducted using HCl 1 N (1 gram of sample: 15 mL of HCl) for 1 hour at room temperature. Deasetilation was done by heating citin in NaOH with concentration of 30%, 40%, 50%, and 60% b/v for 4 hours at temperature of 100°C. Further, observation on the ability of resulted citosan as food preservation was conducted. Chicken meat was choosen as sample to represent the abundance restaurants selling these product. It has been found that citosan from shrimp shell solid waste can be utilized as food preservation agent for chicken meat without changing the taste and texture of the meat. The optimum condition is 45 minutes with citosan concentration of 2% with deasetilation degree of 70,34%. Keywords: citosan, shrimp shell solid waste, food preservation, fried chicken.
Pemanfaatan Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit dan Pabrik Gula sebagai Sumber Energi Biopelet dengan Perekat Tepung Tapioka Ratna Sri Harjanti
Jurnal Pengelolaan Perkebunan (JPP) Vol. 2 No. 1: Maret 2021
Publisher : Politeknik LPP Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.965 KB) | DOI: 10.54387/jpp.v1i1.25

Abstract

Pelepah kelapa sawit dan ampas tebu merupakan biomassa hasil dari limbah pabrik pengolahan kelapa sawit dan limbah pabrik gula. Kedua biomassa tersebut dapat dijadikan biopelet sebagai bahan bakar energi terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pembuatan biopelet dari pelepah sawit dan ampas tebu, serta mengetahui komposisi bahan terbaik yang dapat menghasilkan biopelet yang memenuhi standar SNI No. 8021:2014. Pembuatan arang pelepah sawit dan ampas tebu dilakukan dengan proses karbonisasi pada suhu 400oC selama 4 jam. Sampel dibuat dengan perbandungan komposisi pelepah sawit dan ampas tebu sebagai berikut: 80% : 20%; 70% : 30%; 60% : 40%; 50% : 50%. Campuran bahan baku ditambahkan dengan perekat tepung tapioka 15% dari berat campuran bahan baku. Biopelet yang telah dicetak dilakukan uji kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, dan nilai kalor. Hasil pengujian biopelet diperoleh kadar air 1,456%-2,769%; kadar abu 8,25%-8,90%; kadar zat mudah menguap 19,660%-20,198%; dan nilai kalor sebesar 5766,6109 kal/gram – 5995,4589 kal/gram. Kualitas biopelet dari semua uji analisa memenuhi standar SNI No 8021:2014 kecuali pada uji analisa kadar abu. Biopelet dengan komposisi 50% pelepah kelapa sawit dan 50% ampas tebu memiliki kualitas nilai kalor yang paling tinggi yaitu 5995,4589 kal/gram.
Pembuatan Lilin Aromaterapi dari Mijel (Minyak Jelatntah) sebagai upaya mengurangi pencemaran lingkungan Ratna Sri Harjanti; Hartini , dkk
Jurnal Pengabdian Masyarakat Lamin Vol 1, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak jelantah adalah salah satu limbah yang banyak dihasilkan oleh rumah tangga, rumah makan, restoran dan lainnya. Sifat dari lemak minyak jelantah yang tidak dapat bercampur dengan air menyebabkan terjadinya penumpukan pada saluran air. Selain itu dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem pada lingkungan yang terkena dampak pembuangan minyak jelantah. Dalam kehidupan sehari hari masyarakat Perum Puri Koperasi Asri Blawong II   Trimulyo, Jetis, Bantul banyak menggunakan minyak goreng di dalam mengolah makanan, sehingga produksi minyak jelantah di daerah tersebut tidak sedikit. Minyak jelantah ini biasanya hanya dibuang sembarangan ke saluran air. Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan dikarenakan limbah minyak tersebut akan menyebabkan pencemaran pada saluran air. Minyak jelantah ini belum banyak dimanfaatkan di Perum Puri Koperasi Asri Blawong II Trimulyo, Jetis, Bantul, perlu dilakukan upaya untuk meminimalisir limbah minyak jelantah serta mengurangi pencemaran lingkungan. Salah satu upaya tersebut adalah mengolah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. Hal tersebut merupakan salah satu langkah mudah dan memiliki nilai ekonomis sehingga berpotensi untuk dikembanagkan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat desa tersebut. 
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DENGAN SISTEM PENANAMAN SINGLE ROW DAN DOUBLE ROW Mundhir Muktafa; Anna Kusumawati; Dwi Aryani Suryaningrum; Azhari Rizal; Muhammad Mustangin; Ratna Sri Harjanti; Yunaidi Yunaidi
Fruitset Sains : Jurnal Pertanian Agroteknologi Vol. 11 No. 4 (2023): October: Agriculture
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/fruitset.v11i4.4240

Abstract

Single row and double row are sugarcane planting systems commonly used for cultivating sugarcane. Sugar cane is a tropical plant that is used as raw material for making sugar. Different sugarcane planting systems can cause different growth of sugarcane plants. The aim of this research is to determine the differences in sugarcane plant growth using single row and double row planting systems. This research was carried out using a non-factorial randomized block plan consisting of 2 treatments, namely single row and double row planting systems with 6 blocks in each treatment with a total of 150 plants per treatment. Observational variables included plant height, stem diameter, number of leaves, number of tillers, number of internodes, stem weight per meter and population. The data obtained were analyzed using the t-test using a level of 5%. The results showed that the one-line treatment had a significant effect on the parameters of plant length, number of tillers, stem weight per meter, and population but did not produce significantly different results on the parameters of stem diameter, number of leaves, and number of internodes
Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman Yogyakarta Mia Dwi Etafiana; Anna Kusumawati; Dwi Aryani Suryangingrum; Azhari Rizal; Muhammad Mustangin; Ratna Sri Harjanti; Yunaidi Yunaidi
JURNAL TRITON Vol 15 No 1 (2024): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v15i1.623

Abstract

Pemerintah menargetkan untuk peningkatan gula nasional adalah dengan cara perluasan areal tebu di Indonesia. Pencarian lahan baru sebagai usaha perluasan areal tebu harus diteliti sumberdaya lahannya agar berproduksi secara berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi kelas kesesuaian lahan secara spesifik bagi tanaman tebu di Desa Wedomartani agar dapat memberikan saran sesuai dengan hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengelolaan lahan yang tepat. Penelitian ini dilakukan di bulan Juni-Juli 2023 di Desa Wedomartani dan Laboratorium Tanah dan Nutrisi Tanaman Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik lokasi di desa tersebut dengan menggunakan metode random sampling. Penentuan lokasi penelitian atau SPL didasarkan pada lahan yang ditanami tebu di Desa Wedomartani. Parameter yang diamati antara lain kondisi iklim, drainase, tekstur tanah, kedalaman tanah efektif, Kapasitas Tukar Kation (KTK), pH tanah, C-Organik, N Total, P Tersedia, K Tersedia, kemiringan lereng, bahaya erosi dan banjir serta volume singkapan batuan dan batuan permukaan. Hasil penelitian menunjukkan kondisi lahan di Wedomartani untuk kesesuaian lahan tanaman tebu yaitu S3rc dan S3na yang mempunyai faktor pembatas berupa tekstur tanah dan kurangnya P Tersedia. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu penambahan pupuk organik dan pupuk anorganik yang mempunyai unsur hara P.
Dampak dari Penambahan Ekstrak Kulit Pisang (Musa Balbisiana) dalam Pembuatan Sabun Cair yang Menggunakan Crude Palm Oil Sebagai Bahan Dasar Ema Lisa Febri Yani; Muhammad Nur Fadillah; Nadia Asiffah; Ratna Sri Harjanti
Jurnal Ekologi, Masyarakat dan Sains Vol 5 No 1 (2024): Jan-Jun 2024
Publisher : ECOTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55448/acqqc768

Abstract

Indonesia adalah produsen Crude Palm Oil terbesar di dunia, tercatat menurut BPS 2021 berhasil memproduksi 45,1 juta ton. Disisi lain BPS juga mencatat bahwa lima tahun terakhir terjadi peningkatan produksi pisang nasional dengan rata-rata 5,2% pertahun. Hal tersebut disertai dengan meningkatnya konsumsi pisang rumah tangga tahun 2021 mencapai 2,39 juta ton. Kondisi ini mengakibatkan perlunya pengelolaan limbah kulit pisang dalam memanfaatkan biomassa kulit pisang, sehingga tujuan penelitian ini memanfaatkan kandungan kulit pisang menjadi produk sabun kecantikan. Metode yang digunakan adalah saponifikasi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Politeknik LPP yang bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kulit pisang pada pembuatan sabun cair. Analisa yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pH, alkali bebas, bobot jenis,  anti bakteri, dan uji organoleptik. Hasil uji organoleptik terbaik pada sampel D dengan variasi 1 mL ekstrak kulit pisang, sedangkan seluruh variasi sabun cair ekstrak kulit pisang pada penelitian ini memenuhi standar SNI 4085:2017 untuk nilai pH dan analisa alkali bebas.
Improvement of Cooperative Empowerment of Smallholder Sugarcane Farmers through the Preparation of Standard Operating Procedures (SOP) Suryaningrum, Dwi Aryani; Shodiqin, Mohammad; Kusumawati, Anna; Rizal, Azhari; Mustangin, Muhammad; Harjanti, Ratna Sri; Yunaidi, Yunaidi
Altifani Journal: International Journal of Community Engagement Vol 4, No 2 (2024): Altifani Journal: International Journal of Community Engagement
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/altifani.v4i2.7624

Abstract

Cooperatives in carrying out their business processes are guided by applicable regulations and standards. Problems that often occur are generally due to changing regulations or ignorance of applicable regulations. This problem causes the cooperative to not run properly, reflecting inefficient governance. The purpose of the sugarcane farmer empowerment program is to assist and simplify the cooperative administration process by publishing a standard operating procedure book based on farmer practices in the field and applicable regulations. This is in line with realizing one of the missions of LPP Yogyakarta Polytechnic, namely organizing community service in order to disseminate information. This activity was carried out with partners from sugarcane farmers in Sleman who are members of the Sido Makmur Abadi Sugarcane Farmers Cooperative. The activity stages begin with identifying problems in the cooperative administration, followed by problem solving by compiling and publishing the SOP book, and finally disseminating SOP book information through socialization to administrators, supervisors, and sugarcane farmers who are members of the cooperative. The process of assessing the level of understanding of sugarcane farmers before and after socialization The results of empowerment show a significant increase in understanding of the SOP from the initial level of understanding of the SOP of cooperative members only 9.09% to 81.82%. Increased understanding of the SOP is expected to be implemented by sugarcane farmers so that the level of governance and performance of the cooperative becomes better than before.